fbpx
Dokumentasi Kegiatan Posbindu Puskesmas Loji- Majalengka

Pengaruh Terapi Akupresur Terhadap Penurunan Tekanan Darah pada Penderita Hipertensi

KONSEP AKUPRESUR

Pengertian Terapi Akupresur

Akupresur ialah salah satu terapi non farmakologi dengan cara memanipulasi tubuh salah satu atau sebagian anggota tubuh, terapi ini memberikan tekanan dan getaran pada titik-titik tertentu pada tubuh menggunakan anggota tubuh atau alat bantuan. Adapun terapi akupresur berbeda dengan akupuntur dimana akupuntur merangsang titik meridian menggunakan alat berupa jarum yang ditusukkan dalam tubuh (Nompo, 2020).

Terapi akupresur merupakan pengernbangan dari ilmu Akupuntur, sehingga pada prinsipnya sama, yang membedakan dengan terapi Akupuntur yaitu terapi akupresur menggunakan jari tangan dan teknik Akupuntur menggunakan jarum. Dengan menggunakan jari tangan maka tindakan secara non invasive diberikan kepada pasien sehingga meminimalkan risiko atau efek samping dari tindakan akupresur (Setyowati, 2018).

Manfaat Akupresur

Tindakan ini juga bermanfaat sebagai terapi, memberikan sentuhan yang lebih memelihara yang menciptakan rasa nyaman, hangat, dan kepedulian yang lebih besar terhadap hubungan klien dengan kesejahteraan pasien. Akupresur memberi efek langsung pada peredaran darah terutama terhadap frekuensi jantung. Semakin tinggi frekuensi jantung akan meningkatkan tekanan darah, jika frekuensi jantung menurun tekanan darah juga akan menurun. Akupresur juga mengurangi nyeri secara otomatis, nyeri berkurang karena rangsang akupresur sekalipun bersifat ringan efek pada frekuensi jantung juga akan turun (Saleh dkk., 2021).

Cara Melakukan Akupresur

  1. Menekan 
    Penekanan dapat dilakukan dengan ibu jari, telunjuk dan jari tengah yang disatukan dalam kepalan tangan. Penekanan di daerah keluhan dengan tujuan untuk mendeteksi jenis keluhan meridian atau organ selain untuk melancarkan aliran energi dan darah.(Syaripudin dkk., 2023)
  2. Memutar
    Cara ini dilakukan di daerah pergelangan tangan atau kaki. metode memutar adalah meregangkan dan merelaksasikan otot-otot yang mengalami ketegangan. (Syaripudin dkk., 2023)
  3. Mengetuk
    Mengetuk biasanya berarti mengetuk titik-titik meridian organ. biasanya dengan telunjuk, jari tengah, dan jari tengah digabungkan. dilakukan sekali setiap dua atau tiga detik selama beberapa menit. (Syaripudin dkk., 2023)
  4. Menepuk
    Menepuk telapak tangan yang terbuka lima hingga sepuluh kali dapat mendorong aliran energi dan darah.(Syaripudin dkk., 2023) .
  5. Menarik
    Menarik digunakan untuk menarik jari jari tangan atau kaki dengan cara diurut terlebih dahulu kemudian ditarik perlahan menggunakan jari jempol dan telunjuk dengan tenaga yang pelan dan tidak secara mendadak.(Syaripudin dkk., 2023).

Titik Meridian Hipertensi

  1. Li-4: Hegu ( Kumpulan Lembah)

https://www.mastertungacupuncture.org/acupuncture/traditional/points/li4

Letak     :

Pertengahan sisi radial Os metacarpal II pada dorsum manus.

Indikasi :

Sakit kepala, sakit gigi, sakit perut, mencret, nyeri haid

 

  1. Li-11 : Quchi (Kolam Berliku-liku)

https://www.puncture.org/acupuncture/traditional/points/li11

 

Letak     :

Sisi Lateral lipat siku (Ujung kerutan lipat siku) waktu lengan ditekuk

Indikasi :

Sakit Tenggorokan nyeri siku dan lengan atas, paralisis lengan, demam, hipertensi, neuro dermatitis, pleuritis, dan kelainan kulit.

 

3. Si-3 : Houxi (Sungai di Belakang)

https://www.mastertungacupuncture.org/acupuncture/traditional/points/Si3

Letak     :         Proximal Kepala tulang metacarpal ke V

Indikasi :         Kaku Leher, kelainan mata, tuli, demam, tinitus, nyeri

                        kepala occipital dengan kaku dan baal pada jari-jari

4. TH 5 : Waiguan 

https://www.mastertungacupuncture.org/acupuncture/traditional/points/th5

Letak :  2 Cun Proksimal dorsal pergelangan tangan, pada garis yang menghubungkan Yangchi (TH4) dan Ujung olecranon, antara radius dan ulna

Indikasi : Penyakit demam, nyeri di daerah hipokondria, sakit kepala , nyeri di pipi, leher tegang, ketulian, tinitus, gangguan motorik pada siku dan lengan, nyeri pada jari , tangan gemeter.

