fbpx
Freepik/Freepik

Bersama-sama saling melindungi. Mari ciptakan ruang aman untuk para kaum perempuan!!!

“You took away my worth, my privacy, my energy, my time, my safety, my intimacy, my confidence, my own voice, until now”.

-Sexual Harassment Quotes.

Sangat tidak mengerti, dengan berita-berita yang sering muncul akhir-akhir ini. Mengapa? Perlakuan manusia-manusia ini, benar-benar diluar nalar dan sangat tidak bisa untuk diterima. Bagaimana bisa para perempuan selalu saja menjadi korban dari perilaku bodoh orang yang tidak berprikemanusiaan. Para perempuan selalu saja menjadi objek seksualitas oleh orang-orang tidak berakal ini. Mulai dari sosok laki-laki yang tidak bertanggung jawab terhadap kehamilan wanitanya, ayah kandung yang memerkosa anak kandungnya, “ustadz” yang mengeksploitasi seksual para santrinya, dosen yang menjadikan mahasiswinya sebagai objek seksual pemuas nafsu.  Benar-benar diluar nalar bukan? Setiap manusia di muka bumi, diciptakan dengan memiliki akal. Lalu, bagaimana dengan orang-orang yang tak berprikemanusiaan ini? Apakah ia tidak memiliki akal? Maka, setiap melihat apapun yang mereka suka, ingin, maka mereka bisa langsung memilikinya?

Lantas, para perempuan harus melakukan apa lagi? harus bersikap seperti apa lagi? harus menutup diri seperti apa? Jika santri saja bisa digunakan sebagai objek seksual pemuas nafsu oleh laki-laki yang berkedok menjadi seorang “guru”. Memanfaatkan kepolosan para santri, dengan dalih “harus nurut sama guru”.

HERE’S THE THINGS!!!

Bukan tentang bagaimana perempuan berpakaian.

Bukan tentang bagaimana perempuan bertutur kata.

Bukan tentang bagaimana perempuan berperilaku.

Akan tetapi, ini bagaimana sebagai seorang manusia, kita harus bisa saling menghargai manusia lainnya.

“Jagalah Anak Perempuanmu” hanyalah jargon yang akan menjadi sia-sia.

Mengapa? Untuk apa jika orang tua, sudah bersusah payah dalam menjaga, mendidik anak perempuannya menjadi perempuan yang berani dan kuat. Akan tetapi, ada laki-laki yang tak bernalar, datang kepada dirinya, mengancamnya, dan melakukan kekerasan kepadanya, dan pada akhirnya anak perempuan kebanggaan keluarga, akan hancur dalam sekejap bersama dengan seluruh masa depannya. Apalagi, jika para korban tidak langsung mendapatkan penanganan kesehatan mental.

“Membutuhkan waktu untuk bisa menumbuhkan seorang anak perempuan yang kuat dan berani, dan itu semua akan hancur hanya karena manusia tak berprikemanusiaan”.

Maka, dari itu jargon “Jagalah Anak Perempuanmu” hanya menjadi sia-sia, jika tidak diikuti oleh “Didiklah Anak Lelakimu”.

“Apa sih, kekerasan pada perempuan itu?”

Pada tahun 1993, sidang umum PBB mengadopsi sebuah deklarasi yang menentang kekerasan terhadap perempuan yang telah dirumuskan tahun 1992 oleh Komisi Status Perempuan PBB, dalam Pasal 1 disebutkan

“Kekerasan terhadap perempuan mencakup setiap perbuatan kekerasan atas dasar perbedaan kelamin, yang mengakibatkan atau dapat mengakibatkan kerugian atau penderitaan terhadap perempuan baik fisik, seksual maupun psikis, termasuk ancaman perbuatan tersebut, paksaan dan perampasan kemerdekaan secara sewenang-wenang, baik yang terjadi dalam kehidupan yang bersifat publik maupun privat”.

Tercatat pada Catatan Tahunan Komnas Perempuan, pada tahun 2020 angka kekerasan terhadap perempuan mengalami penurunan sekitar 31,5% dari tahun sebelumnya, dari 431.471 kasus pada tahun 2019 menjadi 299.911 kasus pada 2020. Data ini adalah data yang tercatat, kemungkinannya adalah masih banyak kasus kekerasan yang tidak terdata, dikarenakan para korban takut untuk melapor dan tidak tahu ingin melaporkan kemana. Berdasarkan CATAHU Komnas Perempuan 2020, kasus kekerasan seksual terjadi sebanyak 2.807 kasus.

Selanjutnya, mari kita mulai dengan berita yang sedang viral saat ini, seorang wanita yang bunuh diri karena stress akibat tekanan yang diberikan pasangannya hanya karena ia hamil, dimana sang lelaki tidak mau bertanggung jawab. Berusaha kuat selama ini, mencari perlindungan dan dukungan kesana-kemari, tidak ada yang melihat, tidak ada yang mendengar. Miris sekali bukan? Saat ia telah tenang di surga, perhatian baru menuju ke arahnya.

12 santri yang dieksploitasi seksual oleh “guru”nya, setelah melahirkan 8 orang anak tak bersalah, yang dijadikan objek eksploitasi pula untuk meminta sumbangan. Saat ini, mereka baru diketahui oleh publik.

Maka apa yang harus kita lakukan? Apakah hanya menunggu, sesuatu hal sudah terjadi, kemudian menunggu mereka untuk berani berbicara? Padahal mungkin, selama ini mereka ingin berbicara tapi trauma, takut akan pandangan buruk publik terhadap mereka.

Kita masih ingin diam saja? Sebagai seorang manusia, perempuan maupun laki-laki. Tentu saja, kita tak tega bukan, melihat manusia diperlakukan seperti budak oleh orang tak bernalar.

Mari, kita bersama-sama membangun ruang aman untuk perempuan. Dengan cara apa?

Mulailah peka dengan keadaan sekitar, saling menanyakan keadaan bukan hal yang sulit bukan?

Mulailah memberi sedikit waktu kalian untuk mendengarkan mereka bercerita, bersikap terbuka, menjadi pendengar yang baik. Hal itu sangat membantu mereka yang sedang berjuang.

Mulailah dari hal-hal kecil terlebih dahulu. Lantas, hal apa lagi yang bisa kami lakukan?

Mudah sekali, mari saling membantu dalam berani mengungkapkan kebenaran. Jangan pernah tutupi kesalahan para penjahat.

Aku tahu ini tidak mudah, sulit sekali melewatinya. Tapi, akupun tahu.

Kalian semua hebat dan kuat, karena sudah bisa melewati semua ini.

“You’re not a victim for sharing your story. You are a survivor setting the world on fire with your truth. And you never know who needs your light, your warmth, and raging courage”.

– Alex Elle

REFERENSI :

SDG Academy Indonesia. https://mlp.sdgacademyindonesia.id/courses/

KOMNAS PEREMPUAN. (2021). CATAHU 2021: Perempuan Dalam Himpitan Pandemi: Lonjakan Kekerasan Seksual, Kekerasan Siber, Perkawinan Anak Dan Keterbatasan Penanganan Di Tengah Covid-19.