fbpx
Baasitha Nurindah

ASA TAK TERBATAS USIA

Menjadi yang terbaik, tidak melulu berada di posisi paling atas. Berperan sebagai penguasa memang memudahkan segalanya, namun menjadi perangkul kemajuan di akar rumput rasanya lebih menyala. Ini kisah Ayahku, transformasi dengan semangat berbagi rezeki.

Puluhan tahun Ayah menggeluti olahraga Taekwondo, mulai dari atlet, pelatih, wasit, pengurus klub, hingga mendirikan klub sendiri. Seiring berjalannya waktu, kekuatan tubuhnya pun tergerus oleh kejompoan duniawi. Terutama bagian pinggang, tidak ada lagi contoh tendangan memutar sambil melompat itu. Kalaupun ada, pulang latihan hanyalah tukang urut yang diminta Sebagaimana manusia lainnya yang terus mencoba untuk bertahan hidup, Ayah mencari alternatif sumber keuangan selain melatih Taekwondo. Pada 2018 lahir lah ide untuk mendirikan konveksi khusus seragam Taekwondo. Berbekal koneksi para pelatih dan wasit yang dimiliki, Ayah menjajakan barang dagangannya. Berangkat dari satu buah mesin jahit, satu karyawan, dan ruangan 3 x 3 meter.

Dobok (sebutan seragam Taekwondo) dan sabuk merupakan properti wajib ketika latihan Taekwondo. Ia memulainya dengan dua barang keramat itu. Selepasnya, Ayah melebarkan sayapnya untuk memproduksi target tendangan, samsak, pelindung tangan, pelindung kaki, pelindung kemaluan dan body protector. Semua berjalan baik walau sempat terguncang di kala Pandemi Covid-19. Rumah produksi Ayah berada di Kota Tasikmalaya, sedangkan para konsumen paling banyak berasal dari Banten dan DKI Jakarta. Semua pesanan dikirimkan via ekspedisi, salah satunya JNE. Sebagai ekspedisi primadona, JNE mengirimkan barang dengan cepat dan tepat. Tidak pernah salah alamat ataupun terlambat.

Dari hari ke hari, pesanan semakin banyak, karyawan bertambah, rumah produksi meluas. Inovasi produksi terus bermunculan di kepala Ayah, menghasilkan sepatu taekwondo, tas olahraga, pesanan medali dan piala. Pada kesempatan itu, Ayah sering sekali mendapat pesanan medali dan piala untuk kejuaraan. Untuk pelayanan terbaik, Ayah selalu menempatkan JNE di opsi pertama dari ekspedisi lain. Hanya saja, pernah sekali ketika mengirimkan piala juara umum yang besar, tangan pialanya ada yang patah. Sedih bukan main, karena konsumen tidak jadi membayar piala produksi Ayah. Beliau memaklumi setiap orang bisa melakukan kesalahan, mungkin kali itu memang mendapat kurir yang kurang amanah dalam menjaga paket. Ayah meyakini bahwa pesanan piala itu belum menjadi rezeki Ayah. Pada pesanan berikutnya, Ayah menggunakan ekspedisi lain ketika mengirim piala. Ternyata hasilnya sama, pasti ada cacatnya. Semenjak itu Ayah tidak lagi menerima pesanan piala.

Satu pintu tertutup, terdapat banyak jendela terbuka. Tidak mengapa mati satu, yang penting tumbuhkan seribu. Dengan keilmuan Teknik Informatikanya, Ayah mulai bertanya-tanya tentang software penilaian pertandingan Taekwondo. Beliau mulai mengutak-atik software tersebut, hingga jeng jeng jeeeengggg! Terbitlah Taekwondo Digital Scoring System (DSS) lokal. ASLI INDONESIA! Desain top anti-duplikat, dengan harga super merakyat. DSS ini merupakan alat penilaian dalam pertandingan Taekwondo, terdiri dari stik untuk wasit menilai, papan sorot untuk menunjukkan nilai, dan software penilaian. Diantara cabang olahraga beladiri lain, Taekwondo adalah yang paling maju penggunaan teknologinya. Ketika cabor beladiri lain seperti silat, karate, kempo dll masih mencetak poinnya melalui kertas, taekwondo sudah menggunakan wireless. Secanggih itu, dan Ayahku bisa meraciknya. Bangga!