 

KONSEP HIPERTENSI

Pengertian Hipertensi

Berdasarkan dengan Laporan nasional riset kesehatan dasar menjelaskan bahwasanya tekanan darah yang hasil pengukuran mengikuti kriteria Joint National Committee (JNC) VII  dengan tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg serta darah sistolik ≥ 90 mmHg disebut Tekanan darah tinggi atau hipertensi (Kementerian Kesehatan RI, 2018).

Etiologi

Berdasarkan (Johanes Adrian, 2019) Penyebab Tekanan darah tinggi ialah

  1. Tekanan Darah Tinggi atau hipertensi prima (Essential Hypertension)

Tekanan darah tinggi atau hipertensi prima yang 90% tidak diketahui etiologinya. Penyebab pasti dari Tekanan darah tinggi atau  hipertensi esensial belum dapat diketahui, sementara penyebab sekunder dari tekanan darah tinggi atau hipertensi esensial juga tidak ditemukan. Pada tekanan darah tinggi atau hipertensi esensial tidak ditemukan penyakit renovaskular, gagal ginjal maupun penyakit lainnya, genetik serta menjadi bagian dari penyebab timbulnya tekanan darah tinggi  atau hipertensi prima  termasuk stres, intake alkohol moderat, merokok, lingkungan dan gaya hidup (Copeland dkk., 2018).

Beberapa faktor yang diketahui diduga berkaitan dengan berkembangnya Tekanan darah tinggi atau hipertensi prima, diantaranya

  • Genetik Individu dengan keluarga hipertensi memiliki potensi lebih tinggi mendapatkan penyakit hipertensi.
  • Jenis kelamin dan usia Lelaki berusia 35-50 tahun dan wanita yang telah menopause berisiko tinggi mengalami penyakit hipertensi.
  • Gaya hidup merokok dan konsumsi alkohol. Merokok dan konsumsi alkohol sering dikaitkan dengan berkembangnya hipertensi karena reaksi bahan atau zat yang terkandung dalam keduanya.
    1. Tekanan darah tinggi atau Hipertensi sekunder

Kebanyakan orang dengan tekanan darah tinggi didiagnosis dengan hipertensi primer. Saat ini berarti bahwa tidak ada penyebab spesifik yang diidentifikasi untuk kondisi tersebut.  Namun, beberapa waktu, tekanan darah tinggi disebabkan oleh kondisi atau penyakit lain. Ketika ini terjadi, itu disebut hipertensi sekunder (LeWine, 2023).

Adapun menyebabkan hipertensi sekunder antara lain:

  • Penyakit ginjal. Hipertensi sekunder dapat disebabkan oleh kerusakan ginjal atau penyempitan abnormal pada salah satu atau kedua arteri ginjal. Arteri ginjal adalah pembuluh darah utama yang membawa darah ke setiap ginjal. Ketika suplai darah ginjal berkurang karena penyempitan (disebut stenosis arteri ginjal), ginjal menghasilkan hormon dalam jumlah tinggi yang disebut renin. Kadar renin yang tinggi memicu produksi zat lain di dalam tubuh yang meningkatkan tekanan darah, khususnya molekul yang disebut angiotensin II.
  • Hormon yang disebut parathormon dibuat oleh empat kelenjar kecil di leher yang disebut kelenjar paratiroid. Jika kelenjar memproduksi terlalu banyak hormon, kadar kalsium dalam darah meningkat. Orang dengan hiperparatiroidisme lebih mungkin menderita tekanan darah tinggi.
  • Penyakit adrenal. Kelenjar adrenal berada di atas ginjal dan menghasilkan beberapa hormon yang membantu mengatur tekanan darah. Terkadang, salah satu atau kedua kelenjar adrenal membuat dan mengeluarkan salah satu hormon ini secara berlebihan.

Tiga jenis kondisi kelenjar adrenal yang berbeda menyebabkan tekanan darah tinggi:

  1. Tumor kelenjar adrenal yang memproduksi hormon epinefrin (adrenalin) dan norepinefrin (noradrenalin) secara berlebihan.
  2. Hormon penahan garam aldosteron dalam jumlah besar dapat diproduksi oleh tumor adrenal di salah satu dari dua kelenjar adrenal. Lebih jarang kondisi ini terjadi karena kedua kelenjar adrenal memproduksi hormon secara berlebihan tanpa adanya tumor.
  3. Hiperkortisolisme (juga disebut sindrom Cushing). Kedua kelenjar adrenal dapat memproduksi hormon kortisol secara berlebihan, atau tumor jinak atau ganas dapat memproduksi dan melepaskan terlalu banyak hormon tersebut.

Penyebab langka lainnya dari hipertensi sekunder meliputi:

  • Tumor hipofisis yang menghasilkan terlalu banyak hormon pertumbuhan.
  • Hormon adrenokortikotropik (ACTH) yang memproduksi tumor kelenjar hipofisis. Hipofisis biasanya menghasilkan sejumlah kecil ACTH setiap hari. Produksi dan sekresi ACTH yang berlebihan menyebabkan kelenjar adrenal memproduksi kortisol secara berlebihan, sehingga meningkatkan tekanan darah.
  • ACTH yang memproduksi kanker paru-paru.
  • Koarktasio aorta, suatu kelainan pada pembuluh darah utama yang membawa darah dari jantung ke seluruh tubuh.

