Admin Beranda Inspirasi 0shares Wujudkan Majalengka Langkung Sae, PC Tidar Majalengka Gelar Rapat Konsolidasi dan Pelatihan Tunas 1 dan 2 Read More https://drive.google.com/file/d/12DBbq011MSXStYsx8tNOXvgD8PcuZdLw/view?usp=sharing Sekolah-sekolah di Indonesia mulai menerapkan Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5), yang merupakan cara baru untuk menanamkan nilai-nilai Pancasila yang ada di dalam Kurikulum Merdeka. Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) Kurikulum Merdeka adalah sistem pembelajaran yang bertujuan untuk mengamati dan menyelesaikan permasalahan di sekitar melalui lima aspek utama yaitu: potensi diri, pemberdayaan diri, peningkatan diri, pemahaman diri, dan peran sosial. Salah satu langkah untuk mewujudkan Profil Pelajar Pancasila tersebut dilakukan melalui Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5), yaitu pembelajaran lintas disiplin ilmu dalam mengamati dan memikirkan solusi terhadap permasalahan di lingkungan sekitar untuk menguatkan berbagai kompetensi dalam Profil Pelajar Pancasila. P5 menjadi salah satu sarana pencapaian profil Pelajar Pancasila, memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengalami pengetahuan sebagai proses penguatan karakter sekaligus kesempatan belajar dari lingkungan sekitar. Dalam Menjalankan projek ini, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi memberikan 7-8 tema projek. Satuan pendidikan diberikan fleksibilitas untuk memilihnya di setiap fase yang akan dijalani sesuai ketentuan, yaitu Tingkat Sekolah Dasar wajib menyelesaikan minimal 2 tema dalam satu fase. Salah satu tema di fase jenjang sekolah dasar yaitu tema Kewirausahaan. Didalam tema kewirausahaan peserta didik bisa menganalisa aset sumber daya alam di sekitar sekolah salah satunya adalah sumber daya biofarmaka yang bisa diciptakan dan dimanfaatkan menjadi produk yang bernilai jual untuk membantu meningkatkan perekonomian masyarakat. Tanaman obat atau nama lain biofarmaka adalah jenis-jenis tanaman yang memiliki fungsi dan berkhasiat sebagai obat dipergunakan untuk penyembuhan maupun mencegah berbagai penyakit. Penggunaan tanaman sebagai obat bisa dengan cara diminum, ditempel, dihirup sehingga kegunaannya dapat memenuhi konsep kerja reseptor sel dalam menerima senyawa kimia atau rangsangan, biofarmaka yang dapat digunakan sebagai obat baik yang sengaja ditanam maupun tumbuh secara liar. Tumbuhan tersebut digunakan oleh masyarakat untukdiracik dan disajikan sebagai obat guna penyembuhan penyakit maupun suplemen kesehatan. Dalam era ekonomi sekarang masyarakat Indonesia sangat menyukai pengobatan alternatif dari tanaman obat karena selain murah, tanaman obat juga mudah dicari. Tanaman obat bukan hanya mudah ditemui dipersawahan, dipinggir-pinggir kolam atau lahan-lahan kosong. Selain bagian batang dan akar, yang paling sering digunakan untuk obat yaitu daun, karena daun dari berbagai macam tanaman obat memiliki kegunaan dan fungsi untuk setiap penyakit yang berbeda – beda, namun dalam kenyataannya masyarakat kurang mampu mengenali daun dari tanaman yang termasuk dalam jenis tanaman obat. Sehingga menjadi kendala bagi masyarakat dalam memanfaatkan biofarmaka, salah satunya adalah tanaman kelor (moringa) untuk suplemen kesehatan dan pengobatan pribadi serta juga produk moderen yang memiliki nilai jual. Produk biofarmaka moringa dikembangkan berdasarkan hasil eksplorasi terhadap potensi masyarakat dalam mengolah sumber daya alam yang tersedia di sekitar sekolah maupun sekitar tempat tinggal peserta didik untuk belajar menganalisis kebutuhan dan permasalahan yang dihadapi masyarakat sekitar sehingga peserta didik belajar mencari solusi terhadap peluang maupun kendala yang ada. Dengan demikian, proses penciptaan karya produk biofarmaka moringa diharapkan dapat memberikan gambaran bagi guru untuk memfasilitasi proses pembelajaran peserta didik dalam menciptakan karya produk lainnya berdasarkan eksplorasi mereka terhadap potensi sumber daya alam yang ada pada daerah setempat. Proses penciptaan karya