fbpx
Freepik/bannafarsai

Sistem Informasi Real Time untuk Pembangunan Sanitasi yang Terpadu dan Berkelanjutan menggunakan Web GIS

Seluruh manusia di belahan bumi dari berbagai macam ras yang berbeda dari negara miskin maupun negara maju, semuanya memerlukan air untuk bertahan hidup. Hari ini, harga satu galon air bersih mungkin lebih murah dibandingkan satu gram emas. Namun, menimbang adanya krisis air yang mengancam kehidupan manusia akibat aktivitas manusia yang merugikan dan perubahan iklim yang semakin hari semakin nyata, bukan tidak mungkin beberapa tahun kedepan, membeli sebotol air bersih adalah suatu kemewahan. Berdasarkan data dari UNICEF tahun 2021, Water Security for All, lebih dari 700 anak-anak di dunia yang meninggal setiap hari akibat air yang tidak bersih. Kondisi air yang tidak bersih merupakan implikasi dari sanitasi yang buruk. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) daring, sanitasi adalah usaha untuk membina dan menciptakan suatu keadaan yang baik di bidang kesehatan, terutama kesehatan masyarakat. Berkaitan dengan air, sanitasi yang baik artinya terpenuhinya kondisi masyarakat terhadap akses air minum bersih, pembuangan kotoran manusia (jamban), pengelolaan sampah dan saluran pembuangan air limbah. Data dari World Bank menunjukan bahwa 2.3 milyar penduduk dunia hidup tanpa akses ke layanan sanitasi dasar dengan hampir 892 juta dari orang-orang ini melakukan buang air sembarangan.   .

Lalu bagaimana dengan kondisi sanitasi air di Indonesia? Berdasarkan data dari Kementerian Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas),  Indonesia telah berhasil meningkatkan akses layak dari 82,14 persen di 2011 menjadi 87,77 persen di 2018. Indonesia saat ini juga telah berhasil meningkatkan akses sanitasi air limbah domestik dari 58,44  pada 2011 menjadi 74,58 persen pada 2018 dan menurunkan tingkat praktik BABS (Buang Air Besar Sembarangan) di tempat terbuka dari 19,39 persen pada 2011 menjadi 9,36 persen di 2018. Namun angka yang positif ini tidak berarti bahwa sanitasi merupakan masalah yang remeh. Hasil Forum Air Dunia II (World Water Forum) tahun 2020 menunjukan bahwa Indonesia masuk dalam sepuluh besar negara yang memiliki sumber daya air terbarukan. Namun, pada tahun 2025, Indonesia diprediksi akan mengalami krisis air. Penyebabnya antara lain kelemahan dalam pengelolaan air. Salah satu diantaranya pemakaian air yang tidak efisien, laju kebutuhan akan sumber daya air serta potensi kemampuan alam dalam menyuplai air.

Oleh karena itu, pemerintah menetapkan sanitasi sebagai salah satu prioritas utama pembangunan. Kementerian Bappenas melalui Rancangan Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) menargetkan akses layak pembangunan sanitasi sebesar 90% pada tahun 2024. Total dana yang dibutuhkan untuk mencapai target sanitasi hingga tahun 2024 tersebut adalah sebesar Rp404 triliun. Target air bersih dan sanitasi ini juga merupakan tujuan dalam SDGs (Sustainable Development Goals) nomer 6 yaitu Akses Air Bersih dan Sanitasi. SDGs menargetkan pada tahun 2030 akan memastikan ketersediaan dan manajemen air bersih yang berkelanjutan dan sanitasi bagi semua. Kondisi pandemi Covid-19 yang menyebabkan berbagai penurunan di hampir setiap sektor, sepertinya akan menyulitkan tercapainya target yang diinginkan. Sementara itu, kondisi pandemi justru membuat kebutuhan masyarakat terhadap air bersih dan sanitasi meningkat terutama di layanan kesehatan. Lalu bagaimana upaya untuk mencapai target tersebut?.

