Alexander Bryan Mahasiswa Jurusan Food Business Technology, Universitas Prasetiya Mulya 0shares Wujudkan Majalengka Langkung Sae, PC Tidar Majalengka Gelar Rapat Konsolidasi dan Pelatihan Tunas 1 dan 2 Read More Gagasan “Industri Kreatif Sebagai New Engine of Economic Growth” yang dilontarkan Menteri Ekonomi Kreatif dalam rapat kerja perdana Kementerian Ekonomi Kreatif/Badan Ekonomi Kreatif dengan Komisi VII DPR RI menarik untuk dibahas. Ini menjadi relevan dalam konteks arah ekonomi nasional ke depan. Bagaimana sebenarnya kita bisa memosisikan ekonomi kreatif sebagai motor pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan? Apakah sektor kreatif ini mampu menggeser dominasi sektor ekstraktif yang selama ini menjadi andalan? Setidaknya, dengan kontribusi sebesar 7,8% terhadap PDB nasional pada tahun 2023, ekonomi kreatif telah membuktikan dirinya sebagai sektor yang signifikan dan strategis bagi perekonomian negara. Sejarah dan Perkembangan Ekonomi Kreatif di Indonesia Industri kreatif di Indonesia mulai mendapatkan perhatian serius pada era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Pada tahun 2007, SBY meluncurkan studi pemetaan kontribusi industri kreatif dalam Trade Expo Indonesia. Kemudian, pada tahun 2008, pemerintah menerbitkan Cetak Biru Ekonomi Kreatif Indonesia 2025, yang menjadi panduan strategis bagi pengembangan sektor ini. Di bawah pemerintahan Presiden Joko Widodo, ekonomi kreatif semakin dipercepat dengan pembentukan Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) pada 2015. Selain itu, Indonesia juga menjadi tuan rumah World Conference on Creative Economy pada 2018, yang semakin memperkuat posisi negara ini dalam dialog global tentang ekonomi kreatif. Menurut data Kementerian Perindustrian, pada tahun 2023, sektor ekonomi kreatif menyumbang Rp1.279 triliun terhadap PDB nasional. Subsektor seperti kuliner, fashion, dan kriya mendominasi dengan kontribusi masing-masing sebesar 41,5%, 17,7%, dan 15%. Meski angka ini cukup besar, potensi ekonomi kreatif di bidang lain seperti musik, film, dan seni rupa masih perlu didorong lebih serius melalui kebijakan dan dukungan yang tepat. Thailand dan Singapura: Inspirasi Pengembangan Ekonomi Kreatif Thailand adalah contoh negara yang berhasil mengintegrasikan budaya dengan strategi ekonomi melalui pendekatan holistik. Salah satu inisiatif yang menonjol adalah program Global Thai, yang bertujuan mempromosikan kuliner Thailand ke seluruh dunia. Pada tahun 2022, sektor kuliner Thailand menghasilkan pendapatan sebesar USD 27 miliar, sebagian besar dari ekspor makanan dan minuman serta wisata kuliner. Inisiatif lain, seperti Amazing Thai Culinary City, memanfaatkan kekayaan kuliner lokal untuk menarik wisatawan internasional, dengan target pendapatan dari pariwisata kuliner mencapai USD 3 miliar pada 2025. Di sektor fesyen, Thailand juga menunjukkan kemajuan pesat. Acara seperti Bangkok International Fashion Week menjadi ajang promosi desainer lokal ke panggung global. Pada 2023, sektor fesyen Thailand menyumbang USD 4,3 miliar terhadap ekonomi nasional, didukung oleh ekspor produk tekstil dan pakaian jadi. Dalam bidang hiburan, Thailand memanfaatkan potensi media dan perfilman dengan membangun pusat produksi film internasional serta berbagai sajian hiburan. GMM Grammy, dengan berbagai anak perusahaan di bidang musik, film, TV, radio, majalah, dan koran, memainkan peran penting dalam industri hiburan Thailand. Film-film seperti Bad Genius, How to Make Millions Before Grandma Dies, dan serial The Gifted menunjukkan kemampuan Thailand untuk bersaing di pasar global. Singapura, di sisi lain, telah memposisikan dirinya