Patofisiologi Hipertensi

Tekanan darah dipengaruhi volume sekuncup dan total peripheral resistance. Jika terjadi peningkatan salah satu dari variabel tersebut yang tidak terkompensasi maka dapat menyebabkan timbulnya Tekanan darah tinggi atau hipertensi. Didalam tubuh memiliki sistem yang berfungsi mencegah perubahan tekanan darah secara akut yang disebabkan oleh gangguan sirkulasi dan mempertahankan stabilitas tekanan darah dalam jangka panjang. Sistem pengendalian tekanan darah sangat kompleks.

Pengendalian dimulai dari sistem reaksi cepat seperti reflex kardiovaskuler melalui sistem saraf, refleks kemoreseptor, respon iskemia, susunan saraf pusat yang berasal dari atrium, dan arteri pulmonalis otot polos. Sedangkan sistem pengendalian reaksi lambat melalui perpindahan cairan antara sirkulasi kapiler dan rongga interstisial yang dikontrol oleh hormon angiotensin dan vasopresin. Kemudian dilanjutkan sistem ponten dan berlangsung dalam jangka panjang yang dipertahankan oleh sistem pengaturan jumlah cairan tubuh yang melibatkan berbagai organ.

Mekanisme terjadinya Tekanan darah tinggi adalah melalui terbentuknya angiotensin II dari angiotensin I oleh angiotensin I converting enzyme (ACE). ACE memegang peran fisiologis penting dalam mengatur tekanan darah. Darah mengandung angiotensinogen yang diproduksi di hati. Selanjutnya oleh hormon, renin (diproduksi oleh ginjal) akan diubah menjadi angiotensin I. Oleh ACE yang terdapat di paru-paru, angiotensin I diubah menjadi angiotensin II. Angiotensin II inilah yang memiliki peranan kunci dalam menaikkan tekanan darah melalui dua aksi utama.

Aksi pertama adalah meningkatkan sekresi hormon antidiuretik (ADH) dan rasa haus. ADH diproduksi di hipotalamus (kelenjar pituitari) dan bekerja pada ginjal untuk mengatur osmolalitas dan volume urin. Dengan meningkatnya ADH, sangat sedikit urin yang diekskresikan ke luar tubuh (antidiuresis), sehingga menjadi pekat dan tinggi osmolalitasnya. Untuk mengencerkannya, volume cairan ekstraseluler akan ditingkatkan dengan cara menarik cairan dari bagian intraseluler. Akibatnya, volume darah meningkat yang pada akhirnya akan meningkatkan tekanan darah.

Aksi kedua adalah menstimulasi sekresi aldosteron dari korteks adrenal. Aldosteron merupakan hormon steroid yang memiliki peranan penting pada ginjal. Untuk mengatur volume cairan ekstraseluler, aldosteron akan mengurangi ekskresi NaCl (garam) dengan cara mereabsorpsinya dari tubulus ginjal. Naiknya konsentrasi NaCl akan diencerkan kembali dengan cara meningkatkan volume cairan ekstraseluler yang pada gilirannya akan meningkatkan volume dan tekanan darah. (Syaripudin dkk., 2023).

Klasifikasi Hipertensi

Klasifikasi Tekanan darah tinggi berdasarkan penyebabnya digolongkan menjadi primer atau sering disebut esensial dan hipertensi sekunder Klasifikasi hipertensi atau tekanan darah tinggi menurut (Manuntung, 2018) terbagi menjadi dua jenis, yaitu:

 

  1. Hipertensi esensial (primer)

Hipertensi primer ini tidak dapat disembuhkan, hanya dapat dikontrol Lebih dari 90% penderita hipertensi menderita hipertensi primer atau esensial. Mekanisme hipertensi primer ini belum diketahui pasti, namun hipertensi primer ini biasanya turun temurun. Hal ini menunjukkan bahwa faktor genetik menunjukkan peranan penting dalam patogenesis hipertensi primer.

Tipe ini terjadi pada sebagian besar kasus tekanan darah tinggi, sekitar 95%. Penyebabnya tidak diketahui dengan jelas, walaupun dikaitkan dengan kombinasi faktor pola hidup seperti kurang bergerak dan pola makan.

  1. Hipertensi sekunder

Penderita hipertensi yang menderita hipertensi sekunder hanya kurang dari 10%. Penderita hipertensi esensial biasanya adalah hipertensi yang penyebabnya dari obat-obat tertentu atau penyebab lain yang efeknya dapat meningkatkan tekanan darah. (Ali dkk., 2020) Tipe ini lebih jarang terjadi, hanya sekitar 5% dari seluruh kasus tekanan darah tinggi. Tekanan darah tinggi ini disebabkan oleh kondisi medis lain (misalnya penyakit ginjal) atau reaksi terhadap obat-obatan tertentu (misalnya pil KB). 

