Dien Nurbaety 0shares PELATIHAN KEPEMIMPINAN SDGS DALAM MENDUKUNG MERDEKA BELAJAR DI MALUKU Read More “You cannot get through a single day without having an impact on the world around you. What you do makes a difference, and you have to decide what kind of difference you want to make.” – Jane Goodall Saat ini, isu lingkungan menjadi salah satu permasalahan besar yang sedang dihadapi dunia. Kenaikan suhu yang semakin tinggi setiap tahunnya dapat berakibat buruk, baik bagi manusia maupun lingkungan. Permasalahan lingkungan lainnya, seperti sampah, polusi udara, penebangan hutan liar, pencemaran air dan tanah, seakan sudah menjadi hal yang biasa kita lihat. Namun, apakah kita akan terus membiarkannya terjadi dan membiarkannya semakin buruk? Tentunya, tidak. Bumi akan terus menjadi tempat tinggal bagi kita dan sudah sepantasnya kita sebagai manusia dengan segala kelebihan yang diberikan memiliki peran yang sangat penting dalam menjaga lingkungan, baik di masa sekarang maupun di masa yang akan datang. Melalui Sustainable Development Goals atau SDGs yang merupakan rencana aksi global dengan 17 tujuan dan 169 target, kita dapat membuat perubahan untuk menjadikan bumi sebagai tempat yang lebih baik pada tahun 2030. SDGs sendiri mengusung prinsip “No One Left Behind”, artinya dalam pencapaian tujuan dan target melibatkan seluruh lapisan masyarakat dengan segala keragamannya mulai dari keragaman latar belakang, budaya, suku, ras, agama, ekonomi, sosial dan sebagainya guna mencapai pembangunan berkelanjutan seperti yang diharapkan. Di sisi lain, terdapat fenomena ketidakmerataan akses informasi dalam masyarakat yang menyebabkan adanya golongan masyarakat yang tertinggal dibandingkan dengan golongan lainnya terutama terkait dengan pengetahuan SDGs. Untuk itu, dalam rangka mencapai pemerataan pelaksanaan SDGs di seluruh lapisan masyarakat, diperlukan adanya kerja sama yang baik antara masyarakat dengan stakeholder atau pemegang kekuasaan. Apabila perbedaan akses informasi terus berlanjut hingga tahun 2030, maka prinsip “No One Left Behind” yang diusung oleh SDGs tidak dapat sepenuhnya terlaksana. Tentunya kita tidak ingin hal tersebut terjadi. Oleh karena itu, perlu adanya suatu inovasi yang dapat mempersempit perbedaan tersebut, salah satunya melalui community empowerment terutama untuk daerah pedesaan. Community empowerment atau biasa disebut dengan pemberdayaan masyarakat merupakan suatu upaya yang bertujuan untuk mengatasi permasalahan melalui optimalisasi potensi yang dimiliki masyarakat. Pada umumnya daerah pedesaan memiliki lingkungan yang lebih asri dibandingkan daerah perkotaan. Hal ini dikarenakan masih melimpahnya kawasan hijau mulai dari, perkebunan, persawahan, hutan, dan sebagainya. Selain itu, jumlah kendaraan bermotor di daerah pedesaan tidak sebanyak daerah perkotaan, sehingga udara pun cenderung masih segar. Kondisi lingkungan yang asri ini tentunya ingin terus dipertahankan. Namun, kondisi iklim saat ini mengalami perubahan terutama yang disebabkan oleh aksi manusia sendiri. Di balik keindahan pedesaan, terdapat permasalahan yang masih sering dijumpai, yakni terkait dengan pengetahuan masyarakat yang cenderung masih rendah terutama pengetahuan terkait dengan SDGs. Rendahnya pengetahuan masyarakat dapat disebabkan oleh berbagai faktor, mulai dari tingkat pendidikan, kesejahteraan ekonomi, akses informasi yang masih terbatas, dan lain-lain. Padahal, pengetahuan merupakan aspek yang sangat penting untuk dapat membangun masyarakat. Kurangnya pengetahuan terkait SDGs pada masyarakat dapat berakibat pada rendahnya kesadaran dalam pola perilaku masyarakat yang sesuai dengan tujuan SDGs terutama SDGs#13 Climate Action. Salah satu penyebab perubahan iklim yakni berasal dari sampah. Saya tinggal di suatu pedesaan yang jauh dari wilayah kabupaten dimana permasalahan lingkungan yang sering dijumpai yaitu terkait dengan pengelolaan sampah yang masih jauh dari kata layak. Padahal, sampah yang merupakan sisa dari suatu produk atau barang jumlahnya terus bertambah seiring dengan pola konsumsi masyarakat. Apabila pengelolaannya masih belum baik, maka dapat menimbulkan permasalahan lain. Sampah juga menjadi kontibutor terbesar dalam pencemaran lingkungan hidup yang dapat berdampak pada berbagai macam aspek, seperti sanitasi dan air bersih, pencemaran tanah hingga dapat berakibat pada kesehatan. Kebiasaan membuang sampah sembarangan dan kegiatan