fbpx
Youth for SDGs Summit 2022

Youth for SDGs Summit 2022, Langkah Solutif Menumbuhkan Wirausaha Muda

Apa sebenarnya yang kita inginkan untuk masa depan? Jawabannya beragam: sektor ekonomi yang kuat, pekerjaan yang layak untuk semua, berkurangnya kemiskinan, kesejahteraan yang merata, serta deretan harapan lainnya. Beberapa hal tadi adalah impian kita semua, terutama memiliki pekerjaan yang layak dan stabilitas ekonomi demi hidup yang sejahtera. 

Kawan, untuk mencapai kondisi ideal di atas tidak semudah membalikkan telapak tangan. Masih banyak pekerjaan rumah yang perlu kita selesaikan. Realitanya, pengangguran di negeri ini terbilang masih tinggi. Badan Pusat Statistik (BPS) merilis sekitar 29,12 juta orang usia kerja di Indonesia  terkena dampak pandemi COVID-19 pada Agustus 2020. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) melonjak menjadi 7,07 persen dari 5,23 persen pada 2019. Ditambah lagi, hasil Survei Sosial Demografi Dampak COVID-19 menunjukkan, 41,91% responden mengaku mengalami penurunan pendapatan akibat pandemi dan ada 2.52% dari 87,379 orang terkena pemutusan hubungan kerja (PHK). Geliat ekonomi nasional pun sempat terpuruk. Melihat fakta ini, rasanya sedih.

Pandemi memang sempat membatasi ruang gerak kita, namun kreativitas untuk tetap mempertahankan hidup harus tetap ada. Saya yakin pekerjaan-pekerjaan yang belum usai ini bisa kita selesaikan bersama. Dengan kreativitas dan kolaborasi, saya yakin ada solusi untuk kebangkitan ekonomi di tengah pandemi. Inilah yang melatarbelakangi saya untuk menjadi bagian dari Youth for SDGs Summit 2022

Rasa syukur penuh bahagia tatkala saya mendapatkan email dari panitia. Dari 1.620 pendaftar, saya masuk ke dalam 200 delegasi terpilih untuk mengikuti Youth for SDGs Summit 2022. Acara besutan UNDP dan UNICEF ini mempertemukan pemuda-pemudi tanah air dengan para ahli di bidang Sustainable Development Goals (SDGs) untuk merumuskan sebuah rekomendasi kebijakan. Pada kesempatan ini, saya memilih isu SDG nomor 8 yaitu kaum muda dan kewirausahaan. Saya memilih topik ini sesuai dengan aktivitas yang saya jalani sebagai seorang wirausaha sosial (sociopreneur). Meski secara usia hampir 30 tahun, saya siap mengikuti kegiatan ini!

Summit yang berlangsung selama tiga hari ini dimulai pada hari Kamis, 3 Februari 2022 Pkl 09.00 WIB. Pada sesi pembukaan, turut hadir lima pembicara tamu: Subandi Sardjoko (Plt. Bidang Pembangunan Manusia, Masyarakat dan Kebudayaan, Bappenas), Asrorun Ni’am (Depudi Bidang Pengembangan Pemuda, Kemenpora), Putri Komaruddin (Ketua KPPI DPR RI, Anggota Komisi XI DPR RI), Robert Gass (Representative UNICEF Indonesia), Norimassa Shimomura (Resident Representative UNDP Indonesia) dengan MC Amel Sannie. Untuk memantik diskusi, juga hadir Yanuar Nugroho (Bappenas), Juliaty Ansye (UNDP Indonesia) dan moderator Gusniar Nurdin (SDG Academy). Pada acara pembukaan ini, satu hal krusial yang perlu ditindaklanjuti lebih jauh adalah tentang perlunya inisiatif anak muda untuk mendorong tumbuhnya wirausaha lebih banyak lagi. 

Pada siang harinya, ruangan zoom dibagi ke dalam beberapa grup. Saya dan 49 delegasi memasuki ruang 2 yang berisi chamber SDG nomor 8. Kami siap mengikuti sesi interaktif bersama para praktisi maupun birokrat yang bekerja di sektor kewirausahaan. Dengan dipandu Angelo Wijaya, turut hadir Bapak Imam Gunawan (Kemenpora), Ahmad Dading Gunadi (Bappenas), Nofi Bayu Darmawan (Komerce), Faransia Olivia (Sa Perempuan Papua) serta Hariyani  Putri (UNDP Indonesia).