Salah satu upaya yang bisa dilakukan adalah melalui pembangunan sistem informasi real time sanitasi di Indonesia. Sistem informasi sanitasi yang akan dibangun merupakan bagian dari sistem informasi perairan darat real time. Hal ini dikarenankan sanitasi berpengaruh langsung terhadap kualitas perairan darat seperti air tanah, danau, waduk, dan sungai. Bayangkan ketika penyediaan infrastruktur sanitasi misalnya pembangunan jamban dan IPAL (Instalasi Pengelolaan Air Limbah) komunal berhasil terpenuhi, namun ternyata kondisi perairan darat justru semakin hari semakin tercemar. Data dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan pada tahun 2019 menunjukan dari 98 sungai di Indonesia 54 sungai berstatus cemar ringan, 6 sungai cemar ringan-cemar sedang, dan 38 sungai berstatus cemar ringan-cemar berat. Untuk mendukung tercapainya target sanitasi yang sejalan dengan pengelolaan sumber air terpadu dan berkelanjutan, penulis mengusulkan pembangunan sebuah informasi perairan darat dan sanitasi real time menggunakan platform Web GIS.

Geographic Information System (GIS) atau dalam bahasa Indonesia disebut Sistem Informasi Geografis adalah sistem informasi khusus yang mengolah data yang mempunyai informasi spasial (bereferensi keruangan). Dengan pengertian lain, sistem informasi geografis merupakan sistem komputer yang memiliki kemampuan untuk membangun, menyimpan, mengelola dan menampilkan informasi bereferensi geografis, seperti data diidentifikasi berdasarkan lokasinya didalam database. Sedangkan Web GIS adalah GIS yang dapat ditampilkan secara daring dalam sebuah halaman web yang bida diakses oleh siapa saja. Kenapa harus Web GIS? GIS mempunyai kemampuan untuk menganalisa data-data keruangan (data spasial) dan menampilkannya dalam bentuk peta. Dari sisi masyarakat, informasi peta yang terbuka dan transparan akan meningkatkan partisipasi, optimisme dan kepercayaan masyarakat. Sedangkan dari sisi stakeholder, sistem ini akan membuat mereka bisa merencanakan program dengan lebih baik dan mencapai sasaran program yang akurat.

Dari sisi masyarakat misalnya, ketika BPS mengatakan bahwa pada tahun 2018 sudah tercapai angka sanitasi sebanyak 74.58%, kemudian data ditampilkan dalam bentuk wilayah mana saja yang dimaksud. Ternyata, seorang masyarakat menemukan daerahnya termasuk ke dalam 74.58% padahal kenyataannya tidak, masyarakat bisa melaporkannya agar bisa ditindaklanjuti. Masyarakat juga bisa melaporkan adanya kerusakan infrastruktur lewat Web GIS yang akan dibuat ini, misalnya kerusakan pada IPAL komunal yang dibangun. Sehingga petugas setempat akan segera datang untuk memperbaikinya hanya dengan mengetahui koordinatnya. Dari sisi stakeholder, tersedianya data existing wilayah mana saja yang mempunyai sanitasi baik dan wilayah mana yang belum, akan memudahkan stakeholder melihat gambaran komprehensif dalam perencanaan. Data wilayah yang belum memiliki sanitasi juga dapat dianalisis dengan mengelompokannya ke prioritas tinggi, menengah dan rendah dengan menggunakan indikator-indikator tertentu seperti berdasarkan indikator wilayah dengan tingkat penderita diare tertinggi.

