Ayu Putu Eka Novita 0shares PELATIHAN KEPEMIMPINAN SDGS DALAM MENDUKUNG MERDEKA BELAJAR DI MALUKU Read More Latar Belakang Adi Soumena adalah seorang pemuda yang penuh semangat dan kreatif. Tinggal di SOS Desa Taruna Lembang, pengasuhan alternatif yang concern pada anak yang kehilangan pengasuhan orang tua atau anak yang beresiko kehilangan pengasuhan orang tua. Sejak SMP Adi dibawa ke SOS Children’s Village Lembang, dan tinggal di Rumah 9. Pengasuhan Alternatif adalah pengasuhan yang dilakukan selain oleh keluarga kandungnya. Sebagai mahasiswa di President University, Adi menunjukkan dedikasi yang luar biasa dalam mengejar gelar Sarjana Komunikasi. Selama masa studinya, Adi aktif terlibat dalam berbagai proyek dan organisasi, yang tidak hanya memperkaya pengalamannya, tetapi juga memperkuat kemampuan kepemimpinan, komunikasi, dan manajemen proyeknya. Adi telah memimpin berbagai proyek yang berhubungan dengan komunikasi digital dan pemasaran, termasuk bekerja sebagai konsultan komunikasi pemasaran digital yang berkolaborasi dengan kafe lokal untuk meningkatkan branding mereka melalui konten kreatif. Pengalamannya sebagai Content Creator Intern di Habitat for Humanity Indonesia dan Public Relation and Communications Intern di SOS Children’s Villages in Indonesia memperlihatkan kemampuannya dalam membuat dan mengelola konten yang berdampak serta menjalin hubungan yang kuat dengan berbagai pemangku kepentingan. Adi juga aktif dalam berbagai kegiatan organisasi, baik di tingkat nasional maupun internasional. Sebagai perwakilan dari SOS Children’s Villages Asia di Youth Advisory Board, Adi telah berkontribusi dalam menyusun dan melaksanakan mandat global dan nasional yang menjangkau banyak negara. Partisipasinya dalam High Level Political Forum 2024 di New York, USA, sebagai perwakilan dari YAB SOS Children’s Villages menunjukkan pengakuan internasional atas kontribusi dan dedikasinya. Melalui keterlibatannya dalam berbagai inisiatif dan kampanye, Adi menunjukkan semangat yang tak terbendung untuk mengatasi tantangan global, khususnya dalam bidang pendidikan di situasi darurat dan perlindungan anak. Dengan latar belakang dan pengalamannya yang kaya, Adi Soumena terus menggali kreativitas tanpa batas untuk memberikan kontribusi positif bagi masyarakat dan dunia. Hadir di Event Dunia untuk Pemuda High Level Political Forum Kehadiran Adi Soumena di High Level Political Forum (HLPF) tanggal 16 Juli 2024 memiliki beberapa tujuan utama yang mendasari partisipasinya dalam acara dunia tersebut. Berikut adalah beberapa tujuan yang ingin dicapai oleh Adi melalui kehadirannya di forum tersebut: (1)Mewakili Suara Pemuda: Sebagai perwakilan dari SOS Children’s Villages Asia dan Youth for Education in Emergencies (Y4EIE) Global Youth Panel, Adi bertujuan untuk membawa suara pemuda dari kawasan Asia dan Indonesia ke tingkat internasional. Ini termasuk menyampaikan pandangan, aspirasi, dan kekhawatiran pemuda mengenai isu-isu global, khususnya yang berkaitan dengan pendidikan, hak anak, dan situasi darurat, (2)Mempengaruhi Kebijakan: Kehadiran di HLPF memberikan Adi kesempatan untuk berpartisipasi dalam diskusi dan dialog yang dapat mempengaruhi kebijakan internasional. Adi berupaya untuk memastikan bahwa kebijakan yang dibuat di forum ini memperhatikan kebutuhan dan hak anak-anak dan pemuda, serta mempromosikan pendidikan inklusif dan perlindungan anak di situasi darurat, (3)Jaringan dan Kolaborasi: Forum ini menjadi platform bagi Adi untuk bertemu dengan pemimpin, pembuat kebijakan, dan pemuda dari berbagai negara. Tujuan ini mencakup membangun jaringan yang kuat, mencari peluang kolaborasi, dan berbagi pengalaman serta praktik terbaik dalam mengatasi tantangan global yang dihadapi pemuda, (4)Meningkatkan Kesadaran: Adi bertujuan untuk meningkatkan kesadaran global tentang isu-isu yang dihadapi oleh pemuda di Asia, khususnya terkait pendidikan di situasi darurat dan hak anak. Melalui partisipasinya dalam panel diskusi dan presentasi, Adi berharap dapat menarik perhatian lebih luas terhadap isu-isu ini dan mendorong tindakan yang lebih konkret dari komunitas internasional, (5)Pengembangan Pribadi dan Profesional: Menghadiri HLPF juga merupakan kesempatan bagi Adi untuk mengembangkan keterampilan pribadi dan profesionalnya. Ini termasuk memperkuat kemampuan