 

                    

Tabel 2.4 Klasifikasi Tekanan darah menurut JNC VIII

Sumber : (James dkk., 2014a)

Klasifikasi

Tekanan Sistolik (mmHg)

Tekanan Diastolik (mmHg)

Normal

< 120

<80

Pre-hipertensi

120 – 139

80 – 89

Stadium I

140 – 159

90 – 99

Stadium II

≥ 160

≥100

 

Tabel 2.5. Klasifikasi Tekanan Darah Tinggi berdasarkan Nilai Tekanan Darah
Sumber :(Copeland dkk., 2018)

Klasifikasi

Tekanan sistolik (mmHg)

 

Tekanan Diastolik (mmHg)

Optimal

<120

dan

<80

Normal

120 – 129

Dan/atau

80 – 84

Normal Tinggi

130 – 139

Dan /atau

84 – 89

Hipertensi derajat I

140 – 159

Dan/atau

90 – 99

Hipertensi derajat II

160 – 179

Dan /atau

100 – 109

Hipertensi derajat III

≥ 180

Dan/ atau

≥110

Hipertensi sistolik

≥ 140

dan

<90

Faktor-Faktor Hipertensi

  • Faktor Risiko yang tidak dapat dimodifikasi
  1. Riwayat Penyakit Keluarga (Keturunan)
    Tekanan darah tingi merupakan salah satu penyakit keturunan  jika salah satu  orang tua memiliki penyakit hipertensi maka anaknya mempunyai kemungkinan 25% mengalami   tekanan darah tinggi , jika kedua orang tua memiliki penyakit tekanan darah tinggi  kemungkinan anaknya menderita  penyakit tekanan darah tinggi sebesar 60 %  (Warjiman dkk.,2020).
  2. Usia
    Tekanan darah juga akan meningkat seiring bertambahnya usia. Fungsi neurohormonal seperti renin-angiotensin-aldosteron (RAA) juga terpengaruh sehingga menyebabkan peningkatan konsentrasi plasma perifer. Fibrosis mengakibatkan vasokonstriksi dan ketahanan vaskuler mengalami peningkatan, sehingga terjadi Tekanan Darah Tinggi (Bachtiar dkk., 2019). Tekanan Darah Tinggi dengan prevalensi terbanyak terjadi pada kelompok  usia 45-54 tahun (45,3%), umur 55-64 tahun.
  3. Jenis Kelamin
    Tekanan darah pada laki-laki lebih tinggi dibanding perempuan pada umumnya. WHO menyebutkan bahwa satu diantara empat laki-laki di seluruh dunia mengalami kejadian hipertensi, sedangkan pada perempuan kejadian satu di antara Lima (WHO, 2023)
    Dalam penelitian Garwahusada di jelaskan bahwa pria berusia 18 hingga 59 tahun lebih rentan terhadap tekanan darah tinggi dibandingkan wanita. Frekuensi lebih tinggi juga pada wanita pasca menopause dibandingkan pada pria dari kelompok usia yang sama. Ini bisa jadi akibat perubahan hormonal dan perubahan gaya hidup (Garwahusada & Wirjatmadi, 2020)
  • Faktor Risiko yang Dapat dimodifikasi
  1. Merokok
    Rokok mengandung bahan kimia yang membuat lapisan dinding arteri rusak dan membuat penumpukan plak pada arteri lebih rentan. Kandungan rokok seperti nikotin menyebabkan peningkatan detak jantung dengan menyempitkan pembuluh darah untuk sementara. Pada pasien Tekanan darah tinggi merokok mengacu pada jumlah rokok yang dihisap per hari berapa lama Anda merokok sehingga memengaruhi tekanan darah. Selain itu dapat membuat penderita mengalami peningkatan frekuensi denyut jantung dan tekanan darah  (Kartika dkk., 2021).
  2. Stres
    Stimulasi sistem saraf simpati meningkatkan curah jantung dan vasokonstiksi arteriol, sehingga meningkatkan tekanan darah.(Syaripudin dkk., 2023)
  3. Obesitas
    Obesitas juga merupakan salah satu yang membuat tekanan darah meningkat. Seiring bertambahnya berat badan seseorang, persentase lemak tubuhnya juga meningkat. Obesitas jangka panjang dapat mempengaruhi jumlah oksigen dan aliran darah yang membawa oksigen ke seluruh tubuh, menyebabkan pembuluh darah membesar dan tekanan darah (Kartika & Mirsiyanto, 2021).
  4. Konsumsi Garam
    Mengonsumsi garam dalam jumlah banyak atau tidak terbatas dapat mempengaruhi arteri yang menjadi kecil. Kemampuan jantung harus lebih besar dari biasanya untuk memompa volume darah. Yang lebih besar melewati ruang arteri berdiameter kecil, mengakibatkan peningkatan tekanan darah. (Kurniasih dkk., 2017).
  5. Minuman Beralkohol
    Sekitar 5 hingga 20% angka kejadian penyakit hipertensi terjadi karena minuman beralkohol dengan jumlah berlebihan. Mengonsumsi 3 gelas atau lebih minuman yang memiliki kandungan alkohol dalam waktu satu hari dapat mengalami risiko terkena hipertensi sebesar dua kali.(Kurniasih dkk., 2017).
  6. Aktivitas Fisik
    Aktivitas fisik sangat memengaruhi stabilitas tekanan darah. Pada orang yang kurang aktivitas cenderung mempunyai frekuensi denyut jantung yang lebih tinggi. Aktivitas fisik yang berat juga membuat kerja jantung meningkat, aktivitas dikategorikan berat jika mengeluarkan banyak keringat, denyut jantung dan frekuensi nafas. (Kemenkes RI, 2018). Ketika otot jantung memompa darah dengan keras, semakin besar pula beban tekan pada pembuluh darah yang mengakibatkan terjadian kenaikan tekanan (Harahap dkk., 2017) .

