Helga Grissca Hehanussa 0shares Membangun Perlindungan Anak dari Kekerasan Seksual, Melalui Pendidikan dan Kesadaran Oleh : Suvi Elvirawati Zebua Read More “Menjadi manusia yang berguna bagi sesama yang membutuhkan” Bapak/Ibu/ dan Sdri/i Salam dan Bahagia Perkenalkan Saya Helga Grissca Hehanussa, salah satu Mahasiswi Pendidikan Profesi Guru Prajabatan Gelombang I tahun 2024, Jurusan Pendidikan Sekolah Dasar, Universitas Negeri Makassar. Kalimat diatas adalah tujuan hidup saya, menjadi arah yang saya pilih untuk dicapai selama hidup. Dan dari tujuan hidup tersebut, saya mengambil sebuah keputusan untuk menjadi seorang Pendidik. Tentu pilihan tersebut tidaklah mudah untuk dijalani namun saya sadar bahwa pilihan tersebut lahir dari dalam hati saya, bahwa saya ingin menolong orang banyak, membagikan apa yang saya miliki dan semua itu akan saya lakukan dalam dunia Pendidikan. Mengutip pemahaman dari Sang Bapak Pendidikan Nasional – Ki Hadjar Dewantara bahwa “Pendidikan itu menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak -anak agar mereka dapat menjadi keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi – tingginya, baik sebagai manusia maupun anggota masyarakat” Saya percaya bahwa pendidikan adalah salah satu jalan untuk menciptakan sumber daya manusia yang memiliki budi pekerti serta dapat mencapai kesejahteraan dalam hidup. Perjalanan menjadi seorang pendidik tentu tidak selalu mulus banyak tantangan, bahkan itu sudah terbentang nyata menjadi sebuah persoalan besar yang harus segera diselesaikan, ialah melepaskan ‘belenggu’ pada pendidikan Indonesia dalam upaya mewujudkan kemerdekaan peserta didik. Pertanyaannya sebagai pendidik apa yang harus saya dan saudara lakukan? ini bukan perkara yang mudah, tugas ini tidak bisa disepelekan, ini adalah tugas yang sangat besar dan pendidik juga memiliki peran yang sangat besar. Seorang pendidik harus bisa dengan tulus hati melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya, memaknai dengan sungguh – sungguh bahwa langkah yang diambil di hari ini menentukan hasil yang nanti akan diperoleh di masa depan, untuk itu langkah awal yang harus dilakukan oleh seorang pendidik untuk melepaskan ‘belenggu’ tersebut ialah menjadi guru yang merdeka, saya percaya bahwa guru yang merdeka kelak akan melahirkan peserta didik yang merdeka. Perjalanan menjadi guru yang merdeka harus dimulai dari belajar mengenal diri sendiri sehingga memiliki kesadaran diri untuk mengembangkan potensi diri dan tidak pernah puas dalam belajar, berdaya untuk menentukan tujuan dan kebutuhan sesuai konteks. Menjadi guru yang merdeka adalah langkah awal bagi pendidik karena dari situlah akan lahir langkah – langkah selanjutnya yang akan membawa perubahan besar dalam pendidikan. Adapun juga model pendidikan yang dapat membantu melepaskan ‘belenggu’ dalam upaya mewujudkan peserta didik yang merdeka, yaitu Model Kurikulum Merdeka. Kemendikbud Ristek membuat kurikulum baru yang dirancang lebih fleksibel serta fokus ke materi yang esensial. Kurikulum ini memberikan kebebasan kepada pendidik dalam merumuskan perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran serta asessmen untuk mengukur hasil belajar peserta didik. Peserta didik tidak dipaksa untuk menguasai semua materi karena tujuan pembelajaran disesuaikan dengan kemampuan dan minat peserta didik. Pendidikan saat ini menggunakan kurikulum merdeka dengan menerapkan profil pelajar pancasila yaitu berakhlak mulia, berkebhinnekaan global, mandiri, bergotong royong, bernalar kritis, dan kreatif. Untuk mewujudkan peserta didik yang menerapkan profil pelajar pancasila, maka diperlukan guru yang profesional dan mempunyai kepribadian sesuai pelajar pancasila.Ki Hadjar Dewantara memiliki pemikiran bahwa pendidikan disandarkan pada penciptaan jiwa merdeka, cakap, berguna. bagi masyarakat. merdeka baik secara fisik, mental, dan kerohanian. Hal ini sangat sejalan dengan kurikulum sekarang. Dalam tulisan ini saya juga berkesempatan untuk membuat sebuah refleksi diri dari pengetahuan dan pengalaman baru yang saya peroleh dalam materi topik I Mata Kuliah Filosofi Pendidikan. Perubahan apa yang saya rasakan dan akan saya implementasikan dalam proses mengajar? Saya dapat lebih memaknai dan menghayati pribadi saya dalam keputusan menjadi seorang pendidik Saya dapat mengetahui sejarah perjalanan sistem pendidikan nasional dari masa sebelum kemerdekaan yang menjadi sejarah yang menyedihkan bagi bangsa kita, karena sistem pendidikan yang pada saat itu masih di bawah kendali Pemerintahan Belanda dan tidak semua masyarakat Indonesia mendapatkan kebebasan untuk menempuh pendidikan yang layak Setelah mempelajari dan memaknai sejarah pendidikan nasional Indonesia, dan menghayati setiap perjuangan para tokoh – tokoh pejuang pendidikan pada masa itu, semangat nasionalis saya semakin bertumbuh dan saya percaya dari semangat itu akan membuat saya untuk tetap berkomitmen untuk menjadi seorang pendidik yang dapat membantu mengembangkan pendidikan di Indonesia Semangat Para Tokoh Pejuang Pendidikan Nasional akan selalu saya teladani, salah satunya semangat Ki Hadjar Dewantara sebagai guru dalam mendidik generasi bangsa. Semboyannya “ Ing Ngarso Sung Tulododho,Ing Madyo Mangun Karso, Tut Wuri Handayani” yang artinya “ Di depan memberi teladan, ditengah memberi semangat, dibelakang memberi dorongan” biarlah menjadi semboyan yang digunakan saya dan juga para guru dalam memberi pendidikan yang terbaik bagi peserta didik. Sebagai guru, panggilan untuk selalu belajar dan bertumbuh menjadi manusia yang merdeka akan terus saya perjuangkan, dengan penuh konsistensi dan komitmen yang teguh demi meraih tujuan pendidikan untuk menjadi manusia merdeka yang kelak akan menuntun peserta didik untuk menjadi manusia merdeka pula. Salam dan Bahagia, Bapak/Ibu/dan Sdr/i.
Membangun Perlindungan Anak dari Kekerasan Seksual, Melalui Pendidikan dan Kesadaran Oleh : Suvi Elvirawati Zebua Read More