fbpx
Puncak Gunung Sumbing yang Terlihat Begitu Indah dari Lapangan SD N 2 Warangan

KISAH PENDIDIKAN DI KAKI GUNUNG SUMBING

Penulis : Taprihanto 

Penerima Beasiswa Cendekia BAZNAS UNNES 

Dunia sedang digemparkan dengan munculnya  wabah virus Covid-19. Virus ini terdeteksi masuk ke Indonesia pada bulan Maret 2020. Badan kesehatan dunia (WHO) sudah menetapkan bahwa virus covid-19 menjadi pandemik dan harus ditangani dengan cepat dan tetap oleh seluruh dunia. Berbagai macam upaya telah dilakukan oleh pemerintah, antara lain yaitu ; physical distancing, social distancing, karantina wilayah, pembatasan mobilitas masyarakat dan sebagainya. Semua kegiatan yang mengakibatkan kerumunan masyarakat banyak sebisa mungkin di minalisir dan pelaksanaannya di rubah dari rumah. Seperti bekerja, beribadah termasuk juga kegiatan belajar mengajar. Hal ini sesuai dengan arahan dari Kemendikbud melalui Surat Edaran Nomor 4 Tahun 2020.

Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah melalui Kemendikbudristek yaitu meluncurkan program kampus mengajar yang merupakan salah satu program kegiatan Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) yang merupakan program asistensi mengajar untuk memberdayakan mahasiswa dalam membantu proses pembelajaran di desa atau di daerah-daerah tertinggal. Semua mahasiswa dari berbagai jurusan pun ikut berpartisipasi untuk mengikuti program yang sangat luar biasa ini karena program ini tidak memiliki persyaratan khusus seperti jurusan atau bidang perkuliahannya. Masa penugasan program Kampus Mengajar (KM) Angkatan 1  ini dilaksanakan kurang lebih 3 bulan yaitu di mulai bulan Maret dan akan berakhir pada bulan Juni 2021.

Saya merupakan salah satu mahasiswa UNNES yang beruntung dapat lolos dan mengikuti program KM Angkatan 1 dan ditempatkan di SD N 2 Warangan, Kecamatan Kepil, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah. Di sekolah tersebut saya tidak sendiri, saya bersama 4 rekan saya yang berasal dari berbagai daerah, berbagai universitas dan asal jurusan yang tentunya berbeda-beda. Sebelum proses kegiatan KM 1 dilaksanakan, mahasiswa terlebih dahulu melakukan analisis kebutuhan sekolah yang bertujuan agar mahasiswa memperoleh gambaran mengenai proses pembelajaran yang dilakukan di sekolah beserta kelengkapan sarana dan prasarana yang menunjang pembelajaran.

Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, sekolah tersebut menerapkan kurikulum 2013 dalam pembelajaran sehari-hari dengan jumlah peserta didik sebanyak 68 orang dan jumlah guru yang ada yaitu 7 orang yang terdiri dari 1 kepala sekolah dan 6 guru kelas. Lokasi sekolah tepat berada di bawah kaki gunung Sumbing. Lokasinya sangat jauh dari pusat kota Wonosobo kurang lebih 28 KM. Waktu yang saya habiskan untuk perjalanan dari rumah sampai sekolah kurang-lebih adalah 1 jam. Jalanan untuk menuju sekolah tersebut cukup baik karena jalur yang digunakan adalah jalur utama yang di gunakan untuk akses jalan Wonosobo – Magelang (via Kaliangkrik). Namun di daerah SD tersebut sangat suli untuk mendapatkan sinyal ataupun jaringan internet.

Berdasarkan hasil observasi yang saya lakukan di SD N 2 Warangan ini ternyata pembelajaran yang dilakukan tidak dapat menerapkan metode daring. Hal ini karena banyak dari peserta didik tidak memiliki fasilitas pembelajaran online seperti handphone dan sebagainya kemudian tempat tinggal peserta didik susah sekali untuk mendapatkan sinyal bahkan dari pihak sekolah hanya memanfaatkan fasilitas jaringan wifi yang ada di sekolah untuk mengurus semua administrasi sekolah yang sekarang sudah serba online. Selain itu jaringan telekomunikasi sangat susah untuk di dapatkan di daerah tersebut. Hal ini membuat guru dan pihak sekolah membuat blanded learning dengan tujuan mengatasi tidak tersedianya fasilitas belajar daring dan kesulitan sinyal serta tetap memutus penyebaran Covid 19.

Kami juga mengadakan pembelajaran luring terbatas dengan jumlah peserta didik yang terbatas , waktu yang terbatas dengan protokol kesehatan yang ketat seperti menyediakan tempat cuci tangan di depan kelas, kemudian penggunaan masker dan sebagainya. Baik guru maupun peserta didik sangat antusias menyambut kedatangan kami di sekolahan, kami membantu semua pekerjaan bapak dan ibu guru di sekolah, membantu mengajar dari kelas 1 sampai kelas 6 yang kami laksanakan dari hari Senin hingga hari Sabtu, selain membantu dalam proses pembelajaran kami juga membantu di bidang administrasi seperti membantu membuat SPJ untuk dana BOS membuat struktur organisasi, administrasi perpustakaan sekolah dan sebagainya. Selain itu kamu juga membantu di bidang adaptasi teknologi baik untuk bapak dan ibu guru serta peserta didik. Hasilnya kami berhasil mengakuratkan lokasi sekolah di  maps sehingga mempermudah orang-orang yang akan berkunjung ke sekolahan tersebut. Selain itu kami juga berhasil membuat website sekolah sederhana sebagai media informasi tentang sekolah yang dapat di akses oleh siapapun, dimanapun dan kapanpun. Selain itu kami juga membuat akun youtube khusus untuk sekolahan agar dapat menjadi tempat berbagai momen yang terjadi di sekolahan tersebut.

Ada satu hal yang menarik yang kami dapatkan di SD N 2 Warangan hal tersebut berkaitan dengan budaya atau kebiasaan peserta didik di sana. Hal tersebut adalah bahwa semua peserta didik di SD N 2 Warangan menggunakan bahasa Jawa Krama Inggil untuk percakapan sehari-hari antar teman. Bahasa ini adalah tatanan terhalus dalam susunan bahasa Jawa. Hal ini tentu sangat membuat saya terkejut, karena biasanya bahasa Jawa yang digunakan untuk percakapan sehari-hari dengan teman sebaya adalah menggunakan bahasa jawa ngoko atau kasar. Bahasa halus biasanya hanya digunakan untuk orang tua atau orang yang lebih tua. Namun di sekolah ini seperti ada aturan tak tertulis yang menjadi sebuah kebiasaan yang mengakar bahwa bahasa pergaulan sehari-hari mereka menggunakan bahasa krama inggil. Dan kami belajar banyak bahasa krama inggil dari peserta didik di sekolah ini.

Bagi saya menjadi salah satu bagian dari beribu-ribu mahasiswa yang lolos kampus mengajar angkatan 1 merupakan suatu kebanggaan tersendiri. Saya mendapatkan banyak sekali pengalaman selama kurang lebih 3 bulan saya mengabdi di sebuah sekolah yang terletak di kaki gunung tertinggi ke-2 di Jawa Tengah ini. Bukan hal yang mudah memang banyak sekali tantangan dan hambatan yang saya temui. Namun semua itu tidak membuat saya menyesal malah membuat saya rindu akan dinginnya suhu dan sepinya suasana sekolah yang akan langsung berubah menjadi hangat dan ramai ketika canda tawa dan semangat belajar peserta didik memenuhi seluruh sudut sekolah sederhana ini.