Komplikasi Hipertensi

Menurut Syaripudin dkk. (2023) Komplikasi pada penderita tekanan darah tinggi  berdasarkan menyerang organ – organ vital lain:

  1. Jantung:

Tekanan darah tinggi atau hipertensi kronis dapat menyebabkan infark miokard karena jantung tidak menerima cukup oksigen, yang menyebabkan iskemia dan infark.

  1. Ginjal

Tekanan darah tinggi pada kapiler glomerulus ginjal dapat menyebabkan kerusakan progresif yang menyebabkan gagal ginjal. Kerusakan pada glomerulus mengganggu aliran darah ke unit fungsional, yang menyebabkan tekanan osmotik menurun, yang menyebabkan nokturia.

  1. Otak

Stroke dapat terjadi karena penebalan arteri yang memperdarahi otak, yang mengurangi aliran darah yang diperdarahi ke otak, yang menyebabkan tekanan darah tinggi di otak.

Penatalaksanaan Farmakologi

Berdasarkan American Heart Association (2023) Penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada pasien penderita tekanan darah tinggi yaitu dengan dua cara yakni  secara farmakologis dan non farmakologis, Terapi Farmakologis terdiri dari Diuretik membantu tubuh membuang kelebihan natrium (garam) dan air serta membantu mengontrol tekanan darah. Beta-blocker mengurangi detak jantung, beban kerja jantung, dan output darah jantung, sehingga menurunkan tekanan darah.

Penghambat enzim pengubah angiotensin (ACE inhibitor) yang dimana angiotensin ialah bahan kimia yang menyebabkan penyempitan arteri, terutama di ginjal tetapi juga di seluruh tubuh. ACE inhibitor membantu tubuh memproduksi lebih sedikit angiotensin, yang membantu pembuluh darah rileks dan terbuka, yang pada gilirannya menurunkan tekanan darah.

Penghambat reseptor angiotensin II (ARB) adalah memblokir efek angiotensin, zat kimia yang menyebabkan penyempitan arteri. Artinya pembuluh darah tetap terbuka dan tekanan darah berkurang. Penghambat saluran kalsium merupakan obat untuk mencegah kalsium memasuki sel otot jantung dan arteri. Penghambat saluran kalsium mengendurkan dan membuka pembuluh darah yang menyempit, mengurangi detak jantung dan menurunkan tekanan darah. Pemblokir alfa merupakan Obat-obatan untuk mengurangi resistensi arteri, mengendurkan tonus otot dinding pembuluh darah. Agonis reseptor alfa-2 sentral dan obat lain yang bekerja secara sentral Obat-obatan ini menurunkan tekanan darah dengan menurunkan aktivitas bagian simpatis (penghasil adrenalin) pada sistem saraf tak sadar.

Metildopa umumnya dianggap sebagai obat anti hipertensi yang aman selama kehamilan karena efek sampingnya jarang terjadi pada wanita hamil atau janin yang sedang berkembang. Gabungan alpha dan beta-blocker digunakan sebagai infus untuk pasien yang mengalami krisis hipertensi . Obat ini mungkin diresepkan untuk penggunaan rawat jalan untuk pasien tekanan darah tinggi jika pasien berisiko mengalami gagal jantung. Dilator pembuluh darah (vasodilator) Dilator pembuluh darah, atau vasodilator, dapat menyebabkan otot di dinding pembuluh darah (terutama arteriol) menjadi rileks, sehingga pembuluh darah membesar atau melebar. Hal ini memungkinkan darah mengalir lebih baik.

Penatalaksanaan non-farmakologi

Diet DASH menganjurkan untuk menambahkan sayur-sayuran, buah-buahan, daging segar, produk susu, dan makanan yang kaya akan mikronutien ke dalam menu harian Anda. DASH juga menekankan pada pentingnya mengonsumsi makanan yang diproses secara minimal dan dikonsumsi secara segar untuk mempertahankan kandungan gizi (serat, mineral, vitamin, dan fitokimia) yang terkandung dalam biji-bijian, buah-buahan, dan sayuran yang memiliki sifat antioksidan, antiaterogenik Senyawa ini memiliki potensi untuk mengurangi risiko kanker, penyakit kardiovaskular (CVD), dan penyakit kronis lainnya. Penurunan Berat badan: Metode ini digunakan untuk menilai status gizi seseorang pada orang dewasa dengan berat badan lebih atau obesitas yang memiliki Indeks Masa Tubuh (IMT) lebih dari 25 kg/m2. Penurunan berat badan adalah solusi non farmakologis untuk menstabilkan metabolisme tubuh, yang dapat mempengaruhi fungsi neurohormonal dan menghasilkan penurunan tekanan darah yang signifikan.

