chell nft 0shares AKSI NYATA TOPIK 4. PERSPEKTIF SOSIOKULTURAL DALAM PENDIDIKAN INDONESIA Read More ruang aman bagi perempuan dan perlindungan terhadap korban kekerasan ༊*·˚ ↳ ❝ [by chellnft] ¡! ❞ •┈┈┈••✦♡✦••┈┈┈• Meskipun terdapat payung hukum, perlindungan dan upaya menciptakan ruang aman terhadap perempuan dan korban kekerasan di Indonesia terdapat banyak kekurangan, perlindungan / kasus mencari keadilan untuk korban masih lemah sehingga berakhir dengan respon menyepelekan kasus kekerasan gender atau cenderung menyalahkan korban ╰──► mari kita mengedukasi diri dulu, Salah satunya penyebab terjadinya kekerasan berbasis gender yang tidak tertangani adalah perangkat hukum yang belum mampu memberikan perlindungan kepada korban, proses penanganan kasus untuk korban dalam mencari keadilan belum juga ideal dan dipenuhi dengan seribu tantangan membuat banyak korban ragu sehingga tidak sedikit juga korban lebih memilih untuk tidak menindaklanjuti kasus, dengan banyaknya rintangan untuk menciptakan ruang aman untuk para korban seperti keberadaan sejumlah prosedur bias dan aparat penegak hukum yang tidak berpihak pada korban mengakibatkan kerugian pada pihak korban dalam banyak hal seperti ; Dampak emosional, memang tidak semua luka kekerasan dapat terlihat tetapi terkadang itulah yang paling berdampak bahkan tanpa sadar, seperti tekanan psikologis, pasca trauma, dll Kerugian finansial, dari proses penanganan kasus kekerasan seringkali dihadapi dengan prosedur yang tidak berperspektif korban mengakibatkan proses berbelit-belit Aspek status sosial korban, bahkan jika penegakan keadilan untuk korban berhasil kehidupan sosial korban tidak akan sama lagi seperti sebelumnya dari sejumlah bentuk penghakiman sosial bagi korban, salah satunya seperti cara pandang masyarakat yang sering kali melihat topik ini sebagai ‘tabu’ dan terkadang bahkan mengutar balik fakta dan menyalahkan korban (ketik gambar untuk di redirect ke kasus novia widyasari) Dapat dilihat betapa pentingnya menciptakan ruang aman bagi perempuan / korban kekerasan berbasis gender ini dilakukan, contohnya seperti kasus Novia widyasari (ketik gambar disamping utk info lanjut) walaupun pelaku sudah mendapat akibatnya, seharusnya kasus ini diproses & ditangani tanpa harus kehilangan nyawa sang korban dulu, keluarga pelaku yang menutup matanya demi karir dan status sosial pelaku dan perangakat / aparat penegak hukum yang lalai tidak lagi tekanan sosial dimana masyarakat memandang kasus seperti ini sebagai aib/tabu, tidak bisa dibayangkan gelogok dan gujingan sosial yang dialami korban,, “yakin mau melaporkan dia?? itu akan merusak masa depan dan karir dia” jika pelaku memedulikan masa depan dan karirnya ia tidak akan melakukannya, pelaku pantas mendapatkan apa yang akan terjadi padanya, status sosial atau karir pelaku bukanlah alasan untuk kita menutup mata atas apa yang terjadi “seharusnya perempuan jangan murahan! akibatnya hamil diluar nikah kan” apa yang terjadi adalah tanggung jawab kedua pihak, itu bukanlah alasan untuk melempar tanggung jawab dan memaksa pihak perempuan atau bahkan merunding & mencaci maki sang korban hanya karna pamdangan masyarakat melihatnya sebagai aib/tabu ੈ✩‧₊˚dari kasus tersebut kita dapat belajar untuk peduli dan tidak menutup mata pada korban kekerasan seksual apapun alasannya, terdapat banyak cara untuk membantu menciptakan ruang aman salah satunya menjaga kerahasian / privasi informasi, perempuan / korban kekerasan sangat rentan terhadap