Caroline Sekarwati 0shares AKSI NYATA TOPIK 4. PERSPEKTIF SOSIOKULTURAL DALAM PENDIDIKAN INDONESIA Read More Individu berkebutuhan khusus (IBK) adalah setiap orang yang memiliki penyimpangan dari rata-rata individu pada umumnya dalam hal mental, kemampuan sensoris, fisik dan neuromuskular, perilaku sosial dan emosional, kemampuan berkomunikasi, maupun kombinasi dua atau lebih dari hal-hal tersebut (Mangunsong, 2009). Sebagai bagian dari masyarakat, setiap IBK memiliki hak yang sama dengan warga negara lainnya, seperti yang tertuang dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas, seperti hak atas hidup, kelangsungan hidup dan pengembangan diri, hak atas pendidikan, pelatihan dan pengembangan keterampilan, dan hak atas pekerjaan dan kesempatan kerja. Namun saat ini hak-hak tersebut masih cenderung sulit diperoleh oleh para IBK karena keterbatasan aksesibilitas dan kesempatan untuk mengembangkan keterapilan kerja dan lowongan pekerjaan bagi mereka. Berdasarkan data BPS (2022), jumlah IBK di Indonesia mencapai 28,9 juta jiwa dan jumlah ini diperkirakan selalu mengalami kenaikan dengan tingkat prevalensi 14,3% dari total populasi. Angka ini menunjukkan seberapa pentingnya keberadaan wadah untuk para IBK dapat produktif dan bekerja. Apabila para IBK tetap dibiarkan hidup tanpa pekerjaan dan akses pada pengembangan diri, maka hal ini akan berdampak pada peningkatan jumlah kesenjangan sosial dan ekonomi di Indonesia, dimana hal ini tidak sejalan dengan tujuan SDG ke 10, yaitu Berkurangnya Kesenjangan. Sebagai praktisi dalam bidang training untuk korporasi, saya dan tim tergerak oleh belas kasihan untuk memberikan wadah pengembangan diri bagi para IBK, karena mereka pun tetap harus memiliki kesempatan dalam berkarya. Oleh sebab itu, kami telah melakukan pengembangan metodologi untuk melatih para IBK agar bisa bekerja sesuai dengan standar korporasi. Menurut kami, salah satu hal yang dibutuhkan oleh para IBK untuk bisa diterima di dunia kerja adalah pendidikan soft skills dengan pendekatan inklusif, yang dapat membantu meningkatkan rasa percaya diri dan sikap diri yang positif. Pendidikan Soft Skills dapat disesuaikan dengan kemampuan dari IBK, seperti keterampilan menggambar/melukis, menulis, ataupun berbahasa. Saat ini, perusahaan kami telah bekerja sama dengan salah satu NGO untuk memberikan pendidikan keterampilan bagi para IBK. Hal ini saya lakukan karena saya memiliki visi untuk bisa merealisasikan tagline “SATU PERUSAHAAN SATU IBK”, dimana setiap perusahaan minimal memiliki satu pegawai IBK. Berdasarkan hasil studi literatur dan praktikal yang sudah kami lakukan, terdapat empat softskills yang menjadi fokus kami dalam mendidik para IBK yaitu, pengembangan kepercayaan diri, etika, komunikasi dan penampilan diri. Pengembangan kepercayaan diri melibatkan IBK dalam pengenalan akan diri sendiri (diiringi penyediaan sesi konseling dengan tujuan agar IBK memiliki keterampilan untuk mengelola emosi mereka secara lebih baik), serta memberikan tanggung jawab kecil yang sesuai dengan kemampuan mereka untuk membangun rasa percaya diri. Pengembangan etika dilakukan melalui pengajaran etika dasar dan sopan santun dengan melakukan role-playing dari situasi sehari-hari, serta bimbingan terus-menerus dari pendamping untuk memastikan perilaku yang sesuai dan normatif. Pengembangan komunikasi dilakukan dengan mengajarkan komunikasi dasar, agar mampu mengekspresikan komunikasi secara asertif, berlatih secara terus menerus dengan penggunaan bahasa kesehariannya, yaitu dengan penggunaan frasa-frasa magic words. Pengembangan penampilan diri dilakukan melalui pengajaran kemandirian untuk peduli terhadap kebersihan, kerapian terhadap diri sendiri. Selain soft skills, kami juga mengarahkan para IBK untuk bisa mengembangkan bakat mereka melalui pendekatan inklusif sesuai