fbpx
Foto Siswa Membuat Produk

PROJEK PENGUATAN PROFIL PELAJAR PANCASILA (P5) MELALUI PENCIPTAAN KARYA PRODUK BIOFARMAKA KELOR (MORINGA) SEBAGAI ALAT DAN MEDIA PEMBELAJARAN PADA KURIKULUM MERDEKA

https://drive.google.com/file/d/12DBbq011MSXStYsx8tNOXvgD8PcuZdLw/view?usp=sharing

Sekolah-sekolah di Indonesia mulai menerapkan Proyek Penguatan Profil Pelajar
Pancasila (P5), yang merupakan cara baru untuk menanamkan nilai-nilai Pancasila yang ada
di dalam Kurikulum Merdeka.

Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) Kurikulum Merdeka adalah sistem
pembelajaran yang bertujuan untuk mengamati dan menyelesaikan permasalahan di sekitar
melalui lima aspek utama yaitu: potensi diri, pemberdayaan diri, peningkatan diri,
pemahaman diri, dan peran sosial. Salah satu langkah untuk mewujudkan Profil Pelajar
Pancasila tersebut dilakukan melalui Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5), yaitu
pembelajaran lintas disiplin ilmu dalam mengamati dan memikirkan solusi terhadap
permasalahan di lingkungan sekitar untuk menguatkan berbagai kompetensi dalam Profil
Pelajar Pancasila.

P5 menjadi salah satu sarana pencapaian profil Pelajar Pancasila, memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk mengalami pengetahuan sebagai proses penguatan
karakter sekaligus kesempatan belajar dari lingkungan sekitar. Dalam Menjalankan projek
ini, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi memberikan 7-8 tema
projek. Satuan pendidikan diberikan fleksibilitas untuk memilihnya di setiap fase yang akan
dijalani sesuai ketentuan, yaitu Tingkat Sekolah Dasar wajib menyelesaikan minimal 2 tema
dalam satu fase. Salah satu tema di fase jenjang sekolah dasar yaitu tema Kewirausahaan.
Didalam tema kewirausahaan peserta didik bisa menganalisa aset sumber daya alam di
sekitar sekolah salah satunya adalah sumber daya biofarmaka yang bisa diciptakan dan
dimanfaatkan menjadi produk yang bernilai jual untuk membantu meningkatkan
perekonomian masyarakat. Tanaman obat atau nama lain biofarmaka adalah jenis-jenis
tanaman yang memiliki fungsi dan berkhasiat sebagai obat dipergunakan untuk penyembuhan
maupun mencegah berbagai penyakit.

Penggunaan tanaman sebagai obat bisa dengan cara diminum, ditempel, dihirup
sehingga kegunaannya dapat memenuhi konsep kerja reseptor sel dalam menerima senyawa
kimia atau rangsangan, biofarmaka yang dapat digunakan sebagai obat baik yang sengaja
ditanam maupun tumbuh secara liar. Tumbuhan tersebut digunakan oleh masyarakat untukdiracik dan disajikan sebagai obat guna penyembuhan penyakit maupun suplemen kesehatan.
Dalam era ekonomi sekarang masyarakat Indonesia sangat menyukai pengobatan alternatif
dari tanaman obat karena selain murah, tanaman obat juga mudah dicari.

Tanaman obat bukan hanya mudah ditemui dipersawahan, dipinggir-pinggir kolam atau
lahan-lahan kosong. Selain bagian batang dan akar, yang paling sering digunakan untuk obat
yaitu daun, karena daun dari berbagai macam tanaman obat memiliki kegunaan dan fungsi
untuk setiap penyakit yang berbeda – beda, namun dalam kenyataannya masyarakat kurang
mampu mengenali daun dari tanaman yang termasuk dalam jenis tanaman obat.
Sehingga menjadi kendala bagi masyarakat dalam memanfaatkan biofarmaka, salah
satunya adalah tanaman kelor (moringa) untuk suplemen kesehatan dan pengobatan pribadi
serta juga produk moderen yang memiliki nilai jual.

Produk biofarmaka moringa dikembangkan berdasarkan hasil eksplorasi terhadap potensi masyarakat dalam mengolah sumber daya alam yang tersedia di sekitar sekolah maupun sekitar tempat tinggal peserta
didik untuk belajar menganalisis kebutuhan dan permasalahan yang dihadapi masyarakat
sekitar sehingga peserta didik belajar mencari solusi terhadap peluang maupun kendala yang
ada.

Dengan demikian, proses penciptaan karya produk biofarmaka moringa diharapkan
dapat memberikan gambaran bagi guru untuk memfasilitasi proses pembelajaran peserta
didik dalam menciptakan karya produk lainnya berdasarkan eksplorasi mereka terhadap
potensi sumber daya alam yang ada pada daerah setempat. Proses penciptaan karya produk
biofarmaka moringa diharapkan mampu mengembangkan Profil Pelajar Pancasila yang
sesuai dengan tujuan Kurikulum Merdeka.