Lalu bagaimana membangun sistem Web GIS ini? Sistem Web GIS terdiri dari tiga komponen yaitu input atau masukan, managemen dan representasi data. Input data masukan berupa data-data spasial seperti data citra satelit, batas wilayah, jaringan pipa, jaringan sungai, titik-titik sebaran IPAL, dan data statistik seperti data tingkat kemiskinan dan kejadian diare. Pada managemen terdiri dari server dan operator GIS yang akan melakukan operasi dan analisis data-data GIS dan memastikan server beroperasi secara optimal. Sedangkan pada representasi data berupa halaman web yang akan digunakan untuk menampilkan peta dan informasi secara online. Kemudian, apakah Web GIS ini adalah hal baru di Indonesia?. Tidak, Web GIS sudah digunakan di beberapa lembaga pemerintahan di Indonesia. Dalam bidang sanitasi sendiri, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat  (PUPR) melalui  Direktorat Sanitasi dalam Direktorat Jenderal Cipta Karya telah membangun Web GIS Peta Infrastruktur PLP yang di dalamnya terdapat titik-titik IPAL. Namun, Web GIS ini tidak bisa beroperasi dengan baik, bahkan bermasalah ketika menampilkan peta Indonesia.

Konsep Web GIS apa yang penulis tawarkan?. Seperti telah disebutkan sebelumnya bahwa penulis berpegangan pada konsep pembangunan sistem perairan terpadu dan berkelanjutan. Sistem perairan terpadu menginspirasi penulis untuk melihat bahwa masalah sanitasi merupakan masalah yang beririsan dengan perairan darat oleh karena itu perlunya perpaduan sistem perairan darat yang di dalamnya terdapat informasi berkaitan dengan sanitasi. Misalnya penggunaan citra satelit Landsat 8 yang dapat diperoleh tanpa biaya untuk mengkaji parameter fisik kualitas air yang memiliki karakterisitk visual seperti suhu permukaan air, kekeruhan air, dan zat padat terlarut menggunakan model regresi terbaik. Data wilayah dengan kualitas air terburuk ditampilkan kemudian dapat dianalisis apakah wilayah sekitarnya masuk dalam kategori sanitasi yang baik dan apakah ada angka lonjakan penderita diare. Terkait sistem yang berkelanjutan, adanya sistem informasi yang terbuka seperti ini akan mendorong partisipasi masyarakat terhadap urgensi perairan dan rasa memiliki terhadap air bersih seperti pada salah satu poin target dalam tujuan 6 SDGs yaitu mendukung dan menguatkan partisipasi masyarakat lokal dalam memperbaiki pengelolaan air dan sanitasi. Kesimpulannya, ketersediaan data yang akurat yang disediakan Web GIS adalah kunci terpenting dalam percepatan perencanaan pembangunan, pelaksanaan dan ketercapaian tujuan SDGs 6.

Sumber :

Badan Pusat Statistik. Statistik Lingkungan Hidup Indonesia. 2020

Badan Informasi Geospasial. Apa itu Sistem Informasi Geografis ?. http://akreditasi.big.go.id/sdm/subbidanginfo/5

Kementerian Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas). 6. Air Bersih dan Sanitasi Layak. http://sdgs.bappenas.go.id/tujuan-6/

Kementerian Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas). Menteri Bambang Dukung Program Advokasi Terhadap Pimpinan Daerah Untuk Percepat Capaian Air Bersih dan Sanitasi Layak. 2019. https://www.bappenas.go.id/id/berita-dan-siaran-pers/menteri-bambang-dukung-program-advokasi-terhadap-pimpinan-daerah-untuk-percepat-capaian-air-bersih-dan-sanitasi-layak/

Kementerian Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas). Gelar KSAN 2019, Bappenas Dorong Pembangunan Sanitasi dan Penyediaan Akses Air Minum yang Aman dan Berkelanjutan. 2019. https://www.bappenas.go.id/id/berita-dan-siaran-pers/gelar-ksan-2019-bappenas-dorong-pembangunan-sanitasi-dan-penyediaan-akses-air-minum-yang-aman-dan-berkelanjutan/

Prince Tech Solutions. GIS Implementation Process. 2018. http://princetechsolutions.com/gis-implementation-process/

UNICEF Indonesia. Air, Sanitasi dan Kebersihan (WASH). https://www.unicef.org/indonesia/id/air-sanitasi-dan-kebersihan-wash

UNICEF. Water Security for All. 2021. https://www.unicef.org/media/95241/file/water-security-for-all.pdf

World Bank. Sanitation. 2020.  https://www.worldbank.org/en/topic/sanitation