Bagai rintik hujan yang terus membasahi bumi, begitu pula ide-ide berjatuhan di kepala Ayah. Responsif sekali akalnya terhadap perubahan. Ada perkembangan sedikit, mau ikut. Ada pembaharuan, gasss terus. Tidak puas dengan hasil rakitannya, beliau kembali mencari formula untuk membuat Protector Scoring System (PSS) layaknya buatan Korea Selatan. PSS merupakan body protector yang tersambung langsung dengan software penilaiannya. Sekali atlet menendang, tring! Poin otomatis terlihat di papan skor. Untuk meneliti PSS, tentu saja Ayah harus memilikinya minimal satu buah. Sayangnya satu alat pelindung badan ini, dibandrol seharga dua paket umroh. Tentu saja Ayah tidak sanggup. Berkat relasinya yang cukup luas dan baik hati. Ia menemukan seorang dermawan yang rela PSS nya dibedah oleh Ayah. Berbulan bulan trial and error, akhirnya Ayah berhasil merakit PSS buatannya.

Dengan senang hati Ayah memperkenalkan kepada para konsumennya. Tantangan tentu ada, mulai dari orang yang tidak percaya bisa berfungsi, memfitnah barang rusak, hingga menawar harga yang sangat dangkal. Padahal Ayah sudah menjualnya dengan harga termurah! Empat kali lipat lebih murah daripada buatan Korea Selatan, hanya 9 juta rupiah. Sebenarnya disini aku yang jengkel! Kenapa juga harus jual terlampau murah? Waktu, tenaga, ketekunan, dan kecerdasan Ayah perlu dibayar dengan lazim. Aku ingat sekali bagaimana rupa wajah beliau ketika hasil percobaannya tak kunjung berhasil, macam orang sinting. Emosinya tidak stabil, jarang mau makan apalagi mandi, tidur tak tenang, huaaaahh menyebalkan! Dan kini, ketika produknya rilis malah diberi harga miris? Ah, sungguh tak masuk akal.

Protesku kian menjadi, setiap ada konsumen yang menawar harga lebih murah, aku selalu mengungkit-ungkit.

“Kenapa sih Ayah cuma jual ke sesama pelatih Taekwondo? Kan jual ke umum lebih cuan.” kataku.

“Gapapa, niatnya jualan kan untuk mensejahterakan semua orang. Ya penjual kainnya, penjahitnya, pelatihnya, sampai ke atletnya. Satu barang, tapi semua senang.” jawab Ayah dengan santai.

“Tapi kita dapat dikit banget, Yah. Apalagi soal PSS, harusnya para pelatih tuh bersyukur udah ada merk lokal. Jadi gausah nabung lama dan pergi jauh ke Korea buat beli PSS!” balasku menggerutu.

“Justru harusnya kita yang bersyukur! Ditunjuk Allah sebagai perpanjangan tangan rezeki ke orang lain. Niatkan jualan untuk berbagi rezeki, biar jadi amal jariyah, Kak. Hidup terlalu berharga untuk tujuan selain Surga.” tutupnya.

Tujuan dan praktik baik yang telah Ayah jelaskan membuatku semakin bersemangat untuk #ConnectingHappiness ke orang lain. Semakin bergelora untuk terus mencari massa hingga ke seluruh Indonesia. Dengan tujuan pemerataan teknologi dalam olahraga Taekwondo, kami telah berhasil menjamah setiap pulau. Tentu saja atas bantuan ekspedisi hebat seperti JNE yang telah terkoneksi hingga penjuru negeri. Hal yang paling bisa diandalkan dari JNE adalah kecepatan dan ketepatan sampainya barang. Ditambah lagi, Admin JNE BKR Tasikmalaya yang super baik! Beliau seringkali aku repotin dengan pengiriman di luar jam kerja dan tetap dimasukkan ke pengiriman hari itu! HAHAHA maafkan aku. Pernah juga ketika hari libur nasional, JNE BKR tutup jam 14.00 WIB. Aku yang lupa pun tetap mengantarnya jam 16.00 WIB, dan tetap diterima padahal mereka sudah memasang penanda “Tutup” di pintunya.

Aku percaya kebaikan Pegawai JNE beserta pengurusnya akan dibalas oleh Tuhan Yang Maha Esa. Aku juga meyakini bahwa kebaikan tidak pernah berhenti. Sebab setiap kebaikan pasti akan menemukan jalannya, dan di setiap jalan pasti ada kebaikannya. Semangat gasss terus semangat kreativitasnya aku, kita, dan para partisan JNE!

#JNE#ConnectingHappiness#JNE33Tahun #JNEContentCompetition2024 #GasssTerusSemangatKreativitasnya