Rizki Kusuma Fajar 0shares AKSI NYATA TOPIK 4. PERSPEKTIF SOSIOKULTURAL DALAM PENDIDIKAN INDONESIA Read More Amalan yang paling mudah tetapi dicintai Allah adalah sholawat. Sholawat merupakan penghormatan dan pemujaan untuk mendoakan nabi Muhammad SAW. Bukan hanya umatnya saja yang bersholawat kepada Rasullah, tetapi seluruh makhluk Allah SWT termasuk Malaikat Allah juga bersholawat kepada nabi Muhammad SAW. Mengutip keterangan dari Al-Quran: “Langi yang tujuh, bumi dan semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada Allah. Dan tidak ada satupun melainkan bertasbih dengan memuji Nya, tetapi kamu sekalian tidak mengerti tasbih mereka.” (QS Al Isra 17:44)[1] Melihat kutipan diatas telah jelas bahwa seluruh makhluk Allah bertasbih dengan memujiNya, yang secara hakikatnya merupakan termasuk dzikir. Bukankah sholawat juga bagian dari berdzikir?, Mengutip kembali ketrangan dari Al-Quran : ”…bahwa sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikatNya bersholawat untuk nabi.” (QS Al Azhab 33: 56)[2]. Dalam sholawat bisa mengingat Allah dan Rasulullah. Tetapi bagaimana penjelasan hubungan sholawat dan kesehatan? Banyak sekali pendapat para alim ulama terkait manfaat dan keutamaan sholawat yang salah satunya adalah menjaga tubuh agar tetap sehat dan bisa menyembuhkan berbagai macam penyakit. Mengutip buku yang berjudul Switch karya dr. Kazuo “sinyal-sinyal non materi seperti getaran. Frekuensi dan gelombang memengaruhi tubuh manusia sejuta kali lebih cerpat daripada sinyal materi seperti makanan atau bahan kimia”.[3] Jadi disaat berdzikir atau sholawat untuk nabi itu semua akan terekam dalam diri masing-masing dan akan terekam dan tersimpan dalam memori otak. Efek yang dirasakan pada saat berdzikir ini yaitu menghasilkan ketentraman hati, mencegah emosi negatif, mencegah kekhawatiran, mengurangi ketegangan, mengurangi stress dan kecemasan yang berlebihan. Ketika berdzikir sholawat dapat dilatar belakangi dua hal, yaitu gerakan lidah dan gelombang suara. Beberapa kalimat suci yang sakral tersebut apabila dijaharkan akan menghasilkan gerakan lidah spesifik yang berarti gerakan lidah menyentuh bagian langit-langit mulut. Dari kedua efek tersebut. Pada langit-langit tersebut terdapat saraf parasimpatik yang sering disebut dalam dunia kesehatan yaitu saraf kehidupan. Ketika membaca Al-Quran atau bersholawat dengan mahraj yang benar. Maka aktivitas lidah yang terdapat pada langit-langit mulut ini akan bereaksi dan menciptakan ketenangan hati dan ketentraman bagi otak.Ketenangan hati ini yang menjadi pondasi mendasar bagi kesehatan. Ketenangan hati sangat berpengaruh pada tekanan darah, kadar gula, kolesterol, flu, hingga kanker. Ketenangan pada hati merupakan modal paling dasar untuk menghalau berbagai macam penyakit, bisa dikatakan semakin tentram dan tenang hati, maka semakin kuat sistem imun. Apa pengaruhnya dalam kekhalifahan kesehatan? Setiap manusia merupakan pemimpin, minimal bisa memimpin diri sendiri, salah satunya dalam memimpin emosi, nafsu, kebutuhan makan maupun yang lainnya. Seperti yang tertera pada Al-Quran “…sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah dimuka bumi…”(QS Al Baqara 2:30)[4] dalam kitab Ta’lim Muta’Alim “Sebagai seorang muslim, wajib memiliki sifat waro’i (hati-hati) dalam melakukan sesuatu”, [5]salah satunya yaitu dalam memilih makanan. Karena makanan merupakan sesuatu hal yang dapat menjadi daging yang apabila diperoleh dari hasil yang halal dan mengerti kandungan gizi didalamnya, dan akan menjadi penyakit apabila terlalu berlebihan saat makan dan mendapatinya dengam cara yang haram. Tubuh manusia dirancang memiliki kemampuan untuk memperbaiki kerusakan diri sendiri. Sistem tubuh manusia pada dasarnya dirancang untuk melindungi diri dari berbagai macam penyakit. Dalam memperbaiki maupun melindungi tubuh dari berbagai penyakit perlu adanya keseimbangan. Keseimbangan ini meliputi seluruh komponen tubuh yang bekerja dengan baik secara fungsinya.[6] Bagaimanapun sehat suatu jenis makanan, tidak baik jika dikonsumsi secara berlebihan dan Allah memerintahkan manusia “… makan dan minumlah, dan janganlah berlebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebihan” (QS Al A’raf 7:31)[7]. Sebagai umat nabi Muhammad SAW sudah sepatutnya mengikuti anjuran dan sunnahnya. Meskipun dalam memilih makanan tidak diharusnya mengerti kandungan gizinya, minimal mengerti makanan yang telah rasulullah anjurkan yang sudah jelas manfaatnya. [1] Departemen Agama RI. 2006. Al-Qur’an Terjemahan Bahasa Indonesia. Kudus: Menara Kudus [2] Departemen Agama RI. 2006. Al-Qur’an Terjemahan Bahasa Indonesia. Kudus: Menara Kudus [3] Murakami, Kazuo. (2016). Switch. Bandung: Mizan [4] Departemen Agama RI. 2006. Al-Qur’an Terjemahan Bahasa Indonesia. Kudus: Menara Kudus [5] Isma’il, Ibrohim Bin, Syarah Ta’lim Muta’allim, Darul Kutub Al-Islamiyah, Jakarta. Cet.I, TH. 2008. [6] Hashman, Ade. (2019). Cinta, kesehatan dan munajat Emha Ainun najib. Jakarta: Mizan [7] Departemen Agama RI. 2006. Al-Qur’an Terjemahan Bahasa Indonesia. Kudus: Menara Kudus