Di sesi ini, para delegasi sangat antusias dengan mengajukan beberapa pertanyaan. Dengan latar belakang ada yang masih mahasiswa, pekerja profesional, bahkan pemangku kepentingan, satu sama lain saling berpendapat. Saya begitu terinspirasi kepada pembicara dari kalangan anak muda yang telah melakukan sebuah aksi nyata sebagai wirausaha. Saya juga termotivasi dengan paparan Pak Imam dan Pak Gunadi yang terus mendorong pentingnya menjadi wirausaha muda. 

Tibalah saatnya sesi sore hari chamber 8. Sore itu kami mengidentifikasi masalah-masalah yang dihadapi saat ini, sesuai topik kewirausahaan dan pekerjaan yang layak. Beberapa tantangan yang kami identifikasi kaum muda ketika mau memulai sebuah usaha diantaranya: masih rendahnya minat di bidang kewirausahaan, program akselerasi kewirausahaan dari pemerintah belum diterapkan secara maksimal, akses terhadap kapital untuk memulai usaha masih rendah. Dari sekian masalah tentang kaum muda dan kewirausahaan, tiga isu ini yang kami angkat. 

Pada hari ke-2, para delegasi chamber 8 lebih berfokus pada pencarian solusi dari tiga masalah yang diangkat serta merumuskan draft communique (rekomendasi kebijakan). Fokus kami adalah bagaimana bisa menumbuhkan minat menjadi wirausaha, penyediaan ekosistem kewirausahaan yang optimal, serta aksesibilitas menjadi wirausaha yang lebih inklusif untuk semua kalangan. Memang perlu adanya inovasi dan kolaborasi, mengingat program yang diadakan oleh pemerintah juga sudah banyak. Tujuannya, agar solusi yang ditawarkan benar-benar memberi dampak secara  maksimal. Saya menutup hari ke-2 ini dengan penuh semangat, beberapa gagasan juga saya sampaikan terkait pentingnya mendorong usaha sosial (social entrepreneurship) di kalangan generasi muda.

Hari ke-3 Youth for SDGs Summit akhirnya tiba. Setelah hari kemarin kami sudah menyepakati delegasi yang tampil mewakili SDGs 8, Joint Communique pun siap disampaikan. Sesi penutupan begitu spesial karena sekaligus ada Launch Event “State of Ecosystem for Youth Entrepreneurship in Indonesia”. Mr Norimasa Shimomura dan Salah Jelassi memberikan sambutan awal tentang potensi kewirausahaan muda dalam mengurangi tingkat pengangguran di Indonesia. Kaum muda juga diharapkan dapat berkontribusi menjadi inovator kewirausahaan yang inklusif serta mendukung pembangunan yang berkelanjutan.

Kewirausahaan tidak hanya membantu kaum muda untuk mencapai kemandirian ekonomi, tetapi juga mendorong terciptanya lapangan kerja sehingga angka pengangguran sebesar 16% pada tahun 2020 waktu lalu dapat ditekan. Puncaknya, terciptalah kesejahteraan masyarakat dengan terlahirnya lebih banyak wirausaha muda. Hal inilah yang menjadi komitmen UNDP Indonesia untuk membina wirausaha muda.

Acara dilanjutkan dengan launching hasil riset dari tiga institusi. Turut hadir Sharia Walker dari Islamic Development Bank (IsDB), Ana Tamyis dari SMERU Research Institute serta Dwi Purnomo dari The Local Enablers. Riset yang dilakukan IsDB merekomendasikan perlunya pendidikan kewirausahaan untuk anak muda, pemberian akses dan insentif untuk modal usaha lebih luas lagi, serta ekosistem kewirausahaan yang perlu terus dikembangkan. Ana dari SMERU menyoroti adanya akses pelatihan kewirausahaan yang tidak setara karena lokasi, biaya tinggi, dan kesadaran yang terbatas. Masih banyak kelompok rentan juga yang belum dapat mengakses pelatihan kewirausahaan. Sedangkan Dwi dari The Local Enablers menyampaikan adanya disparitas serta gap kaum muda alam tumbuhnya kewirausahaan di Indonesia bagian barat, tengah, ataupun timur. Paparan riset tersebut ditanggapi oleh Bapak Imam Gunawan dari Kemenpora. Hasil riset yang telah disampaikan sudah mampu mengungkapkan ekosistem kewirausahaan untuk diketahui pengambil kebijakan. Elemen terpentingnya adalah tindak lanjut dari setiap temuan yang ada. 

