fbpx
Ilustrasi nelayan. Sumber Gambar : Muhamad Suhkry Abbasa/pixabay.com

Mengenal Lingkaran Setan Kemiskinan, Analisis pada Nelayan di Indonesia

Kemiskinan masih menjadi momok yang membayangi beberapa negara berkembang, termasuk negara Indonesia. Kemiskinan merujuk pada kurangnya sumber daya yang berfungsi unuk memenuhi kebutuhan hidup dan peningkatan kesejahteraan. Dilansir dari data Badan Pusat statistik (BPS), persentase penduduk miskin di Indonesia pada Septemebr 2022 mencapai 9,57 persen dari total penduduk. Artinya 26,36 juta jiwa di Indonesia masih hidup di dalam garis kemiskinan. Bukan hanya di pedesaan, BPS juga menyebutkan penduduk di perkotaan ada pula yang menngalami kemiskinan. Sekitar 7,50 persen dari total penduduk kota.

Tolak ukur garis kemiskinan yang diterapkan BPS pada September 2022 yakni penghasilan sebesar Rp 535.547,-/kapita/bulan. Nominal sekian dibagi menjadi dua anggaran, yaki garis kemisikinan makanan dan garis kemisikinan bukan makanan. Garis kemiskinan makanan dipatok sebesar Rp 397.125,-. Sementara garis kemiskinan bukan makanan yakni sebesar Rp 138.422,-.

Berbagai faktor melatarbelakangi terjadinya kemisikinan. Beberapa di antaranya yakni kemiskinan absolut, kemiskinan relatif, kemiskinan kultural, dan kemiskinan struktural.  Kemiskinan makin tinggi didorong oleh faktor internal dan eksternal.

Dari dalam diri, misalnya minimnya tingkat pendidikan, minimnya keterampilan, minimnya relasi , hingga minimnya motivasi. Faktor pendorong kemiskinan dari eksternal, misal minimnya akses terhadap sumber daya seperti modal produktif (aset, sumber keuangan, organisasi sosial dan politik). Kepemilikan sumber daya yang tak berimbang menyebabkan distribusi pendapatan tidak merata.

Kualitas sumber daya manusia (SDM) juga menentukan tingkat perekonominan seseorang, Namun yang paling menyeramkan, tapi nyata yakni adanya lingkaran setan kemiskinan. Teori lingkaran setan kemiskinan dikenal juga dengan nama Vicious Circle of Poverty. Ragnar Nurkse pada 1953 menyatakan bahwa lingkaran setan kemiskinan adalah serangkaian kekuatan yang saling mempengaruhi sehingga menimbulkan  keadaan yang membuat suatu negara khususnya negara berkembang mengalami banyak masalah untuk mencapai pembangunan yang lebih tinggi.

“…a poor country is poor because it is poor….”

(Negara miskin menjadi miskin karena memang (sudah) miskin sejak awal.)

Lingkaran setan kemiskinan berputar dari minimnya pendapatan, tabungan menjadi rendah, investasi rendah, kekurangan modal, ketertinggalan dalam persaingan pasar. Produktivitas akhirnya menjadi rendah. Berlanjut pada pendapatan rendah, lalu kembali ke tingkat tabungan rendah, dan seterusnya berulang secara melingkar.

Lutvia Resta Setyawati, Anneke Sri Avhanti, Ariska Dian Novarianti melakukan penelitian pada tahun 2021 mengangkat isu  Lingkaran Setan Kemisikinan Vicious Circle of Poverty. Bertiga, mereka menganalisis faktor pendukung Vicious Circle of Poverty yang terjadi pada masyarakat nelayan Indonesia. Indonesia sebagai negara maritim yang dikenal kaya raya akan sumber daya alam, nyatanya belum membuat nelayan memiliki pendapatan yang melimpah.

Kepemilikan modal menjadi isu paling utama ketika membahas kemiskinan nelayan di Indonesia. Modal yang dimaksud bukan hanya tentang peralatan mencari ikan. Lebih dari itu, modal yang dimaksud adalah modal sosial, human capital, modal material dan modal natural.

