fbpx
Chamber Session I, SDGs 13 Kaum Muda dan Aksi Iklim(3/2/2022). Foto Tangkap Layar

Komitmen dari Pemuda Untuk Pemuda sebagai Aktor utama penggerak perubahan

Krisis Iklim saat ini menjadi topik yang hangat diperbincangkan di berbagai Negara, salah satunya adalah Indonesia. Tanpa banyaknya perhatian dan kesadaran masyarakat terkait dampak yang luar biasa dari krisis iklim. Pada tahun 2020 suhu rata-rata global mencapai 1,2°C, diatas garis dasar pra-industri, dan masih berada di luar target untuk tetap menjaga suhu bumi tetap di bawah 1,5°C sebagaimana di sepakati dalam perjanjian Paris.

Melalui kegiatan Youth for SDGs Summit 2022, generasi muda di tantang untuk dapat membuat kebijakan dalam bidang Sustainable Development Goals, Yang dimana ada empat yang menjadi fokus Youth for SDGs Summit 2022, yaitu SDGs 5 Kaum Muda dan Kesetaraan Gender, SDGs 8 Kaum Muda dan Kewirausahaan, SDGs 13 Kaum Muda dan Aksi Iklim, SDGs 16 Kaum Muda dan Aksi Melawan Ekstremisme. 

Harapan Bangsa adalah mereka Generasi Muda dengan semangat yang membara, selalu dengan  ide-ide kreatif dan inovatif. Melalui ide yang sering bermunculan itu diharapkan Generasi Muda dapat membantu melakukan perubahan, karena dampak krisis iklim yang lambat laun semakin dirasakan perubahannya. 

Terkhusus Pemuda, seperti apa yang pernah dikatakan Bapak Ir. Soekarno “Berikan aku sepuluh pemuda maka akan kuguncangkan seluruh dunia” ini bukanlah bukanlah sebuah perang, tapi tentang bagaimana perlawanan dari kaum muda untuk bisa mengambil langkah mencari solusi bagaimana menghadapi krisis iklim. Generasi Muda saat ini yang nantinya akan melanjutkan tongkat estafet kepemimpinan masa depan, dengan harapan bumi yang lebih baik. 

Generasi Muda adalah Aktor Utama untuk gerakan perubahan di berbagai elemen. Melalui joint Communique, 50 delegasi hebat dengan latar belakang pendidikan, daerah dan cerita yang berbeda. Berkumpul menjadi satu dalam Chamber SDGs 13 Kaum Muda dan Aksi Iklim, menyuarakan berbagai pendapat, saling beradu argumen untuk mencapai suatu keputusan bersama yang dimuat dalam Joint Communique.

Siapkah kita menyongsong masa depan dengan ambisi? Tapi kita sering lupa bahwa tetap menutup mata dengan sekeliling kita. Untuk itulah kita sebagai pemuda menjadi penegak dari aksi cinta lingkungan. Mulai dari hal-hal terkecil pasti suatu saat akan terbiasa. Semua orang mestinya tahu bahwa dasarnya krisis iklim merupakan krisis yang dialami oleh manusia di seluruh dunia.

Pemuda sebagai agen pembawa perubahan dengan segudang ide-ide inovatif, bisa menjadi penengah di tengah maraknya permasalahan ini. Semua elemen wajib di satukan untuk  terciptanya hasil kolaborasi yang luar biasa untuk aksi memerangi Krisis Iklim.

Melalui Joint Communique, para delegasi mengharapkan para pemangku kebijakan untuk turut andil dalam maslah ini. Ada 13 poin kesepakatan yang telah disusun dan di sempurnakan oleh delegasi-delegasi hebat dan dibagi dalam 3 lini utama berikut ini:

Narasi

Berbicara dengan narasi pasti narasi menjadi unsur yang krusial dalam membangun keresahan dan pikiran manusia. Dalam narasi tertuang 3 poin penting yang berangkat dari permasalahan adanya kecenderungan narasi yang bersifat ‘Menggeneralisasi’, maka para delegasi mengajukan kepada para pemangku kepentingan untuk mampu mengkomunikasikan keresahan krisis iklim berdasarkan status sosial-ekonomi dan berbagai identitas lainnya agar kelompok-kelompok ini dapat lebih peka terhadap dampak dari krisis iklim terhadap kehidupan.