komunikasi, kepemimpinan, advokasi, dan berpikir kritis yang dapat digunakan untuk memajukan kariernya di bidang komunikasi dan public relations. Dengan tujuan-tujuan ini, kehadiran Adi di High Level Political Forum tidak hanya bermanfaat bagi pengembangan dirinya sendiri, tetapi juga memberikan kontribusi signifikan dalam upaya global untuk menciptakan dunia yang lebih adil dan inklusif bagi anak-anak dan pemuda. Tantangan Adi  untuk Akses Pemenuhan Hak Anak Sebagai seorang anak yang tumbuh di lingkungan pengasuhan alternatif, pengasuhan berbasis keluarga (Family Like Care), Adi Soumena menghadapi berbagai tantangan dalam mengakses dan memenuhi hak-hak anak. Berikut adalah beberapa tantangan utama yang dihadapi oleh anak yang berada di pengasuhan alternatif dalam tumbuh kembangnya: Keterbatasan Akses terhadap Pendidikan Berkualitas: (a)Keterbatasan Fasilitas: Sekolah yang tidak dilengkapi dengan fasilitas yang memadai, seperti laboratorium, perpustakaan, dan teknologi pendidikan, membuat pengalaman belajar menjadi kurang optimal, (b)Keterbatasan Finansial: Ketidakmampuan keluarga untuk membiayai pendidikan tinggi atau kursus tambahan juga menjadi penghalang bagi pengembangan akademis Adi. Ketidaksetaraan Sosial dan Ekonomi: (a)Kemiskinan: Hidup dalam kondisi ekonomi yang sulit membuat anak harus menghadapi tekanan untuk membantu ekonomi keluarga, yang bisa mengganggu fokus pada pendidikan dan pengembangan diri, (b)Diskriminasi Sosial: Anak-anak dari latar belakang rentan seringkali menghadapi diskriminasi dan stigma sosial, yang dapat mempengaruhi rasa percaya diri dan kesempatan mereka untuk berkembang. Keterbatasan Akses terhadap Layanan Kesehatan: (a)Fasilitas Kesehatan yang Tidak Memadai: Kurangnya akses ke layanan kesehatan berkualitas dapat mempengaruhi perkembangan fisik dan mental anak, (b)Kurangnya Informasi: Kurangnya informasi tentang kesehatan dan gizi dapat menyebabkan masalah kesehatan yang tidak tertangani dengan baik. Lingkungan yang Tidak Aman: (a)Kekerasan dan Pelecehan: Anak-anak rentan sering menghadapi risiko kekerasan dan pelecehan di rumah, sekolah, atau komunitas, yang dapat berdampak negatif pada kesejahteraan psikologis dan emosional mereka, (b)Ketidakamanan Lingkungan: Hidup di daerah yang rawan konflik atau bencana alam menambah tingkat stres dan ketidakpastian bagi anak-anak. Kurangnya Dukungan Psikososial: (a)Keterbatasan Akses ke Konseling dan Dukungan Psikologis: Anak-anak rentan seringkali tidak memiliki akses ke layanan konseling dan dukungan psikologis yang dapat membantu mereka mengatasi trauma dan stress, (b)Kurangnya Dukungan dari Komunitas: Kurangnya dukungan dari masyarakat dan lingkungan sekitar membuat anak-anak merasa terisolasi dan kurang mendapatkan bantuan yang mereka butuhkan. Keterbatasan dalam Partisipasi dan Keterlibatan: (a)Kurangnya Kesempatan untuk Berpartisipasi: Anak-anak dari latar belakang rentan sering tidak mendapatkan kesempatan untuk berpartisipasi dalam kegiatan sosial, budaya, atau politik yang dapat memperkaya pengalaman dan pengetahuan mereka, (b)Keterbatasan Ruang untuk Suara Anak: Suara anak-anak sering tidak didengarkan dalam pengambilan keputusan yang mempengaruhi hidup mereka, yang membuat mereka merasa tidak berdaya dan tidak dihargai. Mengatasi Tantangan Meskipun menghadapi berbagai tantangan, Adi Soumena menunjukkan semangat yang luar biasa dalam mengatasi hambatan-hambatan ini. Dengan berfokus pada pendidikan, keterlibatan aktif dalam organisasi, dan penggunaan keterampilan komunikasi dan advokasi, Adi berhasil membuktikan bahwa anak-anak rentan juga dapat berpartisipasi dan memberikan kontribusi positif bagi masyarakat. Dukungan dari keluarga, komunitas, dan organisasi yang peduli terhadap hak-hak anak sangat penting dalam membantu anak-anak seperti Adi untuk mengatasi tantangan mereka dan mencapai potensi penuh mereka. Kolaborasi untuk Partisipasi Pemuda yang Inklusif bagi Indonesia Emas Untuk mencapai Indonesia Emas pada tahun 2045, dimana Indonesia diharapkan menjadi negara yang maju dengan tingkat kesejahteraan yang tinggi, partisipasi pemuda yang inklusif menjadi sangat penting. Kolaborasi yang efektif antara berbagai pihak dapat memastikan bahwa semua pemuda, tanpa terkecuali, dapat berkontribusi dan menikmati hasil pembangunan. Berikut adalah beberapa bentuk kolaborasi yang dapat dilakukan: Kolaborasi Pemerintah dan Pemuda: (a)Program Pemberdayaan Pemuda: Pemerintah dapat bekerja sama dengan organisasi pemuda untuk menciptakan program pemberdayaan yang fokus pada peningkatan keterampilan, pendidikan, dan kewirausahaan, (b)Keterlibatan Pemuda dalam Pengambilan Keputusan: Melibatkan pemuda dalam proses pengambilan keputusan di tingkat lokal dan nasional melalui forum konsultasi, dewan pemuda, dan inisiatif kebijakan inklusif. Kolaborasi dengan Sektor Swasta: (a)Pelatihan dan Magang: Perusahaan dapat menyediakan program pelatihan dan magang untuk pemuda, membantu mereka mendapatkan pengalaman kerja yang berharga dan keterampilan yang relevan dengan industry, (b)Inkubator Bisnis untuk Pemuda: Mendirikan inkubator bisnis yang mendukung inovasi dan kewirausahaan pemuda, dengan memberikan akses ke pendanaan, mentor, dan jaringan bisnis. Kolaborasi dengan Lembaga Pendidikan: (a)Kurikulum Inklusif: Mengembangkan kurikulum yang inklusif dan relevan dengan kebutuhan pasar kerja masa depan, termasuk pendidikan keterampilan digital dan literasi keuangan, (b)Beasiswa dan Dukungan Pendidikan: Menyediakan beasiswa dan dukungan pendidikan bagi pemuda dari latar belakang ekonomi yang kurang beruntung, memastikan akses yang setara ke pendidikan berkualitas. Kolaborasi dengan Organisasi Non-Pemerintah (NGO): (a)Program Pemberdayaan Komunitas: Bekerja sama dengan NGO untuk menjalankan program pemberdayaan di komunitas-komunitas lokal, fokus pada pendidikan, kesehatan, dan pengembangan kapasitas pemuda, (b)Kampanye Kesadaran: Menjalankan kampanye kesadaran yang menekankan pentingnya partisipasi pemuda dalam pembangunan nasional, serta mengatasi stigma dan diskriminasi yang mungkin ada. Kolaborasi dengan Komunitas Internasional: (a)Pertukaran Pelajar dan Program Internasional: Mengirim pemuda Indonesia untuk berpartisipasi dalam program pertukaran pelajar dan pelatihan internasional, meningkatkan wawasan dan jaringan global mereka, (b)Kerjasama Multilateral: Mengambil bagian dalam inisiatif dan program internasional yang mendukung pemberdayaan pemuda, seperti program-program dari PBB atau organisasi regional. Manfaat dari Kolaborasi Kolaborasi yang inklusif untuk partisipasi pemuda dapat memberikan berbagai manfaat, antara lain: (1)Peningkatan Keterampilan dan Kompetensi: Pemuda akan mendapatkan keterampilan dan pengetahuan yang relevan untuk berkontribusi secara efektif dalam perekonomian dan masyarakat, (2)Penguatan Jaringan dan Hubungan: Melalui kolaborasi, pemuda dapat membangun jaringan yang kuat dengan berbagai pemangku kepentingan, membuka peluang baru untuk karir dan inisiatif sosial, (3)Inovasi dan Kreativitas: Partisipasi pemuda sering kali membawa ide-ide segar dan inovatif yang dapat membantu menyelesaikan masalah sosial dan ekonomi, (4)Peningkatan Kesejahteraan Sosial: Dengan memberdayakan pemuda, kita dapat menciptakan masyarakat yang lebih adil, sejahtera, dan inklusif, di mana semua orang memiliki kesempatan untuk berkembang. Kolaborasi yang inklusif antara pemerintah, sektor swasta, lembaga pendidikan, NGO, dan komunitas internasional sangat penting untuk memastikan bahwa pemuda Indonesia dapat berpartisipasi secara penuh dalam pembangunan negara. Dengan langkah-langkah ini, kita dapat menciptakan fondasi yang kuat bagi Indonesia dengan SDM Unggul, di mana setiap pemuda memiliki kesempatan untuk mencapai potensi penuh mereka dan berkontribusi pada kesejahteraan bangsa. Referensi• Rutter, M. (2008). Psychosocial Disturbances in Young People: Challenges for Prevention. Cambridge University Press.• Save the Children. (2015). Child Rights Programming: How to Apply Rights-Based Approaches in Programming: A Handbook for International Save the Children Alliance Members. Save the Children.• UNICEF. (2013). State of the World’s Children 2013: Children with Disabilities. UNICEF.• Daly, M. (2014). Parenting Support: A New Policy Domain in the European Union. Social Policy and Society, 13(4), 655-664.• Fernald, L.C.H., Kariger, P., Engle, P., & Raikes, A. (2009). Examining Early Child Development in Low-Income Countries: A Toolkit for the Assessment of Children in the First Five Years of Life. The World Bank.• Hearn, J. (2012). The Impacts of Family Structure on Children and Youth: A Review of the Literature. Paediatrics & Child Health, 17(3), 134-140