Lingkaran Setan Kemisikinan yang terjadi mendorong nelayan di Indonesia untuk melakukan overexploitation of natural resoces dan degradasi terhadap kelestarian ekologi laut. Artinya nelayan menggunakan alat pencari ikan instan, untuk mendapat hasil sebanyak-banyaknya, dengan biaya pencarian ikan yang murah. Meski tampak menjanjikan, teknik mencari ikan dengan peralatan instan dapat merusak ekologi laut. Ketika lautan tercemar dan terjadi penurunan kualitas, nelayan akan menjadi kesulian mencari ikan. Beginilah Vicious Circle of Poverty yang terjadi pada nelayan di beberapa wilayah di Indonesia.

Lutvia Resta Setyawati, Anneke Sri Avhanti, Ariska Dian Novarianti menambahkan, kemiskinan yang terjadi di masyarakat nelayan turut didorong oleh faktor struktural dan kultural. Struktural artinya pemerintah dan masyarakat masih belum dapat mewujudkan pemenuhan kebutuhan dan peningkatan kesejahteraan hidup para nelayan. Di sisi lain, secara kultural, masyarakat nelayan bermitra dengan relaso patron-klient, over fishing dan destructive fishing, kerusakan lingkungan pesisir, dan rendahnya kualitas infrastruktur.

Sistem patron-klien merupakan sistem kerja dimana nelayan bekerja pada pemilik modal. Pemodal meminjamkan alat mencari ikan. Nelayan dn pemodal sepakat menjual ikan ke tempat yang telah disepakati dengan harga yang biasanya lebih murah dari harga pasaran.

Kegiatan over fishing biasan dilakukan oleh nelayan-nelayan yang memiliki akses pada sumberdaya kapal dan alat tangkap yang lebih modern. Alat tersebut akan menghasilkan ikan yang lebih banyak dalam waktu singkat. Kegiatan deimikian kemudian berpengaruh terhadap aktivitas nelayan kecil. Sebab area pencarian ikan menjadi semakin jauh dari jangkauan nelayan kecil. Fishing ground ikan juga akan bergeser atau hilang. Nelayan kecil terpaksa mencari ikan tanpa mempertimbangkan ukuran ikan dan metode penangkapan yang baik. Destructive fishing terpaksa dilakukan nelayan, padahal hal demikian merusak ekosistem lautan secara perlahan.

Kerusakan lingkungan di pesisir lautan turut menyumbang menurunnya standar ekonomi masyarakat nelayan. Kerusakan alam berpengaruh pada pengurangan pendapatan. Namun di sisi lain, minimnya pendapatan juga mendorong nelayan untuk mencari ikan dengan kegiatan yang berpotensi merusak lingkungan lautan. Entah disadari maupun tidak.

Rendahnya kualitas infrastruktur merujuk pada minimnya keberadaan sarana transportasi laut yang berkualitas, industri galangan kapal yang tangguh dengan fasilitas perawatan yang memadai, serta pembangunan dan proses pengoperasian pelabuhan yang optimal.

Berikut tadi contoh Lingkaran Setan Kemiskinan yang terjadi pada nelayan di Indonesia. Keadaan nelayan yang miskin dan faktor pendorong kemiskinan, secara bulat membentuk lingkaran setan yang tak bertepi. Saling berpengaruh dan mempengaruhi.

Pada akhirnya kemiskinan merupakan sebuah kondisi terstruktur yang perlu dibongkar untuk dicari akar masalahnya. Setiap individu perlu meng-upgrade dirinya, baik secara sumber daya manusia, maupun modal produktif. Dalam bahasa gaul, dikenal frasa…educate your self.

 

Referensi :

Setyawati, L. R., Anneke Sri Avhanti, Ariska Dian Novarianti. (2021). Jurnal Pendidikan dan Ilmu Sosial. Analisa Faktor Pendukung Vicious Circle of Poverty di Masyarakat Nelayan. 2(1), 1-8

Pratiwi, S A., Ghea Cantika Noorsyarifa, Nurliana Cipta Apsari. (2022). Jurnal Pekerjaan Sosial. Upaya Penanggulangan Permasalahan Kemiskinan Ekonomi Di Indonesia Melalui Perspektif Pekerja Sosial (Efforts To All Over Economic Poverty Problems In Indonesia Through Social Workers Perspective). 5(1), 72-82