ekspos media, tidak jarang korban mengalami ancaman atau pelecehan privasi secara daring, sejak masa pandemi kasus kekerasan berbasis gender daring/online meningkat drastis, dengan kemudahan akses internet saat ini, semua orang dapat dengan mudah mengakses media sosial tanpa ada batasan tetapi termasuk juga penyerang dan pelaku kekerasan sehingga menambah risiko terhadap kekerasan berbasis gender daring/online. ↳ kita dapat mulai membantu membuat ruang aman utk perempuan dan korban kekerasan dengan menyebarkan konten / tanggapan yang positif pada kasus kekerasan gender, mengingat trauma yangdialami korban kita bisa membantu dengan memberi dukungan dan respon positif kita untuk menciptakan ruang aman untuk korban dengan saling mendukung (girls support girls) dan mengedukasi diri atau pengguna lain sehingga tidak ada respon klise seperti menyalahkan korban (victim blaming) atau pemikiran bahwa topik berikut adalah sebuah ‘tabu’ pandangan masyarakat yang seperti itulah yang menghambat isu kesetaraan gender dimana budaya / paradigma beberapa masyarakat masih menetap pandangan dimana perempuan atau anak-anak dianggap rentan / lemah sehingga menambah tantangan bagi perempuan seperti, kesenjangan ekonomi, ketidakpastian hukum/ keraguan pada sistem hukum, diskriminasi, dll yang kemudian mengakibatkan minimnya rasa aman bagi perempuan “ah namanya laki-laki wajarlah berlaku seperti itu sekali-kali” tetapi jika hal yang sama terjadi pada seorang perempuan,, “masa perempuan berlaku seperti ini?!? perempuan itu harus menjaga martabatnya” lihat perbedaannya? Masyarakatlah yang menciptakan polapikir konstruksi sosial dengan memberikan label-label konservatif dan patriarki pada perempuan, yang mengakibatkan sulitnya menciptakan ruang aman bagi perempuan. “anak perempuan saya bisa hamil jika saya biarkan dia bergaul sembarangan!” tetapi menurut saya hal itu juga berlaku sebaliknya, tentu seorang laki-laki tidak bisa hamil, tetapi ia bisa menghamili orang lain, Jika anak perempuan diajari untuk menjaga dirinya maka anak laki-laki juga harus diajar untuk mengontrol / menjaga diri tidak hanya untuk dirinya sendiri tetapi untuk orang lain. ────────⊹⊱✫⊰⊹──────── terkadang kita bisa memulai menciptakan ruang aman dari hal-hal yang kecil antara lain : Lupakan misogyny terinternalisasi, kita harus mengganti cara pandang konstruksi sosial masyarakat terhadap perempuan “perempuan berasal didapur” “perempuan itu adalah asset keluarga, ngapain belajar pintar-pintar toh juga dijual nikah” pandangan seperti itu hanya berfungsi menghambat atau mebawa kita turun Dampingi korban kekerasan dan hargai informasi privasinya, banyak korban yang takut mengungkapkan kekerasan yang dialaminya denganketakutan akan info bocor atau dihujat/dirunding, pasalnya jika korban sudah berani menceritakan kepada anda, hal terakhir yang bisa anda lakukan adalah merusak kepercayaan itu, berlaku bijak dan jangan sampai berkontribusi pada keterbukaan infromasi-informasi pribadi yang harusnya menjadi privasi korban Menyebar dukungan dan respon positif kepada korban, Daripada memberi komentar menghujat seperti “makanya jangan pakai pakaian terbuka” “ini bukannya anak dari sekolah xxx” lebih baik kita biasakan memberi respon positif sehingga tercipta rasa aman dan membantu korban kekerasan lain untuk berani mengeluarkan suara ────────⊹⊱✫⊰⊹──────── Terdapat banyak faktor penyebab kekerasan berbasis gender di Indonesia antara lain kurangnya media mendukung pemberitaan kekerasan