dengan minat dan kemampuan masing-masing individu. Berikut adalah keterampilan yang kami ajarkan: Menggambar/Melukis Menulis Melipat dan menempel kertas Menulis Public Speaking Olah Raga Kegiatan pendidikan keterampilan IBK yang sudah dilakukan saat ini akan terus kami kembangkan dengan membaginya kedalam tiga program yaitu: Program Pelatihan Keterampilan Kerja Program ini akan terbagi kedalam pelatihan Keterampilan Teknis dan Keterampilan Layanan Pelanggan. Pelatihan Keterampilan teknis akan berfokus pada keterampilan teknis yang spesifik, seperti penggunaan komputer, keterampilan administrasi, atau keterampilan manual (misalnya, perakitan produk, melipat dan menempel produk). Sedangkan Pelatihan Keterampilan Layanan Pelanggan akan difokuskan untuk pekerjaan di sektor layanan seperti ritel atau restoran yang melibatkan interaksi dengan pelanggan. Program Pengembangan Keterampilan Sosial Program ini akan terbagi kedalam pelatihan Komunikasi Efektif dan Kerja Tim. Pada Pelatihan Komunikasi Efektif, individu akan belajar berkomunikasi dengan jelas dan efektif di tempat kerja. Sedangkan pada Pelatihan Kerja Tim, individu kan diajarkan cara bekerja sama dalam tim dan membangun hubungan positif dengan rekan kerja. Program Pengembangan Keterampilan Hidup Program ini akan terbagi kedalam pelatihan Manajemen Waktu dan Keterampilan Perencanaan dan Organisasi. Pelatihan Manajemen Waktu akan melatih tentang bagaimana mengelola waktu secara efektif, termasuk membuat jadwal dan mengikuti rutinitas. Sedankan Keterampilan Perencanaan dan Organisasi akan membantu individu mengembangkan kemampuan untuk merencanakan dan mengorganisasi tugas-tugas mereka. Program pendidikan keterampilan dapat memberikan dukungan yang komprehensif bagi IBK untuk menjadi lebih produktif dan mandiri dalam lingkungan kerja maupun kehidupan sehari-hari dengan memenuhi semua aspek berikut, yaitu: Latihan Berulang-ulang Hal ini dilakukan melalui merancang jadwal rutin yang konsisten untuk latihan keterampilan agar IBK dapat menguasainya dengan lebih baik, dankegiatan olahraga yang juga dilakukan secara rutin. Kolaborasi dengan Semua Pihak Hal ini dilakukan dengan melibatkan keluarga dalam proses pendidikan dan pelatihan untuk memberikan dukungan penuh kepada IBK, serta bekerja sama dengan psikolog, terapis, dan ahli. Monitoring dan Evaluasi: Melakukan evaluasi secara berkala untuk menilai efektivitas program dan perkembangan IBK, lalu menyesuaikan program berdasarkan hasil evaluasi untuk terus memenuhi kebutuhan IBK. Menurut saya konsep “SATU PERUSAHAAN SATU IBK” adalah suatu kewajiban bagi para pengusaha untuk ikut ambil bagian dalam kemajuan IBK. Ini adalah langkah progresif yang bertujuan untuk meningkatkan inklusi dan keberagaman di tempat kerja, serta mendukung terwujudnya prinsip No One Left Behind. Tentunya hal ini akan memberikan banyak manfaat bagi banyak pihak. Bagi para IBK, hal ini akan membantu mereka untuk bisa meningkatkan kemandirian, rasa percaya diri, dan harapan hidup. Bagi perusahaanpun hal ini akan membantu dalam peningkatan reputasi perusahaan sebagai entitas yang inklusif dan memiliki tanggung jawab sosial, terjadinya diversifikasi tenaga kerja yang dapat membawa inovasi baru, serta potensi manfaat finansial dari insentif pemerintah. Selanjutnya, manfaat secara umum bagi masyarakat adalah peningkatan kesadaran tentang inklusi dan keberagaman, mengurangi stigma dan diskriminasi terhadap para IBK, menurunkan tingkat kesenjangan sosial, dan meningkatkan kesejahteraan sosial secara keseluruhan. Kami percaya apabila kita dapat mengimplementasikan hal ini dan mendapatkan komitmen yang sama dari semua pihak yang terlibat, termasuk pemerintah, perusahaan, dan masyarakat luas, maka kita akan dapat menciptakan lingkungan kerja yang benar-benar inklusif dan suportif di Indonesia.