Saya pun berkesempatan mengajukan pertanyaan kepada Bu Ana. Saya bertanya tentang bagaimana langkah-langkah yang perlu dilakukan pemuda di daerah untuk mendorong kemajuan ekosistem kewirausahaan tadi? Secara sederhana, kita dapat berkomunikasi dengan pemangku kepentingan setempat, dalam hal ini pergi ke Dinas Pemuda dan Olahraga serta menanyakan jalannya program yang berfokus pada kewirausahaan kaum muda. Jika sudah ada, bisa berkolaborasi. Jika belum ada, bisa dialog dan merumuskan program bersama. 

Menjelang Pkl 16.00 WIB, tibalah saatnya untuk mendengar presentasi Joint Communique keempat topik Youth for SDGs Summit 2022. Pada SDGs nomor 8, chamber kami diwakili oleh Nauval. Berikut adalah beberapa rekomendasi penting yang kami rumuskan:

  1. Kewirausahaan dan Talenta. Kami mendorong dilakukannya koordinasi dan integrasi program oleh berbagai pemangku kepentingan, baik pemerintah, swasta, non profit organization, dan lain-lain untuk memastikan program yang terarah, tepat waktu, serta berkelanjutan. Integrasi materi kewirausahaan ke kurikulum serta ekstrakurikuler juga menjadi penting. Hal aplikatif lainnya adalah pelibatan kaum muda, komunitas, UMKM, serta universitas dalam kampanye kewirausahaan agar makin banyak kaum muda yang menggeluti kewirausahaan. Terakhir, mainstreaming media sosial dengan dukungan influencers menjembatani tumbuhnya talenta wirausaha muda.
  2. Kewirausahaan dan Kultur. Kami sepenuhnya menyadari bahwa budaya yang menghargai inovasi, mengambil risiko, dan inklusivitas untuk mengambangkan kewirausahaan kaum muda penting untuk ditingkatkan. Kami mendorong keberlanjutan program  pembinaan kewirausahaan muda yang telah ada serta memberikan pemahaman bahwa menjadi wirausaha adalah salah satu pilihan karir yang memberi kontribusi bagi kemajuan bangsa.
  3. Kewirausahaan dan Kepadatan. Kami mendorong adanya infrastruktur digital dan internet yang dapat diakses dengan mudah oleh wirausaha muda di penjuru daerah yang didukung Kementerian Komunikasi dan Informatika. Selain itu, pendampingan secara intensif bagi penerima manfaat program akselerasi kewirausahaan pemuda perlu lebih optimal.
  4. Kewirausahaan dan Akses Kapital. Poin utamanya adalahkolaborasi semua pihak baik pemerintah, swasta, non profit, dan aktor lainnya untuk keterbukaan akses dukungan modal di tingkat nasional dan daerah.
  5. Kewirausahaan dan Regulasi. Ada dua poin penting: sosialisasi regulasi dan peningkatan pemahaman tentang kebijakan yang mendukung kewirausahaan kaum muda serta penguatan integrasi database wirausaha muda yang dipimpin oleh Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah bersama Kementerian Pemuda dan Olahraga sehingga lahirlah kebijakan strategis sesuai kebutuhan kaum muda.

Alhamdulillah, beberapa rekomendasi di atas telah tersampaikan. Terima kasih untuk rekan-rekan chamber 8 yang semangatnya luar biasa. Saya merinding ketika mendengar setiap bagian penting dari rekomendasi itu. Kami yang merumuskannya pun secara tidak langsung menjadi bagian dari aktor yang menindaklanjuti usulan tadi. Pertanyaan selanjutnya adalah, “Apa yang akan saya lakukan setelah ini?”

Tujuan sudah dirumuskan, aktor juga sudah dipetakan, lalu aktivitas dan hasil akhirnya apa saja? Setelah Youth for SDGs Summit 2022 ini, saya akan kembali melanjutkan inisiatif bersama tim Sayur Sleman, sebuah platform yang membantu para pedagang sayur, petani, dan UMKM untuk memasarkan produknya kepada masyarakat yang membutuhkan.

Pada tahun 2022 ini kami akan intensif mengimplementasikan proposal Urban Innovation Challenge yang pada akhir 2021 kemarin berhasil mendapat dukungan dari UNDP Accelerator Lab.  Sayur Sleman turut mendukung SDGs nomor 2, 3, 8, 11, dan 12 dengan beberapa program sosial. Kami siap berkolaborasi, mengajak kaum muda untuk menjadi wirausaha sosial.

Pada akhirnya, Youth for SDGs Summit 2022 ini adalah langkah solutif yang mampu mengajak kaum muda untuk jadi wirausaha. Mindset yang harus dimiliki adalah menciptakan lapangan kerja. Kalau bukan kita, siapa lagi? Kalau tidak dari sekarang, kapan lagi? Yuk jadi wirausaha!

Referensi: