Risma Dwi 0shares AKSI NYATA TOPIK 4. PERSPEKTIF SOSIOKULTURAL DALAM PENDIDIKAN INDONESIA Read More Berdayakan Guru Cipta Generasi Unggul: Reformasi Sistem Pendidikan untuk Pertumbuhan Ekonomi sumber: Farid Candra Pendidikan bermutu merupakan pilar utama dalam pengembangan manusia dan ekonomi, sejalan dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan Nomor 4 (SDGs 4) yang menekankan pentingnya jaminan kualitas pendidikan dalam community development. Pada konteks global, sistem pendidikan yang bermutu tidak hanya berperan dalam perkembangan diri setiap individu, tetapi juga turut berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi berkelanjutan. Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals) nomor 8 menekankan tujuan global untuk meningkatkan ketersediaan pekerjaan layak dan pertumbuhan ekonomi. Hal ini merupakan implikasi dari generasi unggul yang dapat memanfaatkan bonus demografi untuk dapat berinovasi dalam dunia industri inklusif dan berkelanjutan. Dalam mendapatkan pendidikan yang bermutu, kita membutuhkan penggerak sistem yang berkualitas, yaitu guru. Peran guru sebagai penggerak sistem menjadi kunci utama agar sebuah sistem itu berjalan dengan baik. Namun, realitasnya kontras dengan harapan semata, Indonesia memiliki tantangan besar yang mempengaruhi kualitas pengajaran dan hasil pendidikan. Sistem pendidikan di Indonesia menghadapi sejumlah masalah krusial, yakni kualitas pengajar yang bervariasi, akses yang tidak merata, serta pelatihan yang belum relevan dan memadai. Berbagai laporan menunjukkan bahwa kualitas pengajaran yang rendah berdampak langsung pada hasil akademik siswa dan kesiapan mereka untuk berkontribusi secara produktif dalam perekonomian. Peranan guru tidak hanya dilihat dari kuantitas, tetapi juga kualitasnya yang dibuktikan dengan sertifikasi kompetensi, mulai dari kompetensi profesional, kompetensi pedagogi, kompetensi kepribadian, hingga kompetensi sosial. Namun, kondisi kualitas pengajar di Indonesia saat ini masih cukup jauh dari harapan. Berdasarkan data tersebut, kuantitas guru yang tersertifikasi belum selaras dengan kualifikasinya. Hal ini menunjukkan bahwa profesionalisme guru harus terus dikembangkan, diantaranya dengan melaksanakan program pelatihan guru yang efektif. Di Finlandia, kualifikasi seorang guru dipilih selektif dari yang sangat berkualitas. Guru di Finlandia memiliki otonomi profesional yang didukung oleh program pengembangan profesional berkelanjutan. Program pengembangan profesional berkelanjutan merupakan bagian integral dari seorang guru. Guru mendapatkan pelatihan tambahan dan dukungan untuk meningkatkan keterampilan sebagai upaya adaptasi metode pengajaran dengan perubahan pendidikan. Kualitas pengajaran terbaik ini menghasilkan dampak positif pada hasil belajar siswa yang mampu mempersiapkan mereka dengan keterampilan unggul untuk bersaing dalam perekonomian global. Sebaliknya, meskipun terdapat upaya untuk meningkatkan standar kualitas pengajaran di Indonesia, tantangan seperti pelatihan yang kurang relevan dan memadai sangat menghambat efektivitas pengajaran. Kesenjangan kualifikasi pengajar yang bervariasi secara signifikan antara daerah perkotaan dan pedesaan menjadi masalah utama dalam program pelatihan. Untuk mengatasi tantangan tersebut, reformasi komprehensif dalam sistem pendidikan harus dilaksanakan melalui pemberdayaan sumber daya guru. Guru membutuhkan dukungan penuh pemerintah untuk dapat mengembangkan potensi terbaiknya melalui program pelatihan dan pengembangan profesionalitas. Program pelatihan bertujuan agar dapat meningkatkan keterampilan pedagogis guru dalam menerapkan metode pembelajaran, memberikan strategi penyesuaian pengajaran berdasarkan kebutuhan siswa, dan mengintegrasikan teknologi dalam proses pembelajaran. Untuk dapat mencapai tujuan tersebut, pemerintah perlu memberikan kategori program pelatihan yang berbeda berdasarkan wilayah, yaitu urban, rural, dan 3T (Tertinggal, Terdepan, dan Terluar). Ketiga wilayah tersebut harus diberikan program pelatihan yang berbeda sesuai dengan kebutuhan wilayah masing-masing karena program pelatihan homogen yang dilaksanakan secara bersamaan tanpa memperbaiki kesenjangannya tidak akan berjalan efektif. Upaya fokus program pengembangan pendidikan yang efektif berdasarkan wilayah, yaitu sebagai berikut: A. Urban Wilayah urban, yaitu wilayah dengan kepadatan penduduk yang tinggi, infrastruktir yang maju, dan aktivitas ekonomi yang cukup produktif. Sistem pendidikan di wilayah urban cenderung cukup maju sehingga dapat mengimplementasikan program pelatihan dengan lebih cepat dan signifikan untuk meningkatkan kompetensi guru. Pada wilayah ini, program pelatihan difokuskan pada pengembangan kompetensi guru di bidang teknologi. Pengembangan Keterampilan Teknologi Pendidikan Pada pengembangannya, dapat dilakukan dengan memberikan materi pelatihan “Integrasi Teknologi”, yaitu pengaplikasian pembelajaran digital, seperti platform e-learning dan aplikasi penilaian berbasis teknologi. Selain itu, materi “Pengelolaan Kelas Digital” perlu diberikan agar implementasinya berjalan efektif. 2. Pelatihan Intensif Metode Pengajaran Digital Pelatihan intensif mengenai metode pengajaran digital ini bertujuan untuk memvariasikan metode pembelajaran yang inovatif dan efektif sehingga persepsi siswa terhadap belajar menjadi hal yang menyenangkan. Beberapa metode yang dapat diprioritaskan sebagai berikut: Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning) Pembelajaran berbasis proyek ini dapat melatih kinerja siswa dalam menganalisis suatu masalah dan menemukan problem solving-nya. Siswa dilatih dalam merancang dan mengelola suatu proyek yang berorientasi pada pemecahan masalah. Program PBL ini telah dilaksanakan oleh Kurikulum Merdeka dalam bentuk proyek P5 (Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila) Pembelajaran Keterampilan Nonteknis (Soft skills) Metode pembelajaran ini dapat menjadi sarana pembelajaran yang memfokuskan siswa pada keterampilan nonteknis (soft skills) sebagai modal keterampilan unggul dalam pertumbuhan ekonomi di masa depan. Keterampilan nonteknis yang dapat diutamakan, yaitu public speaking, problem solving, critical thinking, dan international communications. B. Rural Area rural merujuk pada kawasan yang berada di luar daerah urban, yaitu pedesaan. Area rural menghadapi berbagai tantangan dalam sistem pendidikan, seperti kurangnya ketersediaan jaringan internet yang memadai, keterbatasan infrastruktur, dan keterbatasan kompetensi pengajar. Untuk itu, program pengembangan pendidikan yang harus menjadi prioritas adalah sebagai berikut: Pelatihan dan Insentif untuk Guru Program pelatihan dan pengembangan guru harus disesuaikan dengan kebutuhan lokal dan dukungan berkelanjutan. Program pelatihan yang disamakan serentak dengan daerah urban tidak akan berjalan efektif. Pelatihan ini dapat dilakukan secara intensif dengan metode pembelajaran yang lebih relevan di daerah lokal. Upaya pengembangan kualitas pengajar juga dapat dibentuk melalui komunitas profesional antara guru yang tersebar di beberapa daerah untuk memberikan dukungan dan evaluasi holistik secara berkala dalam meningkatkan kompetensi. Hal ini dilakukan dengan workshop dan seminar rutin, serta bimbingan penuh secara profesional. Selain itu, pemerintah perlu memberikan insentif tambahan, seperti tunjangan khusus untuk pengajaran agar dapat mempertahankan tenaga pengajar berkualitas. 2. Peningkatan Infrastruktur dan Fasilitas Pemerintah dapat memberikan dukungan dengan menambah atau memperbaiki jumlah sekolah dan meningkatkan fasilitas sekolah, termasuk penyediaan buku dan internet. C. Tertinggal, Terdepan, dan Terluar (3T) Daerah 3T menghadapi tantangan dalam sektor pendidikan yang membuat adanya kesenjangan signifikan antara daerah 3T dengan daerah lainnya. Daerah 3T mengalami keterbelakangan dalam aspek pembangunan, seperti keterbatasan fasilitas, kekurangan tenaga pengajar baik secara kualitas maupun kuantitas, dan sumber daya pendidikan lainnya. Daerah yang jauh dari pusat kegiatan ekonomi, akses layanan pendidikan menjadi hambatan karena jarak yang jauh dan keterbatasan alat transportasi. Untuk itu, beberapa program yang dapat menjadi prioritas bagi program pengembangan pendidikan di daerah ini, yaitu: Pembangunan Infrastruktur Pendidikan Pemerintah perlu fokus pada meningkatkan kuantitas infrastruktur pendidikan dengan membangun atau memperbaiki gedung sekolah dan menyediakan fasilitas dasar yang baik, seperti ruang kelas, perpustakaan, dan laboratorium. 2. Penyediaan Materi dan Teknologi Pemerintah perlu memberi dukungan penuh untuk penyediaan buku-buku yang relevan, alat tulis, dan teknologi seperti komputer dan akses internet. Dukungan dari teknologi ini dapat meningkatkan akses pembelajaran ke perspektif yang lebih luas sehingga mempercepat pemerataan pendidikan. 3. Penambahan Kuantitas Guru Tantangan terbesar di daerah 3T adalah kurangnya tenaga pengajar. Bahkan, salah satu daerah di Papua tidak terdapat satu pun pengajar. Padahal, kunci utama sistem pendidikan dapat berjalan karena adanya penggerak sistem, yaitu guru. Untuk itu, peran pemerintah harus memberikan dukungan penuh untuk menyalurkan pengajar berkualitas di daerah 3T dengan memberikan insentif yang menyejahterakan. 4. Peningkatan Pendanaan Daerah Pemerintah diharapkan dapat meningkatkan alokasi dana untuk sekolah-sekolah di daerah 3T dan memberikan fasilitas akses ke bantuan keuangan tambahan untuk mendukung kebutuhan. Dengan berbagai jenis fokus pengembangan pendidikan, diharapkan guru dapat meningkatkan kualitas pengajaran, beradaptasi dengan berbagai dinamika sistem pendidikan, dan memberikan positif bagi siswa. Implikasi dari hasil kualitas pendidikan yang baik menciptakan generasi unggul yang dapat bersaing dalam perekonomian global. Pendidikan itu seperti akar tanaman, jika akar tidak kokoh, mekanisme pertumbuhannya akan terganggu, sedangkan guru adalah tanah yang kesuburannya mempengaruhi kualitas sistem pendidikan. Nutrisi-nutrisi yang diperoleh tanah ibarat berbagai keterampilan yang diasah sehingga menghasilkan kualitas terbaik. Implikasi akar yang kokoh menghasilkan hasil pertumbuhan yang baik, yaitu generasi unggul Indonesia.