Hanifah Khairunnisa 0shares Wujudkan Majalengka Langkung Sae, PC Tidar Majalengka Gelar Rapat Konsolidasi dan Pelatihan Tunas 1 dan 2 Read More “Apasih ketidaksempurnaan aku, kok bisa ga lolos” Kalimat tersebut menjadi yang pertama keluar dari pikiran Bintang Astiana tentang ketidaklolosannya pada SBMPTN 2019 lampau. Bintang Astiana yang merupakan juara kelas dan bintang sekolah semenjak SD hingga SMA harus menerima pukulan penolakan SBMPTN pada Universitas impiannya. Seorang Bintang telah biasa mendapat predikat terbaik di kelas, aktif organisasi, menjadi perwakilan sekolah dalam kegiatan kejuaraan nasional hingga menjadi tiga pemenang termuda dalam Youth Collaboration Forum yang melawan sekian banyak mahasiswa seluruh Indonesia di Bali. Pada moment penolakan SBMPTN ia sempat ragu akan ketidakmampuan melanjutkan studinya karena latar belakang keluarga yang seorang petani. Masa penerimaan mahasiswa tersebut menjadi hal yang tak pernah Bintang lupakan. Keadaan disaat keadaan ekonomi yang benar-benar diroda bawah, keterbatasan kemampuan membayar kuliah, beras yang menipis, harga panen yang merosot drastis membuat Bintang tidak percaya diri akan keberlanjutan pendidikannya. “Kalau ingin di PTN harus dapat beasiswa, kalau tidak dapat lebih baik di Bengkulu saja” titah ibunya. Bintang yang terbiasa mengikuti event di luar sekolah sehingga memiliki banyak teman dari penjuru Indonesia merasa minder jika hanya melanjutkan pendidikannya di dalam kotanya dan bukan PTN. Ia merasa tidak berkembang jika hanya berada dalam cangkangnya. Kedua hal itulah yang memantik semangat Bintang untuk mencari beasiswa dalam hingga luar negeri. Sebelumnya ia rajin berjualan keripik Bintang Mumtazah, hingga pada suatu hari ketika sedang mengantar pesanan kripik, ia langsung mencari tahu dan mendaftar beasiswa BAZNAS yang sempat ditawarkan kakak laki-lakinya. Syarat beasiswa menjadikannya ragu karena keterbatasan kemampuan skor IELTS dan TOEFL yang bahkan tak sampai 550. Namun keinginannya untuk tetap belajar, membawanya terpilih bersama dua pendaftar lainnya dari Bengkulu untuk lanjut seleksi interview oleh pihak Albukhary International University, Malaysia di Jakarta. Ia dan kedua orang tersebut menjadi perwakilan pendaftar Albukhary International University oleh beasiswa BAZNAS setelah berbagai seleksi tertulis provinsi. Selama masa Condition Study di Malaysia sebelum mengejar 3 tahun degree, ia dan calon mahasiswa lainnya dididik dan digemleng untuk dapat kembali membawa nama baik Indonesia. Keharusan dari BAZNAS yang mewajibkan mereka untuk dapat lulus selama 1 tahun Condition Study dan 3 tahun Degree memantik pertanyaan dalam diri Bintang. “Memangnya aku bisa ya lulus Condition Study dengan toefl segini?” Setelah lolos beasiswa BAZNAS ia bertekad untuk dapat kembali membanggakan BAZNAS dan Indonesia. Memiliki teman-teman yang berasal dari berbagai negara menjadi kesempatan dan peluang untuk memperkenalkan Bengkulu dan Indonesia kepada khalayak ramai. Melalui beasiswa BAZNAS ia berharap untuk memperbaiki nama baik dan keadaan keluarganya. Dengan segala target untuk menjaga nilai IPK di atas rata-rata, menghasilkan penghargaan sebulan sekali, aktif organisasi dan kegiatan luar kampus, semua hal tersebut dapat ia realisasikan hingga kelulusannya. Banyak hal yang mampu ia banggakan akan kerja kerasnya selama ini. Menjadi Brand Ambassador Indonesia dan AIU, tim media dan televisi PPI dunia, pendiri dan penggerak ALIVE Shop yang bergerak dibidang sosial bisnis Albukhary International University, hingga magang TDCX Malaysia bagian HR-talent. Kini, Bintang memfokuskan diri pada karir, pengembangan diri dan tetap berencana melanjutkan pendidikan hingga pascasarjana. Bintang Astiana tidak pernah kehilangan motivasi dan semangatnya dalam mengembangkan dirinya. Atas ketidakmampuannya ia dapat hadir bersinar bagi keluarga dan masyarakat luas. BAZNAS hingga kini masih menjadi pemilik sekelebat memori dalam kepalanya. BAZNAS mampu membawanya dalam keterpurukan yang hampir membawanya menyerah, namun dengan beasiswa tersebut ia mampu membentuk dirinya hingga menjadi Bintang yang dikenal pekerja keras, humble dan ceria. Tak jarang ia diundang dan dipercaya dalam seminar workshop dan kegiatan kampus maupun luar kampus. Ia merasa bahwa Allah memberikan ia kemampuan sedemikian rupa agar ia mampu berkembang dan membagikan kebermanfaatan kebanyak orang dan tempat. “Kata BAZNAS, zakat tumbuh bermanfaat, dan aku merasa harus pula.”
Wujudkan Majalengka Langkung Sae, PC Tidar Majalengka Gelar Rapat Konsolidasi dan Pelatihan Tunas 1 dan 2 Read More