 

Diet yang mengonsumsi banyak garam mengandung banyak sodium, yang berkontribusi pada gangguan keseimbangan cairan dan peningkatan tekanan darah. Karena cairan yang masuk ke dalam sel menjadi lebih kecil, jantung harus memompa darah lebih banyak, yang pada akhirnya menyebabkan tekanan darah meningkat. Diet yang mengandung 2.400 mg sodium setiap hari dapat menurunkan tekanan darah sebesar 2 mmHg, sementara diet yang mengandung 1.500 mg setiap hari dapat menurunkan tekanan darah sebesar 2-8 mmHg. Dengan kata lain, semakin rendah asupan sodium dalam tubuh, semakin tinggi penurunan tekanan darah. Namun, jika kadar sodium terlalu rendah, cairan dalam sel terganggu, yang menyebabkan tubuh menjadi dehidrasi. Pijat refleksi adalah teknik pemijatan pada titik tertentu pada kaki dengan menekan dan menahan, seperti pada ibu jari dan telapak kaki, untuk mengirimkan gelombang relaksasi ke seluruh tubuh dan memperlancar aliran darah. (Iqbal & Handayani, 2022).

Pengobatan Non Farmakologi Tekanan darah tinggi

Menurut Syaripudin dkk. (2023) Pengobatan yang tidak menggunakan obat dikenal sebagai pengobatan nonfarmakologi, yang mencakup perubahan gaya hidup yang bertujuan untuk meningkatkan kesehatan seseorang. Penderita hipertensi selalu memilih terapi nonfarmakologis daripada terapi farmakologis karena terapi farmakologis mahal dan dapat menyebabkan efek samping yang tidak diinginkan, seperti memperburuk keadaan penyakit atau efek fatal lainnya. Langkah pertama dalam pengobatan hipertensi non farmakologis adalah dengan menerapkan gaya hidup sehat, salah satunya dengan terapi komplementer yang menggunakan bahan-bahan alami yang ada di sekitar kita. Contoh gaya hidup sehat ini termasuk relaksasi otot progresif, meditasi, aromaterapi, terapi herbal, terapi nutrisi, dan acupoint, termasuk akupresur.

Pengaruh Terapi Akupresur terhadap penurunan tekanan darah tinggi pada penderita hipertensi.

Pada kelompok sebelum dan sesudah intervensi dengan menggunakan Uji wilxocon diperoleh Didapatkan nilai P Value  pada kedua tekanan tersebut sebesar 0,001 < 0,05, yang artinya ada perbedaan signifikan tekanan darah sistolik dan diastolik sebelum dan setelah diberikan terapi akupresur. maka dapat diambil kesimpulan terdapat pengaruh terapi akupresur terhadap penurunan tekanan darah tinggi pada penderita hipertensi di wilayah kerja puskesmas loji Kabupaten Majalengka.

Berdasarkan Hasil penelitian yang dikemukakan oleh Aminudin dkk. (2020) bahwa ada pengaruh pemberian terapi akupresur terhadap penurunan tekanan darah pada pasien hipertensi. Sejalan dengan penelitian yang dikemukakan oleh Majid & Rini (2016) bahwa terapi akupresur yang dilakukan akan menstimulasi sel saraf sensorik disekitar titik akupresur akan diteruskan ke medula spinalis, kemudian ke mesensefalon dan komplek pituitari hipothalamus yang ketiganya diaktifkan untuk melepaskan hormon endorfin yang dapat memberikan rasa tenang dan nyaman. Akupresur juga menstimulasi pelepasan histamin yang berpengaruh pada vasodilatsi pembuluh darah, kedua manfaat akupresur tersebut dapat menurunkan tekanan darah lansia. Sejalan dengan penelitian Saputra dalam Sukmadi dkk. (2021) bahwa dengan berikan tekanan pada titik akupuntur akan menstimulasi sel saraf sensorik di sekitarnya. Stimulasi ini kemudian sampai ke medula spinalis, mesensefalon, dan komplek pituitari hipotalamus, di mana hormon endorphin dilepaskan, yang menyebabkan rasa tenang dan nyaman. Adapun Peneliti berasumsi Penurunan stres pada responden, peredaran darah menjadi lancar serta responden menjadi rileks sehingga tekanan darah  menjadi turun disebabkan oleh Terapi Akupresur.

Asumsi peneliti tersebut didukung oleh teori  bahwa akupresur dapat menstimulasi saraf-saraf di superficial kulit yang kemudian diteruskan ke otak di bagian hipotalamus. Sistem saraf desenden melepaskan opiat endogen seperti hormon endorphin Potter and Perry, (2010) dalam Sukmadi dkk. (2021).  Dengan pengeluaran hormon endorphin mengakibatkan meningkatnya kadar hormon endhorphin di dalam tubuh yang akan meningkatkan produksi kerja hormon dopamin. Dengan adanya peningkatan hormon dopamin mengakibatkan terjadinya peningkatan aktivitas sistem saraf parasimpatis. Sistem tersebut berfungsi mengontrol aktivitas yang berlangsung dan bekerja pada saat tubuh rileks, sehingga penderita hipertensi mempersepsikan sentuhan sebagai stimulus respon relaksasi dan menyebabkan penurunan tekanan darah (Afila dkk dalam Sukmadi dkk., 2021). Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dikemukakan oleh Saputra dkk. (2023) bahwa terapi akupresur berpengaruh pada tekanan darah dimana ini terjadi penurunan tekanan darah sistolik maupun diastolik setelah diterapi akupresur pada penderita hipertensi.

