fbpx

Menavigasi Harmoni Antara Pembangunan Manusia, Pendidikan dan Pembangunan Ekonomi

Pada momentum genapnya usia kemerdekaan 100 tahun pada 2045, Indonesia bercita-cita untuk ‘lahir baru’ dengan predikat negara maju. Hal inilah yang mendorong terbentuknya visi 2045 dengan 4 pilar meliputi pembangunan manusia, pembangunan ekonomi, pemerataan pembangunan, serta ketahanan dan tata kelola pemerintahan. Menuju 2045 itu juga diprediksikan Indonesia akan mengalami bonus demografi dimana persentase penduduk usia produktif (15-64 tahun) akan lebih besar dibandingkan dengan persentase penduduk usia nonproduktif. Maka itulah pilar pembangunan manusia menjadi sangat krusial agar Indonesia bersiap menghadapi kondisi tersebut.

Untuk mengetahui capaian kualitas pembangunan manusia Indonesia dapat dilihat dari Indeks Pembangunan Manusia (IPM). IPM nasional pada tahun 2022 sebesar 72,91 meningkat 0,86% dibanding tahun 2021. Sementara itu dilihat dari Human Development Index (HDI) Indonesia berada di peringkat 114 dengan skor 0,705 (rentang skor 0-1). Selama 2018-2021 angka capaian Indonesia konstan di kisaran 0,7. Dalam kurun waktu yang sama, negara lain di Asia seperti Jepang, Korea, Singapura, Hongkong dan Malaysia sudah berada di level 0,8 – 0,9.

Selain HDI, parameter mengukur kesiapan menjadi negara high-income economy juga dilihat dari laju pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi Indonesia selama 5 tahun terakhir yaitu 2018 (5,2%), 2019 (5%), 2020 (-2,07%), 2021 (3,7%), 2022 (5,3%). Dengan kata lain pertumbuhannya cenderung stagnan di kisaran 5%. Memang butuh proses panjang untuk bisa mencapai high-income country sebagaimana dilalui Singapura, Hongkong, Jepang dan Korea Selatan. Singapura, contohnya, memerlukan waktu 20 tahun (1971-1991) untuk keluar dari middle-income trap. Namun perlu diketahui bahwa dalam masa itu rata-rata pertumbuhan Singapura sangat besar yaitu 8,3%. Begitupun dengan Korea Selatan yang mempertahankan rata-rata pertumbuhan mereka 8,9% selama 18 tahun (1978-1996).

Bukan tanpa alasan pilar pembangunan manusia serta penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi disebutkan pertama dari keempat pilar tersebut. Pilar pembangunan manusia berperan sebagai booster sekaligus leading indicator dari ketiga pilar lain pada Visi Indonesia 2045. Pengembangan modal manusia adalah kunci masa depan Indonesia. Dan pendidikan adalah  kunci dari pengembangan manusia sebab pendidikan memperkaya hidup, salah satu bekal berharga yang membentuk karakter dan pengetahuan untuk generasi yang bisa berkarya bagi Indonesia. Berbagai pihak dari berbagai sektor perlu untuk semakin menyadari hal tersebut. Bahwasanya antara pembangunan ekonomi, pembangunan manusia dan pendidikan terkait satu sama lain sehingga terwujud pertumbuhan yang berkualitas dan sinergis. 

Dari sisi pemerintah ada berbagai contoh program yang menunjukkan hubungan pendidikan pada pembangunan ekonomi. Sebagai salah satu contoh yaitu Program Magang Bersertifikat – Penggerak Muda Pasar Rakyat (PMPR) yang merupakan kerja sama Kementerian Perdagangan dan Kementerian Pendidikan, Riset dan Teknologi. Program ini bertujuan untuk mengakselerasi penerapan SNI di pasar rakyat dengan cara membuka peluang bagi mahasiswa/i dari perguruan tinggi terpilih untuk dapat belajar, menggali ide, bekerja sama, berempati, dan melakukan aksi yang bertujuan untuk mengembangkan kualitas pasar tradisional. Melalui pengalaman dan pembelajaran unik ini diharapkan mahasiswa dapat memahami kondisi faktual, melatih kreativitas berpikir dan mengabdikan ilmu. Dalam masa belajar yang berlangsung selama lima bulan, mahasiswa/i ini dibekali oleh ilmu pengetahuan dan sesi mentoring untuk membantu mengarahkan dalam mengidentifikasi masalah, menyusun rencana dan melaksanakan ide kreatif oleh mentor-mentor yang mumpuni. Diyakini bahwa dari program ini, terwujud pemberdayaan, pembinaan dan upskilling dari dan terhadap mahasiwa, berbagai subyek di pasar dan pemerintah khususnya di level daerah.

Inisiatif untuk memajukan kualitas belajar tentu harus lebih digiatkan Sebagai contoh yaitu mengadakan pelatihan bagi guru yang mengajar di lembaga pendidikan non formal untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dan profesionalisme guru dalam mendorong minat literasi anak. Hal ini yang telah dilakukan oleh 4 orang yang merupakan peserta dari program SDG Leadership Program Angkatan IV yang melaksanakan program Penguatan Edukasi, Literasi Madrasah (PELITA Madrasah) di Kabupaten Garut. Guru dikenalkan dan dibekali pengetahuan terkait metode ajar dengan teknik Appreciative Inquiry, Pohon Geulis, dan Storytelling. Cita-cita utama dari program ini adalah agar para santri mampu menunjukan kecakapan literasi baik secara tulisan maupun lisan. Dan tentu saja Madrasah menjadi lingkungan belajar yang kaya akan literasi. Rasa cinta dan kepedulian terhadap lingkungan serta keanekaragaman hayati, nasionalisme, menghargai keberagaman, pembentukan karakter (character building) juga dapat diinternalisasikan dalam diri para generasi muda baik dengan menerapkan ketiga metode atau praktik ajar tersebut di lembaga pendidikan formal maupun non formal.

Visi sejatinya harus bertransformasi ke dalam aksi. Tentunya, untuk mencapai masa emas Indonesia pada 2045 harus ada langkah taktis dan visibel serta komitmen untuk melaksanakan pilar-pilar pembangunan Indonesia 2045. Untuk merealisasikan target menjadi negara maju, Indonesia memang harus bekerja lebih keras mendorong laju pertumbuhan ekonomi dan IPM. Namun tidak kalah penting yaitu melalui beragam rangkaian kebijakan dan program dapat membangun kontinum antara lini pembangunan manusia, pembangunan ekonomi dan pendidikan.