berbasis genre, permasalahan konstruksi sosial, terabainya permasalahan atau relasi gender, interpetasi salah budaya patriarki yang bahkan menyebabkan tidak dikit juga dimana perempuan dianggap hanya sebagai ‘asset’ kelurga hingga banyaknya anak-anak dibawah umur untuk ‘dijual nikah’ respon negatif netizen perihal kasus lelaki muda diperkosa (ketik gambar utk di redirect url sumber & info lanjut) tetapi pola pikir konstuksi sosial dan patiarki masyarakat ini tidak hanya berpampak terhadap korban kekerasan perempuan saja, pemandangan berbasis pada laki-laki juga menghambat ruang aman / perlindungan terhadap korban kekerasan laki-laki, contohnya pada respon negatif netizen perihal kasus lelaki muda diperkosa (ketik gambar utk di redirect url sumber & info lanjut) kasus berikut ; seorang lelaki dibawah umur dengan inisial FU diperkosa oleh penyanyi dangdut (untuk info lanjut bisa klik pada gambar) walaupun pelaku dan kasus sudah ditangani tetapi heran dengan respon netizen yang malah menghujat korban hanya karena korban adalah seorang laki-laki (bisa dilihat pada gambar disamping, untuk sumber dan info lanjut bisa klik pada gambar) mayoritas korban kekerasan adalah perempuan dan anak-anak tetapi tidak jarang juga dimana korban kekerasan adalah laki-laki, untuk memaksimalkan terciptanya ruang aman kita harus menghentikan konstruksi sosial patriarki dimana perempuan dipandang lebih lemah atau rendah dan laki-laki lebih kuat atau superior, pandangan seperti inilah yang kemudian menciptakan ‘masculine fragility’ pada laki-laki dan ‘feminine fragility’ pada perempuan (dimana laki-laki memaksa diri untuk memenuhi stereotip maskulin dan tidak mau tampang rapuh sedangkan perempuan memaksa diri bersandar pada validasi laki-laki) kenyataannya laki-laki juga bisa menjadi korban dan itu tidak berarti bahwa ia rapuh atau lemah, juga sebaliknya dimana itu bukan alasan untuk meleceh perempuan. ˏˋ°•*⁀➷ Dapat dilihat bahwa hal ini adalah tanggung jawab bersama, baik perempuan maupun laki-laki harus terlibat aktif dalam menciptakan ruang aman, saya harap artikel ini dapat mengedukasi dan memberi awareness, mohon maaf jika ada kesalahan pada ucapan atau penyampaian saya, terimakasih 『••✎••』 “Saya bersuara bukan karena saya ingin berteriak, tetapi supaya orang-orang yang tidak memiliki hak juga bisa didengar… Kita tidak bisa sukses bila sebagian dari kita diam saja.” -Malala Yousafat . . . ✄┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈ kasus kekerasan terhadap perempuan di Indonesa menurun dari 431,471 kasus pada 2019 menjadi 299,911 kasus pada 2020, namun komnas menduga ini adalah penurunan semu karena banyak korban kesulitan melaporkan kasus pada masa pandemi, berikut adalah layanan pelaporan, bantuan dan pengaduan kasus kekerasan : Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kemen PPPA) meluncurkan Layanan Call Center Sahabat Perempuan dan Anak (SAPA) di ; 129/021129, @KomnasPerempuan, WA ; 08111 129 129 Asosiasi Perempuan Indonesia untuk Keadilan (LBH APIK) di ; 081388822669, @lbhapik.jakarta, email pengaduan ; pengaduanLBHAPIK@gmail.com atau di layanan lain seperti ; @suarapuan.id, @carilayanan, dll ˗ˏˋ jika anda atau orang disekitarmu yang mengalami hal tersebut janganlah berpaling mata! menciptakan ruang aman mulai dari hal-hal yang kecil, janganlah takut untuk mengeluarkan suara! anda tidak sendirian dan terdapat banyak orang dengan penuh hati ingin membantu andaˎˊ˗ ☆。*。☆。 ★。\|/。★ stay stong <3 ★。/|\。★ ☆。*。☆。