sebagai Food Capital of Southeast Asia dengan mengintegrasikan pengalaman kuliner kelas dunia ke dalam strategi pariwisata dan ekonominya. Dengan pendapatan dari sektor kuliner sebesar USD 15,5 miliar pada 2022, Singapura menarik wisatawan melalui festival makanan, restoran berbintang Michelin, dan pusat kuliner lokal seperti hawker centers yang diakui UNESCO sebagai warisan budaya dunia. Selain itu, Singapura menjadi pusat hiburan global dengan menggelar konser-konser internasional yang menarik jutaan wisatawan. Pada 2024, konser Coldplay dan Taylor Swift di Singapura dihadiri oleh lebih dari 200.000 orang, dengan kontribusi ekonomi sebesar USD 200 juta dari tiket, akomodasi, dan sektor terkait lainnya. Dalam sektor seni dan desain, Singapura memimpin melalui DesignSingapore Council, yang mendorong pertumbuhan ekonomi kreatif dengan memanfaatkan desain sebagai strategi inovasi. Sektor seni dan budaya menyumbang sekitar 3% dari PDB Singapura, dengan target pertumbuhan sebesar 5% per tahun. Lesson Learned dan Implementasi untuk Indonesia Pertama, pembentukan narasi yang jelas dan kuat. Pengemasan produk kreatif adalah aspek penting dalam menciptakan persepsi positif di benak konsumen dan membangun hubungan emosional dengan audiens. Melalui narasi yang autentik dan menarik, Indonesia bisa mengkomunikasikan kisah dan nilai yang terkandung dalam setiap produk kreatif, yang tidak hanya mencerminkan kualitas tetapi juga kekayaan budaya yang dimiliki. Kedua, membangun ekosistem industri kreatif yang terintegrasi. Ini mencakup kolaborasi antara berbagai pihak, mulai dari pelaku industri kreatif, akademisi, pemerintah, hingga sektor swasta. Kolaborasi ini akan menciptakan peluang inovasi, memperkuat jaringan distribusi, serta membuka akses pasar bagi produk-produk kreatif Indonesia. Ketiga, dukungan pendanaan dan penciptaan ruang interaksi. Dukungan dari pemerintah sangat dibutuhkan untuk menciptakan iklim yang kondusif bagi berkembangnya ekonomi kreatif. Salah satu bentuk dukungan yang bisa diberikan adalah melalui pendanaan bagi pelaku industri kreatif, baik itu dalam bentuk pinjaman, hibah, maupun insentif pajak untuk pelaku usaha kecil dan menengah (UKM) yang bergerak di sektor kreatif. Selain itu, pemerintah juga perlu menciptakan ruang interaksi yang mendukung kolaborasi antar pelaku ekonomi kreatif. Ruang interaksi ini bisa berupa festival, pameran, atau even-even internasional yang dapat meningkatkan eksposur produk kreatif Indonesia. Partisipasi aktif pemerintah dalam memfasilitasi ruang interaksi ini akan membuka kesempatan lebih besar bagi pelaku industri kreatif untuk menampilkan karya-karya mereka kepada dunia internasional. Penutup Dengan langkah-langkah konkret yang diambil untuk memperkuat positioning, ekosistem, dan dukungan terhadap industri kreatif, harapan untuk menjadikan sektor ini sebagai motor penggerak ekonomi Indonesia semakin realistis. Lebih dari sekadar sumber pendapatan, ekonomi kreatif berpotensi menjaga dan melestarikan kekayaan budaya Indonesia yang begitu beragam. Agar itu terwujud, kapasitas sumber daya manusia dalam bidang budaya dan kreativitas perlu terus ditingkatkan melalui pendidikan, pelatihan, dan fasilitas yang mendukung inovasi. Jika sektor ini mendapat perhatian yang lebih besar dan ekosistemnya semakin berkembang, ekonomi kreatif bisa menggantikan ekonomi ekstraktif sebagai sektor utama yang lebih berkelanjutan, menciptakan lapangan kerja yang lebih luas, dan memperkenalkan Indonesia sebagai pusat kreativitas global yang diakui dunia.
Wujudkan Majalengka Langkung Sae, PC Tidar Majalengka Gelar Rapat Konsolidasi dan Pelatihan Tunas 1 dan 2 Read More