 

DAFTAR PUSTAKA

Ainurrafiq, A., Risnah, R., & Ulfa Azhar, M. (2019). Terapi Non Farmakologi dalam Pengendalian Tekanan Darah Pada Pasien Hipertensi: Systematic Review. MPPKI (Media Publikasi Promosi Kesehatan Indonesia): The Indonesian Journal of Health Promotion, 2(3), 192–199. https://doi.org/10.31934/mppki.v2i3.806

Albert. (2012). Hubungan antara Kualitas Tidur dengan Tekanan Darah Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Tahun Masuk 2009. Skripsi.

Ali, W., Nathan, S., Funaki, B., Eggener, S., & Bakris, G. (2020). An Unusual Case of Resistant Hypertension Secondary to Fibromuscular Dysplasia. JACC: Case Reports, 2(15), 2460–2464. https://doi.org/10.1016/j.jaccas.2020.08.012

American Heart Association. (2023, Juni 7). Types of Blood Pressure Medications. American Heart Association. https://www.heart.org/en/health-topics/high-blood-pressure/changes-you-can-make-to-manage-high-blood-pressure/types-of-blood-pressure-medications

Aminudin, Sudarman, Y., & Syakib, M. (2020). Penurunan Tekanan Darah Penderita Hipertensi Setelah Diberikan Terapi Akupresur (Vol. 6, Nomor 1). http://jurnal.poltekkesmamuju.ac.id/index.php/m

Bachtiar, I., Pratama, A., Fathnin, H., & Budiono, I. (2019). Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas Kedungmundu. Prosiding Seminar Nasional Pascasarjana UNNES.

Copeland, I., Posey, J., Hashmi, S., Gupta, M., & Hanchard, N. (2018). UNDERSTANDING THE GENETIC ETIOLOGY OF CHILDHOOD ONSET ESSENTIAL HYPERTENSION. JACC Journal, 71(11).

Dinas Kesehatan Kabupaten Majalengka. (2022). Profil Kesehatan.

Garwahusada, E., & Wirjatmadi, B. (2020). Hubungan Jenis Kelamin, Perilaku Merokok, Aktivitas Fisik Dengan Hipertensi Pada Pegawai Kantor. media gizi indonesia. https://doi.org/10.204736/mgi.v15i1.60-65

Handayani, I., & Wahyuni, S. (2021). Efektivitas Daun Seledri terhadap Penurunan Tekanan Darah pada Penderita Hipertensi di Puskesmas Pembantu Berngam Kota Binjai Tahun 2021. Jurnal Riset Hesti Medan Akper Kesdam I/BB Medan, 6(2), 112. https://doi.org/10.34008/jurhesti.v6i2.241

Harahap, R. A., Kintoko Rochadi, R., & Sarumpaet, S. (2017). PENGARUH AKTIVITAS FISIK TERHADAP KEJADIAN HIPERTENSI PENGARUH AKTIVITAS FISIK TERHADAP KEJADIAN HIPERTENSI PADA LAKI-LAKI DEWASA AWAL (18-40 TAHUN) DI WILAYAH PUSKESMAS BROMO MEDAN TAHUN 2017.

Ikhsan, M. N. (2019). Dasar Ilmu Akupresur dan Moksibasi. Bhimaristan Press.

Iqbal, A. M., & Jamal, S. F. (2024). Essential Hypertension. StatPearls.

Iqbal, M., & Handayani, S. (2022). Terapi Non Farmakologi pada Hipertensi. Jurnal Untuk Masyarakat Sehat (JUKMAS), 6(1), 41–51. https://doi.org/10.52643/jukmas.v6i1.2113

James, P. A., Oparil, S., Carter, B. L., Cushman, W. C., Dennison-Himmelfarb, C., Handler, J., Lackland, D. T., LeFevre, M. L., MacKenzie, T. D., Ogedegbe, O., Smith, S. C., Svetkey, L. P., Taler, S. J., Townsend, R. R., Wright, J. T., Narva, A. S., & Ortiz, E. (2014a). 2014 Evidence-Based Guideline for the Management of High Blood Pressure in Adults. JAMA, 311(5), 507. https://doi.org/10.1001/jama.2013.284427

James, P. A., Oparil, S., Carter, B. L., Cushman, W. C., Dennison-Himmelfarb, C., Handler, J., Lackland, D. T., LeFevre, M. L., MacKenzie, T. D., Ogedegbe, O., Smith, S. C., Svetkey, L. P., Taler, S. J., Townsend, R. R., Wright, J. T., Narva, A. S., & Ortiz, E. (2014b). 2014 Evidence-Based Guideline for the Management of High Blood Pressure in Adults. JAMA, 311(5), 507. https://doi.org/10.1001/jama.2013.284427

Jarmey, C., & Bouratinos, I. (2008). A Practical Guide to Acu Points. Lotus Publishing.

Johanes Adrian, S. (2019). Hipertensi Esensial: Diagnosis dan Tatalaksana Terbaru pada Dewasa.

Kartika, M., & Mirsiyanto, E. (2021). FAKTOR-FAKTOR RISIKO YANG BERHUBUNGAN DENGAN HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RAWANG KOTA SUNGAI PENUH TAHUN 2020 Risk Factors Related to Hypertension at Rawang Community Health Center Working Area, Sungai Penuh District 2020 (Vol. 5, Nomor 1).