A. Potensi Sumber Daya Alam Biofarmaka Moringa (Daun Kelor) Kabupaten
Kuningan
Kabupaten Kuningan berada di Provinsi Jawa Barat yang terletak di kaki Gunung
Ciremai yang mana memiliki potensi alam yang tinggi. Potensi alam tersebut antara lain
berupa daerah lahan perkebunan, pertanian, hutan dan juga sektor pariwisata alam. Dari
potensi alam yang dimiliki tersebut banyak sumber daya alam yang dapat dimanfaatkan untuk
membantu meningkatkan perekonomian masyarakat di Kabupaten Kuningan. Pemanfaatan
Sumber Daya Alam (SDA) yang dapat dirasakan yaitu salah satunya dengan memanfaatkan sumber daya alam sebagai bahan baku dari produk olahan makanan atau produk olahan obat-
obatan herbal.

Gambar 2. Kondisi Alam Kabupaten Kuningan

Kabupaten Kuningan memiliki kekayaan alam yang melimpah. Sayangnya kekayaan
alam itu belum dimanfaatkan optimal khusususya oleh masyarakat. Padahal jika pemerintah
daerah bersama masyarakat mampu mengelola dengan baik, potensi sumber daya alam itu
tentu saja akan menjadi potensi ekonomi yang bisa diandalkan. Salah satunya adalah tanaman
kelor (Moringa oleifera) merupakan tanaman yang mudah tumbuh di daerah tropis seperti
Indonesia khususnya Kabupaten Kuningan termasuk di daerah sekitar SD Negeri 2 Citangtu
disekitar sekolah yang sangat banyak sekali tanaman kelor. Ini merupakan sumberdaya alam
sekitar yang bisa menjadi projek pembelajar P5 peserta didik.

B. Penciptaan Karya Produk Biofarmaka Moringa
Tumbuhan kelor (moringa oleifera lam.) sudah dikenal selama berabad-abad sebagai
tanaman multiguna, padat nutrisi dan berkhasiat sebagai obat. Namun pengembangannya
menjadi minuman fungsional belum banyak dilakukan. Masyarakat Kuningan hanya
memanfaatkan tumbuhan ini sebagai makanan ternak seperti kambing; sehingga perlu ada
riset berupa inovasi teknologi yang membuat tumbuhan ini layak untuk dipromosikan
manfaat dan khasiatnya.

Salah satu cara terbaik yang paling mudah dan praktis untuk mengambil manfaat dan
khasiat kelor bagi kesehatan adalah membuat produk minuman teh herbal daun kelor.
Penelitian ini bertujuan mengembangkan daun kelor sebagai sumber bahan baku yang
diformulasikan menjadi teh celup yang mempunyai aktivitas antioksidan.

Penelitian ini perlu dikembangkan mengingat ketersediaan bahan (simplisia) dari
tumbuhan ini sangat mudah didapatkan di daerah Kabupaten Kuningan dan teknologi yang
digunakan sangat mudah diterapkan. Teh daun kelor (moringa) akan dibuat sebagai produk
olahan yang dikemas dalam kemasan kantung (bag) yang terbuat dari filter paper (teh celup)
yang dapat disajikan secara cepat dan instan.

Gambar 3. Alur Pembuatan Produk Biofarmaka Moringa

Gambar 1. Proses pemetikan daun moringa

Gambar 2. Proses penjemuran daun moringa

Gambar 3. Pembungkusan produk oleh siswa Gambar 4. Pembungkusan produk oleh guru

Gambar 5. Pembungkusan oleh siswa Gambar 6. Produk penciptaan oleh guru

Gambar 7. Produk teh celup moringa Gambar 8. Produk teh celup moringa

Dari keterangan gambar diatas penciptaan produk biofarmaka moringa diawali dari
keadaan kelor basah kemudian dikeringkan menggunakan panas matahari langsung, setelah
kering langsung dikemas di bag khusus untuk teh, kemudian dikemas dalam pouch yang
aman dan modern.
Untuk manfaatnya dari produk biofarmaka moringa, diantaranya :
1. Suplemen kesehatan
2. Mengobati penyakit seperti :
a) Mengontrol Tekanan Darah
b) Menurunkan Kadar Gula Darah
c) Meningkatkan Daya Tahan Tubuh
d) Menghambat Pertumbuhan Sel Kanker
e) Mengatasi Peradangan
f) Memelihara Kesehatan dan Fungsi Otak
g) Baik untuk Jantung
h) Mencegah Anemia

