azizah fauziah misbahuddin 0shares AKSI NYATA TOPIK 4. PERSPEKTIF SOSIOKULTURAL DALAM PENDIDIKAN INDONESIA Read More Pendidikan makin komersil, Sulit di akses rakyat kecil. Pendidikan merupakan elemen terpenting dalam peradaban suatu negara. Kemajuan peradaban bergantung pada kualitas sumber daya manusia. Allah SWT mewajibkan setiap muslim untuk menuntut ilmu. Baik itu Fardu Ain (ilmu agama) maupun ilmu lanjutan yaitu Fardu Kifayah (ilmu terapan). Bukti bahwa pendidikan didukung penuh oleh negara sudah ada sejak masa Khalifah Harun al-Rashid, yang mencurahkan sebagian besar kekayaannya untuk ilmuwan dan membangun beberapa sekolah. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, Pendidikan Indonesia semakin dipandang sebagai komoditas bisnis daripada sarana pembangunan sosial. Fenomena ini termanifestasi dalam banyaknya universitas yang berstatus PTN-BH (Badan Hukum Milik Badan Hukum), yang menunjukkan arah pendidikan yang semakin terkikis oleh logika pasar. Komersialisasi pendidikan menimbulkan berbagai dampak yang berpotensi merugikan bagi masyarakat. Salah satunya adalah meningkatnya biaya pendidikan yang semakin tidak terjangkau bagi masyarakat ekonomi menengah ke bawah. Dalam sistem yang semakin berorientasi pada keuntungan finansial, kualitas pendidikan seringkali dikorbankan demi memenuhi target keuntungan perusahaan, Hal ini berpotensi menghasilkan lulusan yang kurang berkualitas secara akademik dan moral, karena fokus utama institusi pendidikan bukan lagi pada pengembangan ilmu pengetahuan dan karakter, melainkan pada memaksimalkan profit. Tak terhenti disitu, perguruan tinggi kini lebih sibuk mengejar akreditasi, sehingga ruang tenaga pengajar dalam mengamalkan tridarma perguruan tinggi kian mengecil. Aksi, tindakan, dan pengajaran perlahan terkekang, karna banyaknya beban kerja tenaga pengajar yang tidak seimbang dan tuntutan yang harus dipenuhi diluar tridarma perguruan tinggi. Selain itu, ketidakmerataan akses pendidikan menjadi masalah yang memprihatinkan. Meskipun telah banyak kemajuan dalam bidang pendidikan, namun masih terdapat anak di wilayah pedalaman yang belum mendapatkan akses pendidikan yang layak. kesenjangan pendidikan antara perkotaan dan pedesaan semakin melebar. Ironisnya, masih terdapat banyak anak di pedalaman yang buta aksara. Sebagaimana pendapat salah satu tokoh pendidikan, Paulo Freire mengatakan, “Adanya orang yang buta huruf adalah awal dari penindasan”. Hal tersebut tentu menjauhkan realisasi SDGs (Sustainable Development Goals) tujuan 4 yang bertujuan untuk menjamin kualitas pendidikan yang inklusif dan merata. Menyikapi tantangan komersialisasi pendidikan dan kesenjangan akses pendidikan, diperlukan langkah-langkah konkret dari berbagai pihak. Pertama-tama, pemerintah harus memperkuat regulasi yang mengatur sektor pendidikan untuk mengendalikan pengaruh komersialisasi yang berlebihan. Pengawasan ketat terhadap universitas berstatus PTN-BH dan penegakan standar mutu pendidikan perlu ditingkatkan guna memastikan bahwa pendidikan tetap menjadi prioritas utama, bukan sekadar sumber profit semata. Selain itu, pemerintah juga perlu meningkatkan investasi dalam pembangunan infrastruktur pendidikan di daerah terpencil. Dibutuhkan program-program pemerintah yang bertujuan untuk meningkatkan akses pendidikan, seperti penyediaan sekolah dan pengadaan tenaga pengajar yang berkualitas, serta kemudahan proses administrasi dan beban kerja tenaga pengajar. Di sisi lain, masyarakat juga memiliki peran penting dalam mendukung upaya pemerintah. Masyarakat perlu aktif terlibat dalam memantau dan memberikan masukan terhadap kualitas pendidikan yang diterima oleh anak-anak mereka. Selain itu, kerjasama antara pemerintah, swasta, dan organisasi masyarakat sipil perlu ditingkatkan untuk menciptakan sistem pendidikan yang lebih inklusif dan merata. Dalam konteks tujuan 4 SDGs, tantangan komersialisasi pendidikan dan kesenjangan akses menjadi penghalang besar dalam mewujudkan visi pendidikan yang inklusif dan merata hingga tahun 2030. Namun, dengan kesadaran dan kerjasama semua pihak, diharapkan dapat tercipta sistem pendidikan yang lebih baik dan mampu memberikan kesempatan belajar sepanjang hayat untuk semua anak-anak, tanpa memandang latar belakang ekonomi atau geografis mereka.