produk biofarmaka moringa diharapkan mampu mengembangkan Profil Pelajar Pancasila yang sesuai dengan tujuan Kurikulum Merdeka. A. Potensi Sumber Daya Alam Biofarmaka Moringa (Daun Kelor) Kabupaten Kuningan Kabupaten Kuningan berada di Provinsi Jawa Barat yang terletak di kaki Gunung Ciremai yang mana memiliki potensi alam yang tinggi. Potensi alam tersebut antara lain berupa daerah lahan perkebunan, pertanian, hutan dan juga sektor pariwisata alam. Dari potensi alam yang dimiliki tersebut banyak sumber daya alam yang dapat dimanfaatkan untuk membantu meningkatkan perekonomian masyarakat di Kabupaten Kuningan. Pemanfaatan Sumber Daya Alam (SDA) yang dapat dirasakan yaitu salah satunya dengan memanfaatkan sumber daya alam sebagai bahan baku dari produk olahan makanan atau produk olahan obat- obatan herbal. Gambar 2. Kondisi Alam Kabupaten Kuningan Kabupaten Kuningan memiliki kekayaan alam yang melimpah. Sayangnya kekayaan alam itu belum dimanfaatkan optimal khusususya oleh masyarakat. Padahal jika pemerintah daerah bersama masyarakat mampu mengelola dengan baik, potensi sumber daya alam itu tentu saja akan menjadi potensi ekonomi yang bisa diandalkan. Salah satunya adalah tanaman kelor (Moringa oleifera) merupakan tanaman yang mudah tumbuh di daerah tropis seperti Indonesia khususnya Kabupaten Kuningan termasuk di daerah sekitar SD Negeri 2 Citangtu disekitar sekolah yang sangat banyak sekali tanaman kelor. Ini merupakan sumberdaya alam sekitar yang bisa menjadi projek pembelajar P5 peserta didik. B. Penciptaan Karya Produk Biofarmaka Moringa Tumbuhan kelor (moringa oleifera lam.) sudah dikenal selama berabad-abad sebagai tanaman multiguna, padat nutrisi dan berkhasiat sebagai obat. Namun pengembangannya menjadi minuman fungsional belum banyak dilakukan. Masyarakat Kuningan hanya memanfaatkan tumbuhan ini sebagai makanan ternak seperti kambing; sehingga perlu ada riset berupa inovasi teknologi yang membuat tumbuhan ini layak untuk dipromosikan manfaat dan khasiatnya. Salah satu cara terbaik yang paling mudah dan praktis untuk mengambil manfaat dan khasiat kelor bagi kesehatan adalah membuat produk minuman teh herbal daun kelor. Penelitian ini bertujuan mengembangkan daun kelor sebagai sumber bahan baku yang diformulasikan menjadi teh celup yang mempunyai aktivitas antioksidan. Penelitian ini perlu dikembangkan mengingat ketersediaan bahan (simplisia) dari tumbuhan ini sangat mudah didapatkan di daerah Kabupaten Kuningan dan teknologi yang digunakan sangat mudah diterapkan. Teh daun kelor (moringa) akan dibuat sebagai produk olahan yang dikemas dalam kemasan kantung (bag) yang terbuat dari filter paper (teh celup) yang dapat disajikan secara cepat dan instan. Gambar 3. Alur Pembuatan Produk Biofarmaka Moringa Gambar 1. Proses pemetikan daun moringa Gambar 2. Proses penjemuran daun moringa Gambar 3. Pembungkusan produk oleh siswa Gambar 4. Pembungkusan produk oleh guru Gambar 5. Pembungkusan oleh siswa Gambar 6. Produk penciptaan oleh guru Gambar 7. Produk teh celup moringa Gambar 8. Produk teh celup moringa Dari keterangan gambar diatas penciptaan produk biofarmaka moringa diawali dari keadaan kelor basah kemudian dikeringkan menggunakan panas matahari langsung, setelah kering langsung dikemas di bag khusus untuk teh, kemudian dikemas dalam pouch yang aman dan modern. Untuk manfaatnya dari produk biofarmaka moringa, diantaranya : 1. Suplemen kesehatan 2. Mengobati penyakit seperti : a) Mengontrol Tekanan Darah b) Menurunkan Kadar Gula Darah c) Meningkatkan Daya Tahan Tubuh d) Menghambat Pertumbuhan Sel Kanker e) Mengatasi Peradangan f) Memelihara Kesehatan dan Fungsi Otak g) Baik untuk Jantung h) Mencegah Anemia C. Penciptaan Karya Produk Biofarmaka Moringa Sebagai Referensi Bagi Guru dan Siswa Untuk Pelaksanaan Kurikulum Merdeka Dalam Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) Proses penciptaan karya produk biofarmaka moringa (kelor) yang dikemas secara modern memberikan gambaran dalam merepresentasikan pemanfaatan potensi masyarakat Kabupaten Kuningan