fbpx

Membawa Atmosfir Positif Ke Dalam Model Pembelajaran Berdiferensiasi Untuk Menciptakan Lingkungan Sekolah Yang Aman, Nyaman Dan Ramah

Membawa Atmosfir Positif Ke Dalam Model Pembelajaran Berdiferensiasi Untuk Menciptakan Lingkungan Sekolah Yang Aman, Nyaman Dan Ramah

Oleh. Meilanie M. J. Kaeng, S. Si., Gr.

Siapa bilang belajar itu harus di dalam kelas ? Bukankah kurikulum merdeka mengijinkan terjadinya proses belajar yang fleksibel dan memperhatikan kebutuhan peserta didik ? Ataukah kurikulum merdeka hanya sebuah wacana yang tidak diimplementasikan di Lembaga-lembaga Pendidikan ?

Merujuk pada sebuah kalimat bijak Nelson Mandela “Pendidikan adalah senjata paling ampuh untuk mengubah dunia”, maka jelaslah peran strategis Pendidikan adalah untuk menghadapi dunia yang secara harafiah diterjemahkan sebagai keseluruhan peradaban manusia, pengalaman manusia, sejarah manusia, atau keadaan manusia secara umum di seluruh Bumi, atau mengenai segala sesuatu yang terdapat di dalamnya. Pendidikan mampu mengubah peradaban, memperkaya pengalaman, mempelajari sejarah dan keadaan manusia serta segala sesuatu yang ada di dalamnya. Pendidikan yang seperti apa yang harus disiapkan untuk mengubah dunia ?

Menurut detik.com sistem pendidikan di Finlandia dikenal sebagai yang terbaik di dunia mengungguli negara maju lainnya, termasuk Amerika Serikat. Hal ini berkat sistem pendidikan di Finlandia yang mengutamakan perkembangan individu tiap siswa. Sebagai salah satu Lembaga Pendidikan, sekolah kami berupaya menghadirkan Pendidikan terbaik bagi peserta didik salah satunya lewat bekerja sama dengan Finlandia. Di sekolah kami telah mengadaptasi Pendidikan Finlandia lewat program intrakurikuler Positive Pals. Program ini bertujuan untuk membentuk dan mempertajam karakter-karakter peserta didik sehingga menghadirkan atmosfer positif pada pembelajaran. Dalam praktek implementasi di lapangan, kami membagi siswa ke dalam kelompok-kelompok beranggotakan 6 sampai 7 orang dengan 1 orang guru sebagai mentor. Program ini dilakukan sekali dalam seminggu. Isinya adalah diskusi karakter-karakter dalam positive education. Kemudian dikaitkan dengan  isu-isu yang terjadi dalam kehidupan sehari-sehari. Bisa tentang lingkungan, politik, budaya, hubungan social dan hal-hal yang relevan dengan peserta didik. Dalam diskusi siswa didorong untuk dapat menganalisis bagaimana mempertajam karakter positive yang dibahas dalam rangka menyikapi permasalahan  atau isu terkait. Setelah itu dilanjutkan dengan memikirkan solusi terbaik yang dapat dilakukan dengan kapasitas sebagai siswa. Misalnya karakter Carefulness dengan isu tentang Bullying di sekolah. Guru akan menuntun peserta didik untuk memulai rantai berpikir yang dimulai dari diri sendiri. Dari kelompok yang saya mentori ada beragam analisis yang mereka tuangkan dalam sesi diskusi, diantaranya karakter impulsif peserta didik yang sering dilakukan tanpa sadar yang menyinggung orang lain, acuh dengan tanggung jawab dan kewajiban sebagai peserta didik. Kondisi ini umumnya ditunjukkan oleh anak-anak, karena belum mengerti cara menyampaikan emosi atau meredam dorongan yang muncul. Dengan program ini, sebagai guru saya lebih mengenal peserta didik saya lewat diskusi, sehingga membantu saya untuk dapat merancang strategi dan metode dalam melakukan pembelajaran di kelas yang memperhatikan kondisi dan kebutuhan peserta didik.