pembakaran seolah masih menjadi hal yang lumrah terjadi. Padahal, aksi tersebut sudah jelas dapat memberikan dampak yang buruk. Sampah yang dibakar menghasilkan gas rumah kaca, seperti CO2, NOx, N2O dan NH3 yang berdampak pada perubahan iklim dan kesehatan. Selain sampah yang dibakar, sampah organik yang membusuk juga dapat menghasilkan gas metana. Gas metana juga termasuk gas-gas rumah kaca yang dapat merusak lapisan ozon, sehingga berakibat pada perubahan iklim. Aksi yang masih sering dijumpai juga terkait dengan pengelolaan sampah masyarakat yang belum memperhatikan pemisahan berbagai jenis sampahnya, sehingga semua sampah yang dihasilkan baik itu organik, anorganik maupun sampah B3 masih dicampur menjadi satu. Hal tersebut dapat mempengaruhi optimalisasi pengelolaan sampah di Tempat Pemrosesan Akhir (TPA). Dalam mengatasi permasalahan terkait dengan kurangnya pengetahuan masyarakat terkait SDGs terutama yang berkaitan dengan pengelolaan sampah, diperlukan kegiatan yang dapat memfasilitasi masyarakat untuk memperoleh pengetahuan serta aktivitas yang selaras dengan program pelestarian lingkungan hidup guna mencegah rusaknya lingkungan akibat tidak optimalnya pengelolaan sampah yang berdampak pada timbulnya perubahan iklim. Adapun kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan dalam community empowerment terkait penguatan pengelolaan sampah di masyarakat, antara lain : Koordinasi dan kerja sama dengan stakeholder terkait di wilayah desa. Kegiatan tersebut bertujuan untuk dapat menyatukan visi dan misi terkait kegiatan pemberdayaan masyarakat terkait pengetahuan dan praktik SDGs, penetapan dan pelaksanaan regulasi terutama terkait dengan sampah dan penyediaan fasilitas yang dapat menunjang pelaksanaan kegiatan. Melakukan kerja sama dengan kelompok masyarakat, seperti karang taruna dan PKK. Kegiatan kerja sama dengan kelompok masyarakat ini dapat memudahkan tujuan kegiatan pemberdayaan masyarakat karena terdapat suatu wadah yang dapat menjadi jembatan antara inisiator dengan masyarakat dalam pelaksanaan kegiatan terutama dalam melaksanakan kegiatan edukasi kepada terkait SDGs dan pengelolaan sampah. Kegiatan SDGs Goes to School yang bertujuan untuk dapat memberikan pengetahuan SDGs kepada siswa di sekolah-sekolah agar mereka mendapatkan pengetahuan terkait SDGs serta ikut serta dalam praktik SDGs mulai dari cara yang sederhana terutama terkait praktik penerapan pengelolaan sampah rumah tangga. Kegiatan aksi berupa kegiatan berbasis lingkungan yang dilakukan oleh masyarakat secara bersama-sama setelah adanya kegiatan edukasi terkait SDGs dan pengelolaan sampah. Kegiatan yang dapat dilakukan dapat berupa campaign penerapan 3R, maupun kegiatan lainnya seperti menanam pohon bersama, pembuatan bank sampah sebagai fasilitas penerapan prinsip recycle (daur ulang), praktik pembuatan kompos dan eco-enzym sebagai upaya pengolahan sampah rumah tangga, kegiatan membuat kerajinan dari sampah, cleanup day, dan sebagainya. Kegiatan community empowerment dapat dilaksanakan oleh siapapun terutama para pemuda yang memiliki pengetahuan lebih terkait SDGs untuk dapat berbagi pengetahuan dan pengalamannya dalam rangka menarik keikutsertaan seluruh masyarakat dalam mencapai tujuan keberlanjutan. Melalui kegiatan community empowerment ini, diharapkan dapat menjadi salah satu jalan untuk mencapai prinsip “No One Left Behind” yang dicanangkan oleh SDGs serta dapat meningkatkan kesadaran masyarakat untuk dapat selalu menjaga lingkungan dengan menerapkan praktik pengelolaan sampah mulai dari cara yang sederhana dari rumah. Praktik pengelolaan sampah menjadi hal mendasar yang sebaiknya dapat diterapkan oleh seluruh masyarakat guna mengurangi penyebab perubahan iklim yang bersumber dari sampah sekaligus menjaga kebersihan dan keindahan di lingkungan pedesaan. Sudah saatnya aku, kamu, dan kita semua menggencarkan SDGs di kalangan masyarakat melalui kegiatan yang dapat dipraktikan dari rumah agar kita dapat mencapai tujuan kita di tahun 2030 tanpa ada satupun yang tertinggal. Referensi : https://envihsa.fkm.ui.ac.id/2020/02/28/ehi-feb-march/#:~:text=Pembakaran%20sampah%20juga%20dapat%20menghasilkan,tinggi%20dibandingkan%20emisi%20gas%20lainnya. https://sdgs.bappenas.go.id/tentang/ https://jurnal.untirta.ac.id/index.php/psnp/article/viewFile/199-208/1705#:~:text=Pemberdayaan%20masyarakat%20(community%20empowerment)%20adalah,yang%20ada%20di%20dalam%20masyarakat.