Kartika, M., Subakir, S., & Mirsiyanto, E. (2021). Faktor-Faktor Risiko Yang Berhubungan Dengan Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas Rawang Kota Sungai Penuh Tahun 2020. Jurnal Kesmas Jambi, 5(1), 1–9. https://doi.org/10.22437/jkmj.v5i1.12396

Kemenkes RI. (2018). Laporan Riskesdas 2018 Nasional (1). Dalam Laporan Riskesdas.

Kementerian Kesehatan RI. (2018). Laporan Riskesdas 2018 Nasional.

Kurniasih, D., Pangestuti, D. R., Aruben, R., Peminatan, M., Kesehatan, G., Semarang, U., Dosen, ), Gizi, B., & Masyarakat, K. (2017). HUBUNGAN KONSUMSI NATRIUM, MAGNESIUM, KALIUM, KAFEIN, KEBIASAAN MEROKOK DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN HIPERTENSI PADA LANSIA (Studi di Desa Wilayah Kerja Puskesmas Duren Kabupaten Semarang Tahun 2017) (Vol. 5). http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

LeWine, H. E. (2023, Juni 19). Secondary Hypertension. Harvard health Publishing. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK544305/

lindquist Ruth, Traacy, M., & snyder mariah. (2018). Complementary and Alternative Therapies in Nursing. Springer publishing company.

Majid, Y. A., & Rini, P. S. (2016). Terapi Akupresur Memberikan Rasa Tenang dan Nyaman serta Mampu Menurunkan Tekanan Darah Lansia. Jurnal Aisyah: Jurnal Ilmu Kesehatan.

Manuntung, A. (2018). Terapi Perilaku Kognitif pada Pasien Hipertensi. Wineka Media.

Nompo, R. (2020). Pengaruh Aplikasi Akupuntur Pada Pasien Hipertensi di Puskesmas Sentani Kabupaten Jayapura. Jurnal Keperawatan Muhammadiyah, 5(2). https://doi.org/10.30651/jkm.v5i2.6608

Nursalam. (2020). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pendekatan Praktis Edisi ke-5. Dalam Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pendekatan Praktis Edisi ke-5. http://www.penerbitsalemba.com

Open Data Jabar. (2022). Jumlah Penderita Hipertensi yang Mendapat Pelayanan Kesehatan Berdasarkan Kabupaten/Kota di Jawa Barat.

Saleh, R., Amirudin, Z., Sri Harnany, A., Keperawatan Pekalongan, P., Keperawatan, J., & Kesehatan Kemenkes Semarang, P. (2021). Efektifitas Metode Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation (TENS) terhadap Perubahan Tekanan Darah dan Denyut Nadi pada Remaja Dysmenorrhea. https://ejournal.poltekkes-smg.ac.id/ojs/index.php/LIK

Saputra, A., Pebriani, S. H., Tafdhila, T., & Syafe’i, A. (2023). Pengaruh Terapi Akupresur terhadap Tekanan Darah pada Penderita Hipertensi. Malahayati Nursing Journal, 5(1), 80–87. https://doi.org/10.33024/mnj.v5i1.7665

Sekar Siwi, A., Irawan, D., & Susanto, A. (2020). Analisis Faktor-Faktor yang Memengaruhi Kejadian Hipertensi. Journal of Bionursing, 2(3), 164–166. https://doi.org/10.20884/1.bion.2020.2.3.70

Setyowati, H. (2018). Akupresur untuk Kesehatan Wanita Berbasis  Hasil Penelitian (M. K. Wijayanti, Ed.). UNIMMA PRESS.

Sugiyono. (2018a). METODE PENELITIAN KUANTITATIF KUALITATIF DAN R&D.

Sugiyono, D. (2018b). Metode Penelitian kuantintatif, kualitataif dan R&D/sugiyono. Alfabeta.

Sukmadi, A., Alifariki, L. O., Arfini Kasman A, I. M., & Siagian, H. J. (2021). Terapi Akupresur Menurunkan Tekanan Darah Pasien Hipertensi. Jurnal Kesehatan, 9(2), 109–114. https://doi.org/10.25047/jkes.v9i2.224

Sutriyawan, A., Miranda, T. G., Yusuf, A. A., & Fardhoni. (2023). Analisis Data Penelitian Kuantitatif Bidang Kesehatan (R. Trisnadewi, Ed.). PT. Refika Aditama.

Syapitri, H., Amila, & Aritonang, J. (2021). Buku Ajar Metodologi Penelitian Kesehatan (Nadana Aurora Hawa, Ed.). Ahlimedia Press.

Syaripudin, A., Dewi Amir, M., & Karlina Nonok. (2023). Keperawatan Komplementer: Aplikasi Acupoint Pada Penyakit Hipertensi.

Warjiman, Ermeisi Unja, Yohana, G., & Fransiska dwi hapsari. (2020). Skrining dan Edukasi Penderita Hipertensi (Vol. 2, Nomor 1).

WHO. (2023, Maret 16). Hypertension. WHO. https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/hypertension

Zubaidah, Z., Maria, I., Rusdiana, R., Pusparina, I., & Norfitri, R. (2021). The Effectiveness of Acupressure Therapy in Lowering Blood Pressure in Patients with Hypertension. Indonesian Journal of Community Health Nursing, 6(1), 33. https://doi.org/10.20473/ijchn.v6i1.26659

Â