fbpx
pexels.com

Deforestasi Yang Mengkhawatirkan Dan Upaya Mitigasi Deforestasi Untuk Mengurangi Pemanasan Global.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Deforestasi adalah penebangan hutan. Secara umum, deforestasi atau penebangan hutan merupakan kegiatan yang dilakukan untuk memanfaatkan sumber daya alam yang ada di wilayah hutan atau mengubah guna lahan hutan menjadi pemanfaatan non hutan untuk kepentingan ekonomi dan pembangunan.

Menurut Organisasi Pangan dan Pertanian PBB, 1, 5   juta mil persegi hutan dunia telah hilang sejak tahun 1990, deforestasi terjadi dengan laju 10 juta hektar per tahunnya. Faktor yang menjadi pendorong utama hilangnya hutan yang mengkhawatirkan ini adalah pertanian. Pertanian atau perkebunan skala besar menyumbang 40% dari hilangnya hutan dari tahun 2000-2010, sementara pertanian subsisten menyumbang 33% lainnya selama jangka waktu yang sama. Pemicu deforestasi lainnya adalah urbanisasi 10%, infrastruktur 10%, dan pertambangan 7% (FAO, 2020). 

Deforestasi yang terjadi saat ini telah banyak memberi dampak negatif bagi kehidupan seperti bencana alam longsor, banjir, kekeringan, terancamnya kehidupan satwa liar akibat habitatnya yang hilang serta pemanasan global yang semakin lama semakin mengkhawatirkan. Menanggapi permasalahan tersebut sudah seharusnnya kita menjaga dan mengembalikan keutuhan luas wilayah hutan melalui mitigasi dan program reboisasi.

Program reboisasi yang merupakan suatu kegiatan penanaman kembali pohon di hutan yang gundul atau gersang telah terbukti memperbaiki sejumlah masalah ekologi yang menjadi fokus utama dari pogram reboisasi tersebut. Namun menanggapi masalah deforestasi yang terus terjadi saat ini mengindikasikan bahwasanya perlu juga adanya langkah mitigasi untuk mengurangi atau bahkan menghentikan aktivitas deforestasi.

Pemanfaatan Teknologi Sistem Informasi Geografis Dalam Upaya Mitigasi Deforestasi

Penggunaan teknologi berbasis Sistem Informasi Geografis saat ini telah popular dan banyak digunakan untuk membantu pekerjaan manusia pada beberapa sektor.  Sebelumnya telah ada penelitian yang dilakukan untuk memprediksi dan memodelkan pola deforestasi menggunakan SIG oleh Jean Francois Mas dkk di tahun 2004. Jean mencoba memodelkan deforestasi menggunakan Sistem Informasi Geografis (SIG). Dengan pendekatan berbasis SIG, Jean menggabungkan Citra Landsat dari tahun 1974, 1986, dan 1991 dengan prediktor spasial (data spasial yang digunakan untuk memprediksi perubahan lahan hutan) seperti kedekatan dengan jalan dan pemukiman, fragmentasi hutan, elevasi, dan data tanah/lereng. Mereka mampu mengklasifikasikan 69% sel grid dengan benar. Hal ini memberikan harapan bahwa strategi yang sama dapat digunakan secara efektif untuk memodelkan area di wilayah Indonesia dengan tentunya memperhatikan berbagai macam faktor yang berbeda sesuai karakteristik wilayah di Indonesia.

Sitio ,2022 dalam penelitiannya yang berjudul “Mitigasi Deforestasi Dan Pemilihan Alternatif Lokasi Reboisasi Menggunakan Pendekatan Berbasis Sistem Informasi Geografis (SIG)” juga telah berhasil memodelkan pola deforestasi di Hutan Katingan, Kalimantan Tengah, Indonesia. Sitio menggabungkan data Citra Landsat 2012, 2016, 2021, mengidentifikasi faktor-fakor yang berpengaruh terhadap perubahan lahan hutan dan berhasil memodelkan perubahan lahan hutan Katingan dimasa depan sehingga wilayah yang diidentifikasi akan mengalami deforestasi dimasa depan dapat diketahui dan dapat dilakukan pengawasan di wilayah yang diperkirakan akan mengalami deforestasi.

Melakukan mitigasi perubahan lahan hutan di Indonesia perlu dilakukan karena mengingat wilayah hutan di Indonesia sangat luas sehingga tidak memungkinkan untuk dilakukan pengawasan diseluruh wilayah hutan.

"Menjaga Hutan Berarti Menjaga Generasi Berikutnya Dari Bencana Alam Yang Timbul Dari Pemanasan Global"