Selain itu, dalam Joint Communique, Para delegasi menyampaikan bahwa sudah semestinya narasi kampanye yang dibangun mampu memunculkan tindakan nyata dan bersifat memberdayakan masyarakat, terkhusus untuk mereka kelompok masyarakat marginal.

Kebijakan Pemerintah

Pada lini kedua adalah rekomendasi dari para delegasi untuk para pemangku kepentingan untuk bisa melakukan kebijakan yang ambisius terhadap krisis iklim ini. Adapun rekomendasi yang diberikan secara garis besar, antara lain sebagai berikut :

  • Para delegasi berharap bahwa pemangku kepentingan bisa memasukkan materi pendidikan terkait perubahan dan krisis iklim dalam kurikulum pembelajaran, baik formal maupun informal.
  • Delegasi juga mengharapkan peninjauan kembali terhadap kerjasama pemerintah pusat dan daerah dalam hal kebijakan penanggulangan krisis iklim, pembangunan berkelanjutan, serta mitigasi bencana. Juga penerapan kebijakan transfer fiskal berbasis ekologi dari pusat ke daerah, untuk melakukan penganggaran dalam bidang mitigasi bencana, konservasi lingkungan dan keanekaragaman hayati, serta adaptasi terhadap krisis iklim khususnya dengan menjaga kelestarian ekosistem dan meningkatkan kualitas tata kelola hutan dan lahan.
  • Pemangku kebijakan dapat memprioritaskan investasi nasional dan juga domestik di berbagai bidang, untuk menanggulangi krisis iklim dan mengakselerasi pelaksanaan pajak karbon untuk memastikan skema monitoring dan evaluasi yang mendukung pajak karbon.
  • Delegasi berharap bahwa pemerintah pusat dan daerah dapat memetakan peran, sekaligus menjalin komunikasi dan bekerja sama dengan mereka masyarakat adat dalam hal pelestarian lingkungan.
  • Dan yang terpenting adalah para pemangku kebijakan dapat membuat kebijakan penanganan krisis iklim dan juga perubahan yang responsif terhadap mereka kelompok rentan.

 Komitmen dari Pemuda Untuk Pemuda sebagai Aktor utama penggerak perubahan

Lini yang terakhir ini menjadi lini yang terpenting untuk seluruh generasi muda diluar sana untuk turut andil mengambil bagian menjadi aktor penggerak perubahan. Adapun poin yang menjadi kebanggaan dari para delegasi Chamber SDGs 13 antara lain sebagai berikut :

  • Delegasi memanggil seluruh kaum muda Indonesia untuk mempromosikan dan menerapkan gaya hidup ramah lingkungan, efisiensi energi dalam kehidupan sehari-hari, serta pengembangan model bisnis yang memperhatikan aspek keberlanjutan.
  • Melakukan kolaborasi secara konsisten antar organisasi kepemudaan, lintas iman dan komunitas dari semua lapisan masyarakat dalam lingkup lokal dan nasional, untuk mendorong kampanye kesadaran perubahan dan krisis iklim dan upaya-upaya kegiatan adaptasi dan mitigasi krisis iklim.
  • Mengajak para kaum muda secara aktif untuk mensosialisasikan kesadaran perubahan dan krisis iklim, gaya hidup ramah lingkungan, dan berbagai bentuk praktik pelestarian lingkungan kepada pemuda, pegiat media sosial, serta masyarakat, serta melakukan advokasi mengenai krisis dan perubahan iklim melalui platform Musrenbang di berbagai tingkatan administrasi.

Para delegasi sangat menyadari bahwa mereka tidak akan pernah bisa untuk berjuang sendiri memerangi krisis iklim dan menyelamatkan bumi ini, sebagai satu-satunya tempat tinggal kita. Oleh karena itu, peran dari setiap pemuda sangat penting untuk dapat mendukung upaya tersebut. Kaum muda harus responsif, berani dan juga tangguh.  Seperti 50 Delegasi dengan latar belakang yang berbeda-beda yang sangatlah menginspirasi.