fbpx

Memberdayakan Pemimpin Masa Depan ” Peran Pendidikan Berkualitas dan Inovasi dalam Mencapai Ekonomi Berkelanjutan”

Fenomena pendidikan di Indonesia sangat beragam mulai dari ketimpangan pendidikan, kualitas fasilitas dan infrastuktur  yang belum memadai, kesenjangan digital, rendahnya literasi dan masih banyak lagi. Berbicara tentang literasi menurut Institut Statistik UNESCO tingkat literasi global pada kalangan usia 15 tahun ke atas Tahun 2021 sebesar 86,3% dan dari 208 negara yang disurvei, Indonesia menempati posisi ke-100 dengan tingkat literasi lebih rendah dari Filipina, Brunei, dan Singapura. Padahal literasi adalah pondasi kuat untuk suatu pendidikan yang berkualitas. Angka literasi juga menunjukan seberapa minat atau kemauan suatu negara untuk belajar sepanjang hayat. Mengutip pesan dari Ibu Reda Gaudiamo dalam akun instagram beliau bahwa literasi tidak hanya tentang bisa membaca dan menulis tetapi lebih dari itu. Literasi itu adalah cara kita memahami, berkomunikasi, berkreasi dan berbagi informasi. Singkatnya literasi adalah kunci penting memahami banyak hal. Dizaman sekarang yang semakin kental dengan ketidak pastian dibutuhkan kemampuan untuk growth midset bahwa dengan keinginan untuk terus belajar, tidak hanya menjadi lebih baik tetapi bagaimana dengan belajar kita dapat menyelesaikan masalah yang semakin kompleks.

Meningkatkan literasi melalui semangat belajar membaca dan menulis secara fundamental dapat kita mulai dari lingkungan keluarga yaitu sebagai unit terkecil dari masyarakat, Dengan memkasimalkan peran orang tua sebagai pilar utama untuk membentuk generasi emas beberapa tahun kedepan. Namun sebagian besar pola hidup yang berkemang saat ini kurangnya peran orang tua dalam membentuk karakter anak. Tugas orang tua adalah mencari nafkah memastikan anak mendapatkan kebutuhannya memang tidak salah, tetapi perlu awareness orang tua bahwa kebutuhan anak tidak hanya secara material tetapi juga secara fisik , mental dan emosional. Ditambah Pesatnya perkembangan tekonologi membuat anak-anak zaman sekarang sangat mudah mengakses informasi melalui gadget. Mereka dengan mudah menggunakan dua jempolnya untuk berselancar di layar hp tanpa pengawasan orang tua. Bahkan orang tua sudah mulai menfasilitasi gadget sejak usia dini. Kelalaian ini bisa menjadi salah satu factor penyebab banyaknya kriminalitas yang terjadi dilakukan oleh anak-anak diawah umur seperti kasus bullying dan kekerasan. Pola sikap seperti inilah yang secara perlahan menggeser mindset anak-anak bahwa tidak ada hal seru lainnya yang bisa digunakan untuk belajar dan memenuhi rasa curiosity selain gadget. Begitupun dengan orang-orang dewasa pada umumnya. Jadi Tidak heran jika literasi di Indonesia masih sangat rendah.

Menyikapi hal tersebut perlu menanamkan mindset kepada orang tua sebagai role model untuk lebih awareness tentang seberapa penting pola pengasuhan yang tepat dalam membentuk karakter baik pada anak, seperti mengikuti seminar untuk meng-upgrade pengetahuan seputar parenting, berkonsultasi dengan Dokter Spesialis Anak, memperkenalkan kepada anak serunya belajar dan membaca dengan buku sehingga mengurangi aktivitas di gadget dan masih banyak lagi. Tidak hanya orang tua, anak muda zaman sekarang harus menjadi katalisator dalam membantu meningkatkan literasi. Contoh kecilnya yaitu mengajak anak-anak dilingkungan tempat tinggal untuk berkumpul diruang terbuka yang sejuk dan membagikan beberapa buku untuk dibaca dan dipelajari. Langkah besar selanjutnya yang paling dekat dengan lingkungan yaitu meminta kepada developer perumahan agar disediakan fasilitas umum (fasum) berupa taman baca agar mudah dijangkau oleh anak-anak dengan terlebih dahulu berdiskusi dengan RT/RW  setempat serta menyusun program dan struktur pengelolaan yang jelas. Bisa juga dengan mengajukan proposal program ke pemerintah setempat, mencacri donatur  dan jika memungkinkan melakukan penggalangan dana masyarakat sekitar. Peran pemerintah juga dibutuhkan dalam memaksimalkan tata kelola perpustakaan tiap-tiap daerah, kota maupun propinsi agar dikelola lebih baik seperti menyediakan buku-buku ter-upadate dari berbagai bidang ilmu untuk para pelajar dan masyarakat umum yang ingin belajar, karena tidak jarang ditemui buku-buku yang sudah lawas dan terbatas serta pelayanan yang buruk. Mengajak para content creator atau influencer untuk membuat konten-konten menarik seputar buku-buku, Menyediakan ruang-ruang informal baik kepada orang tua dan anak untuk mengeksplorasi keterampilan, baik secara daring maupun luring.

Terakhir Ada cerita menarik yang saya baca dari buku “ the compass” karya henry manampiring beliau mewawancarai seorang penggiat literasi dari lampung yaitu Mang Adi. Keprihatinannya pada akses buku yang terbatas untuk anak-anak membuatnya berinisitaif membuat perpustakaan keliling, yang kemudian dilanjutkan dengan mendirikan sekolah Rakyat Busa Pustaka. Beliau berpendapat bahwa literasi bukan perakara sepele karena literasi adalah kemampuan untuk menuju sejahtera. Sepak terjang beliau dalam meningkatkan literasi sungguh tidak mudah banyak halangan yang telah dilalui tetapi beliau tetap konsisten. Hasilnya beliau mendapatkan hibah buku dari donatur dalam jumlah besar. Saat ini sudah lebih dari 20 ribu anak di Lampung yang mendapat akses buku dan 16 ribu lebih buku yang sudah disebar di ratusan taman baca termasuk Palembang.

Dari kisah diatas memberikan perspektif baru bahwa kunci penggerak majunya pendidikan di Indonesia adalah kesadaran, keperdulian dan konsistensi yang tinggi, serta keinginan untuk belajar sepanjang hayat setiap individu. Bayangkan saja jika ada banyak orang seperti Mang Adi di Indonesia ditambah maksimalnya peran orang terhadap anak bisa dipastikan tingkat literasi kita akan meningkat pesat. Memang untuk meningkatkan kemampuan growth mindest membutuhkan proses karena tidak semua orang tua open minded tentang pendidikan dan parenting, tetapi tidak menutup kemungkinan untuk mulai memberikan wawasan dengan perspektik berbeda. Persektif yang menjelaskan bahwa kemampuan serta kecerdasan dapat dikembangkan melalui upaya keras, pengalaman dan pembelajaran, karena pendidikan yang berkualitas akan menjadi salah satu faktor penting dalam upaya mengakhiri kesenjangan dan kemiskinan serta mampu mengejar ketertinggalan dari bangsa lain.