C. Penciptaan Karya Produk Biofarmaka Moringa Sebagai Referensi Bagi Guru dan
Siswa Untuk Pelaksanaan Kurikulum Merdeka Dalam Projek Penguatan Profil
Pelajar Pancasila (P5)
Proses penciptaan karya produk biofarmaka moringa (kelor) yang dikemas secara
modern memberikan gambaran dalam merepresentasikan pemanfaatan potensi masyarakat
Kabupaten Kuningan dalam memanfaatkan sumber daya alam hingga bernilai ekonomis.
Dengan demikian guru dapat menggunakan produk biofarmaka moringa sebagai referensi
atau sumber belajar dalam menunjang fungsi guru pada Kurikulum Merdeka yakni sebagai
fasilitator, motivator, maupun memberikan bimbingan kegiatan pembelajaran peserta didik
dalam proses penciptaan karya produk biofarmaka moringa.

Pemanfaatan proses penciptaan karya produk biofarmaka moringa sebagai sumber
belajar mendukung pelaksanaan ProjekPenguatan Profil Pelajar Pancasila (P5). Terkait hal
tersebut, peserta didik dapat mengadopsi metode penciptaan Alma Hawkins yang terdiri
dari eksplorasi, improvisasi, dan pembentukan.

Pada tahap eksplorasi, peserta didik dapatmengikuti proses penemuan ide atau gagasan
pada penciptaan produk biofarmaka diperoleh dengan menggali daerah masyarakat dalam
mengolah sumber daya alam yakni daun kelor (moringa) yang sebelumnya dipandang tidak
bernilai diolah menjadi komoditas yang memiliki nilai ekonomis.

Sejalan dengan hal tersebut maka proses eksplorasi penciptaan produk biofarmaka moringa didorong untuk menggali informasi, berfikir, berimajinasi, merasakan,menanggapi
masyarakat di daerah mereka dan sumber daya alam sebagai sumber ide atau gagasan.
Peserta didik dapat terjun langsung ke masyarakat untuk berinteraksi dengan masyarakat.
Hal tersebut dapat mempercepat pemerolehan informasi dari masyarakat serta
mengembangkan imajinasi yang dibutuhkan dalam sebuah karya produk.

Pada tahap improvisasi peserta didik dapat mencoba untuk memilih,
membedakan, mempertimbangkan, membuat harmonisasi rangkaian produk yang
merepresentasikan gagasan yang diusulkan. Berdasarkan pengalaman belajar peserta didik
melalui proyek penciptaan karya produk biomarmaka moringa tersebut dapat
mengembangkan Profil Pelajar Pancasila yakni (1) Pada aspek Beriman, bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, dan berakhlak mulia, penciptaan karya produk biofarmaka moringa
mendorong siswa melakukan olah rasa dengan bersyukur atas penciptaan sumber daya alam.
Hal tersebut dapat melatih kepekaan mereka terhadap eksistensi Tuhan dalam diri peserta
didik. Hal tersebut dapat meningkatkan rasa takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa; (2)
Pada aspek berbhineka secara global, keterlibatan peserta didik menggali potensi sumber
daya daerah dapat mendorong penghargaan mereka terhadap aset daerah yang dimiliki. (3)
Pada aspek gotong royong, keterlibatan peserta didik dalam kegiatan kolaboratif bersama kelompok belajar mendorongkebersamaan dan rasa gotong royong. Mereka secara bersama-
sama melakukaninvestigasi pada tahap kegiatan eksplorasi, mencurahkan imajinasi mereka pada tahap improvisasi, serta bersama-sama mengambil keputusan terhadap ragam produk
dan juga kemasanyang digunakan dalam prosespembentukan; (4) Pada aspek mandiri,peserta
didik memperoleh kemandirian belajar mereka melalui keterlibatan aktif dalam pembelajaran
berbasis proyek.Peserta didik dapat menentukan tujuanpenciptaan karya produk biofarmaka
moringa, menyusun langkah kegiatan pembelajaran, membagi tugas kelompok, menentukan
kebutuhan belajar, serta mengevaluasi ketercapaian pembelajaran mereka sendiri; (5) Pada
aspek bernalar kritis, peserta didik didorong untuk mampu mengenali kebenaran dari
informasi yang diperoleh dari berbagaisumber.

Kemajuan teknologi memungkinkan pemerolehan informasiyang sangat cepat melalui
internet. Untuk itu peserta didik mengasah keterampilan berpikir kritis mereka untuk
mengumpulkan maupun menyeleksi sumber informasi yang relevan dengan kebutuhan
proyek belajar mereka; serta (6) Pada aspek kreatif, peserta didik berupaya untuk
memaksimalkan kemampuan mereka untuk dapat menghasilkan sebuah penciptaan karya
produk biofarmaka moringa melalui tahap-tahap yang sistematis. Peserta didik juga
memanfaatkan imajinasi maupun olah rasa untuk memperoleh citra atau gambaran karya
yang dapat mereka representasikan.