Kelanjutan di kelas pada tugas saya sebagai guru mata pelajaran IPA, saya menerapkan pembelajaran berdiferensiasi dengan cara membagi kelompok diskusi, memberi kebebasan peserta didik untuk menyelesaikan projek sesuai dengan kemampuan, memberi sumber ajar dalam bentuk video, presentasi powerpoint, bahan bacaan, artikel. Tujuan membagi kelompok-kelompok yaitu  untuk memaksimalkan praktek kolaborasi dengan orang lain. Diferensiasi memungkinkan guru untuk memberikan materi lebih sederhana dan memberi kesempatan kepada peserta didik untuk bereksplorasi lebih luas dengan sumber belajar apa saja. Dengan demikian pencapaian pada pembelajaran ini tidak terbatas pada pemenuhan target kurikulum namun dapat lebih dari itu peserta didik dapat melampaui target belajar yang ditetapkan kurikulum.  Praktek ini penting sebagai modal untuk membangun hubungan sosial di masa datang. Peserta didik harus memiliki kemampuan berkomunikasi, berinteraksi dan berpatisipasi aktif dalam diskusi-diskusi sehingga di masa depan mereka mampu secara mandiri untuk menciptakan hubungan luas dan membentuk jaringan-jaringan potensial untuk mencapai kesuksesan. Keberhasilan model diferensiasi akan terihat dari partisipasi aktif peserta didik saat diferensiasi proses, selanjutnya projek yang ditampilkan beragam setiap kelompok bahkan bisa secara individu, sumber belajar yang mereka gunakan beragam mulai dari media cetak, media elektronik dan hasil wawancara dengan narasumber. Jika anda berjalan-jalan ke kelas saya, mungkin anda akan menemukan kelas saya ribut, kacau dan berantakan. Namun ketika anda melihat lebih dekat proses yang terjadi sebenarnya adalah kelas aktif. Peserta didik akan berada di koridor menemukan narasumber misalnya guru piket, kelompok yang lain ada di lantai salah satu sudut ruangan mengerjakan proyeknya, ada yang menggunakan smartphone sedang menonton berita, ada yang menggunakan laptop sedang surfing di internet. Posisi saya ada dimana ? Pastinya saya sedang berada dimana-mana namun tentu saja di sekitar peserta didik dalam rangka mengawasi, menuntun dan mengarahkan. Karena praktek diferensiasi didukung dengan penguatan karakter lewat program Positive education dapat memberi keleluasaan peserta didik untuk melakukan aktivitas dengan bertanggung jawab. Artinya adalah setiap peserta didik sadar dalam melakukan aktivitas belajar ada prosedur-prosedur yang harus mereka lakukan secara konsisten meskipun tanpa pengawasan guru. Peran guru tidak lagi sebagai pemberi hukuman atau seperti tata tertib berjalan yang dengan kalimat-kalimat perintah “Jangan ribut, jangan berlari, jangan berteriak” namun sebaliknya kalimat-kalimat demikian diganti dengan “bekerjalah lebih tenang dan focus, gunakan level suara sesuai tempatnya (di dalam ruangan, di koridor), gunakan kata-kata yang sopan”, namun guru menjadi seorang yang mengawasi, memantau dengan terus mendorong terciptanya lingkungan yang positif. Hasilnya adalah peserta didik dan guru merasa aman, nyaman dalam melaksanakan proses pembelajaran dan lingkungan belajar menjadi lebih baik.

 

Praktek seperti ini perlu diperbaharui secara terus-menerus, sehingga terbentuk suatu pola pembelajaran yang positif yang bukan hanya mengejar target pemenuhan kurikulum namun juga perubahan karakter yang lebih baik. Positive education ketika diadaptasi dan dimplementasikan dalam praktek di lembaga-lembaga Pendidikan secara berkelanjutan adalah hal yang sangat baik yang mampu mendorong terjadinya perubahan karakter, pola pikir dan motivasi belajar peserta didik. Sekolah sebagai Lembaga Pendidikan sudah seyogianya menghadirkan atmosfer sekolah aman, nyaman dan ramah bagi peserta didik dan pendidik, yang nantinya bermuara pada pencapaian mencerdaskan kehidupan bangsa, menciptakan generasi-generasi dengan profil pelajar Pancasila yang membangun bangsa, yang mampu meningkatkan kualitas hidup sehingga bangsa kita dapat mensejajarkan diri dengan bangsa-bangsa lain di dunia lewat Pendidikan.