dalam memanfaatkan sumber daya alam hingga bernilai ekonomis. Dengan demikian guru dapat menggunakan produk biofarmaka moringa sebagai referensi atau sumber belajar dalam menunjang fungsi guru pada Kurikulum Merdeka yakni sebagai fasilitator, motivator, maupun memberikan bimbingan kegiatan pembelajaran peserta didik dalam proses penciptaan karya produk biofarmaka moringa. Pemanfaatan proses penciptaan karya produk biofarmaka moringa sebagai sumber belajar mendukung pelaksanaan ProjekPenguatan Profil Pelajar Pancasila (P5). Terkait hal tersebut, peserta didik dapat mengadopsi metode penciptaan Alma Hawkins yang terdiri dari eksplorasi, improvisasi, dan pembentukan. Pada tahap eksplorasi, peserta didik dapatmengikuti proses penemuan ide atau gagasan pada penciptaan produk biofarmaka diperoleh dengan menggali daerah masyarakat dalam mengolah sumber daya alam yakni daun kelor (moringa) yang sebelumnya dipandang tidak bernilai diolah menjadi komoditas yang memiliki nilai ekonomis. Sejalan dengan hal tersebut maka proses eksplorasi penciptaan produk biofarmaka moringa didorong untuk menggali informasi, berfikir, berimajinasi, merasakan,menanggapi masyarakat di daerah mereka dan sumber daya alam sebagai sumber ide atau gagasan. Peserta didik dapat terjun langsung ke masyarakat untuk berinteraksi dengan masyarakat. Hal tersebut dapat mempercepat pemerolehan informasi dari masyarakat serta mengembangkan imajinasi yang dibutuhkan dalam sebuah karya produk. Pada tahap improvisasi peserta didik dapat mencoba untuk memilih, membedakan, mempertimbangkan, membuat harmonisasi rangkaian produk yang merepresentasikan gagasan yang diusulkan. Berdasarkan pengalaman belajar peserta didik melalui proyek penciptaan karya produk biomarmaka moringa tersebut dapat mengembangkan Profil Pelajar Pancasila yakni (1) Pada aspek Beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan berakhlak mulia, penciptaan karya produk biofarmaka moringa mendorong siswa melakukan olah rasa dengan bersyukur atas penciptaan sumber daya alam. Hal tersebut dapat melatih kepekaan mereka terhadap eksistensi Tuhan dalam diri peserta didik. Hal tersebut dapat meningkatkan rasa takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa; (2) Pada aspek berbhineka secara global, keterlibatan peserta didik menggali potensi sumber daya daerah dapat mendorong penghargaan mereka terhadap aset daerah yang dimiliki. (3) Pada aspek gotong royong, keterlibatan peserta didik dalam kegiatan kolaboratif bersama kelompok belajar mendorongkebersamaan dan rasa gotong royong. Mereka secara bersama- sama melakukaninvestigasi pada tahap kegiatan eksplorasi, mencurahkan imajinasi mereka pada tahap improvisasi, serta bersama-sama mengambil keputusan terhadap ragam produk dan juga kemasanyang digunakan dalam prosespembentukan; (4) Pada aspek mandiri,peserta didik memperoleh kemandirian belajar mereka melalui keterlibatan aktif dalam pembelajaran berbasis proyek.Peserta didik dapat menentukan tujuanpenciptaan karya produk biofarmaka moringa, menyusun langkah kegiatan pembelajaran, membagi tugas kelompok, menentukan kebutuhan belajar, serta mengevaluasi ketercapaian pembelajaran mereka sendiri; (5) Pada aspek bernalar kritis, peserta didik didorong untuk mampu mengenali kebenaran dari informasi yang diperoleh dari berbagaisumber. Kemajuan teknologi memungkinkan pemerolehan informasiyang sangat cepat melalui internet. Untuk itu peserta didik mengasah keterampilan berpikir kritis mereka untuk mengumpulkan maupun menyeleksi sumber informasi yang relevan dengan kebutuhan proyek belajar mereka; serta (6) Pada aspek kreatif, peserta didik berupaya untuk memaksimalkan kemampuan mereka untuk dapat menghasilkan sebuah penciptaan karya produk biofarmaka moringa melalui tahap-tahap yang sistematis. Peserta didik juga memanfaatkan imajinasi maupun olah rasa untuk memperoleh citra atau gambaran karya yang dapat mereka representasikan.
Wujudkan Majalengka Langkung Sae, PC Tidar Majalengka Gelar Rapat Konsolidasi dan Pelatihan Tunas 1 dan 2 Read More